Awan Panas hingga 29 Kali, Warga di Lereng Merapi Belum Mengungsi
Masyarakat yang tinggal di sejumlah wilayah lereng Gunung Merapi belum mengungsi setelah terjadinya erupsi pada Sabtu (11/3/2023) siang. Meski begitu, persiapan untuk pengungsian tetap dilakukan.
Oleh
REGINA RUKMORINI, HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum mengungsi setelah terjadinya erupsi, Sabtu (11/3/2023). Meski begitu, pemerintah daerah dan pihak terkait tetap bersiap jika sewaktu-waktu warga harus mengungsi.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), erupsi Gunung Merapi ditandai dengan rangkaian awan panas guguran yang mulai terjadi pada Sabtu pukul 12.12 WIB. Hingga pukul 16.00 WIB, dilaporkan terjadi 24 kali awan panas guguran di gunung api tersebut.
Namun, berdasarkan data terkini dari BPPTKG, hingga Sabtu pukul 18.00 WIB, tercatat ada 29 kali awan panas guguran yang terjadi di Merapi. Rangkaian awan panas guguran itu tercatat di seismogram dengan amplitudo 30-75 milimeter dan durasi 86,6 detik hingga 458,6 detik.
Rangkaian awan panas tersebut mengarah ke barat daya atau ke arah Sungai Bebeng dan Sungai Krasak. Adapun jarak terjauh awan panas guguran itu sekitar 4 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Muflichah Roychani, mengatakan belum ada warga yang mengungsi setelah terjadinya erupsi Merapi. Hal ini karena belum ada rekomendasi dari BPPTKG untuk mengungsikan warga.
"Sebelum ada rekomendasi dari BPPTKG, kami pun belum berani mengungsikan warga," ujar Muflichah.
Salah satu wilayah di Kabupaten Magelang yang mendapat perhatian terkait erupsi Merapi adalah Dusun Babadan 1 di Desa Paten, Kecamatan Dukun. Sebab, menurut Muflichah, dusun tersebut hanya berjarak sekitar 5,5 km dari puncak Merapi. Namun, hingga sekarang, warga di dusun itu belum mengungsi.
Muflichah menambahkan, warga di sebagian wilayah Kecamatan Dukun juga sempat mengalami kepanikan saat terjadi hujan abu vulkanik akibat erupsi Merapi. Sebab, hujan abu yang lebat membuat kondisi wilayah itu menjadi gelap gulita. Namun, perangkat desa berhasil menenangkan warga sehingga mereka tak terburu-buru mengungsi.
Meski begitu, Muflichah menyebut, Pemerintah Kabupaten Magelang telah siap jika sewaktu-waktu warga harus mengungsi. Di Kabupaten Magelang terdapat 38 tempat evakuasi akhir (TEA). Dari jumlah tersebut, 11 TEA dalam kondisi rusak ringan, tetapi tetap bisa digunakan.
Selain itu, masyarakat di lereng Gunung Merapi juga masih memiliki sejumlah gedung, misalnya sekolah dan gedung olahraga, yang bisa difungsikan sebagai tempat pengungsian. ”Warga juga bisa mengungsi di rumah-rumah kerabat di lain desa di luar wilayah Kawasan Rawan Bencana III,” katanya.
Sebelum ada rekomendasi dari BPPTKG, kami pun belum berani mengungsikan warga.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Magelang, ada 11 kecamatan di kabupaten itu yang terdampak hujan abu akibat erupsi Merapi. Menyikapi kondisi tersebut, BPBD Kabupaten Magelang membagikan 65.000 masker kepada warga di 12 desa di tiga kecamatan dengan dampak abu terparah. Karena hujan yang kemudian turun, abu di sebagian wilayah juga sudah bisa sedikit dibersihkan.
Muflichah menambahkan, sesuai imbauan dari BPPTKG, ketika turun hujan di puncak Merapi, warga juga diminta tidak beraktivitas di alur sungai. Sebab, hujan di area puncak dikhawatirkan memicu terjadinya banjir lahar hujan.
Nurman, relawan dari komunitas Peduli Merapi, mengatakan, erupsi yang terjadi pada Sabtu pukul 12.12 langsung memicu kepanikan para penambang pasir di lereng Merapi. Truk-truk pasir langsung beramai-ramai turun dari lokasi tambang. Pada pukul 15.00, jalan di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, pun terlihat lebih lengang tanpa ada satu pun truk pembawa pasir.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro mengatakan belum ada laporan warga di lereng Gunung Merapi yang mengungsi setelah terjadinya erupsi pada Sabtu siang hingga sore. Namun, dia menyebut, masyarakat terus siaga memantau aktivitas Merapi.
Bambang menuturkan, setelah terjadinya erupsi pada Sabtu siang, sejumlah warga Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, melakukan evakuasi mandiri menuju ke tempat yang lebih aman. Hal ini karena dusun itu hanya berjarak 5,7 km dari puncak Merapi. Namun, beberapa waktu kemudian, mereka sudah kembali ke rumah.
”Tadi sempat evakuasi mandiri, tapi kan sudah pulang semua karena kondisi sudah landai,” kata Bambang.