Hampir Dua Pekan Senyap, Kematian Harimau Surya Manggala Terungkap
Harimau Sumatera Surya Manggala ditemukan dalam kondisi membusuk, menyisakan kulit dan tulang belulang di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat. Informasi kematiannya baru terungkap hampir 2 pekan kemudian.

Harimau Sumatera bernama Citra Kartini (3,5) keluar dari kandang saat dilepasliarkan di zona inti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Jambi, Rabu (8/6/2022). Dua harimau sumatera anak dari korban konflik dilepasliarkan di TNKS. Mereka lahir dan besar di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun.
JAMBI, KOMPAS—Harimau sumatera Surya Manggala asal Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun yang dilepasliarkan di Taman Nasional Kerinci Seblat ditemukan mati dalam kondisi membusuk. Hampir dua pekan lamanya, kematian Surya baru terendus publik.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, Haidir, membenarkan perihal kematian Surya Manggala yang masih berusia 4 tahun itu. Ia menyebut Surya ditemukan sudah dalam kondisi membusuk oleh timnya di wilayah Renah Kayu Embun, Kabupaten Kerinci. “Sudah tinggal kulit dan tulang belulang. Sedangkan dagingnya sudah membusuk,”ujar Haidir, Sabtu (11/3/2023).
Surya Manggala adalah harimau sumatera yang lahir dan besar di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun, Sumatera Utara, lalu dilepasliarkan pada Juni 2022 di TNKS. Induknya, merupakan sepasang harimau korban konflik satwa dan manusia yang berhasil diselamatkan petugas konservasi. Citra Kartini, saudaranya, terlebih dulu dilepasliarkan, namun mati pada 19 Juli 2022, dan kini menyusul kematian Surya.
Menurut Haidir, pergerakan Surya selalu dipantau petugas lewat sinyal kalung GPS. Pada 20 Februari, pergerakannya terpantau melambat dan cenderung statis. Petugas mengira Surya sedang mendapatkan satwa mangsa.
Hingga sepekan kemudian, pergerakan Surya masih saja lambat. Posisinya di sekitar lokasi yang sama. Petugas lalu mengecek ke lokasi pada 28 Februari. Surya baru ditemukan esoknya, 1 Maret, sudah dalam kondisi membusuk.
Pihaknya sulit memperkirakan penyebab dari kematian Surya. “Karena sudah membusuk,” katanya. Saat ditemukan, kematian Surya diperkirakan sudah sepekan.
Baca juga: Harimau Sumatera di Titik Nadir
Kematian Surya terungkap di publik setelah akun milik wildlifewhisperersumatra menyampaikan postingannya berjudul “Hutan Indonesia Kembali Berduka.” Pengelola akun menyinggung tentang pemberitaan yang disiarkan besar-besaran tentang proses pelepasliaran Surya dan Citra, tetapi sebaliknya saat kabar kematian kedua harimau.
“Jika benar tentang apa yang dikabarkan alam tentang kematian Surya Manggala, mengapa KLHK @kementerianlhk belum mengabarkan berita duka ini kepada publik? Ada apa?”
Analisis kematian
Berbeda dengan kematian Citra yang diduga terkait konflik satwa dan manusia, kematian Surya disebut sulit dipastikan penyebabnya. Lokasi kematiannya cukup jauh dari permukiman. Lokasinya masuk dalam area penggunaan lain (APL), tetapi hanya berjarak 250 meter dari taman nasional.

Harimau sumatera jantan bernama Monang Barumun yang pernah diselamatkan dari jerat di Hutan Desa Parmonangan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada tahun 2016.
Pihaknya sulit memastikan apakah kematian itu terkait konflik satwa dan manusia. Tidak ada laporan keluhan masyarakat terkait keberadaan Surya. Hal itu berbeda dengan kasus kematian Citra, yang didapati terkait erat dengan konflik satwa dan manusia. Sebelum kematian Citra, warga melapor kepada petugas BB TNKS karena resah akan keselamatan ternak mereka.
Sejauh ini kemungkinannya terkait kondisi alamiah Surya belum cukup bertahan menjelajah di alam liar. Surya lahir dan besar di penangkaran. Harimau ini dilepasliarkan pada saat berusia 3,5 tahun, pertengahan 2022 lalu. “Kalau dari ketersediaan pakan di wilayah ini terbilang mencukupi, tetapi insting liar harimau diperkirakan masih belum kuat,” katanya.
Citra Kartini dan Surya Manggala lahir dan besar di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Induk mereka merupakan sepasang harimau korban konflik satwa dan manusia yang berhasil diselamatkan petugas konservasi.
Induk betina, Gadis, diselamatkan dari hutan di Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal, pada 2015 dengan kondisi yang sangat kritis. Kaki kanan depannya yang terkena jerat sudah membusuk dan dipenuhi belatung. Ia berhasil diselamatkan, tetapi kakinya harus diamputasi.
Adapun, induk jantannya, Monang, ditemukan dalam keadaan kaki terjerat kawat di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, pada 2017. Kaki Monang bisa disembuhkan.
Sewaktu dilepasliarkan tahun lalu, Citra tengah memasuki usia 3,5 tahun dengan bobot 88 kilogram, tinggi 72 sentimeter, dan panjang 240 sentimeter saat dilepasliarkan. Sementara, Surya berbobot 122 kilogram, tinggi 75 sentimeter, dan panjang 251 sentimeter.

Petugas mengecek kondisi kesehatan seekor harimau jantan yang dievakuasi dari wilayah Merangin ke Tempat Penyelamatan Satwa Jambi, Jumat (22/4/2022). Harimau diharapkan dapat segera dilepasliarkan ke alam.
Baca juga: Melepasliarkan Surya dan Citra, Anak Kandung Konflik Harimau-Manusia
Konservasionis satwa dari Forum Harimau Kita, Hariyo Wibisono menilai upaya konservasi terbaik pada spesies kunci adalah dengan menjaga habitatnya. Sehingga, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya didorong untuk memprioritaskan perlindungan pada habitat. “Kalau kondisi habitatnya baik, sumber pakannya mencukupi, reproduksi harimau akan meningkat dengan sendirinya,” jelasnya.
Adapun, memaksakan peningkatan populasi harimau lewat penangkaran untuk dilepasliarkan kurang efektif. Sebab, insting liar satwa yang lahir di penangkaran lebih rendah ketimbang jika satwa lahir di alam. Ia pun mendorong evaluasi menyeluruh pada peristiwa kematian Citra dan Surya serta mengambil langkah penyelamatan ke depan pada harimau yang tersisa,