Tinggal di Zona Rawan, Warga Pulau Serasan Perlu Dilatih Mitigasi
BMKG mengidentifikasi setidaknya ada tiga titik yang masih berpotensi longsor di Pulau Serasan, Natuna, Kepualaun Riau. BNPB dan BPBD didorong melatih warga mendeteksi tanda-tanda bencana.
Oleh
PANDU WIYOGA, YOLA SASTRA
·3 menit baca
NATUNA, KOMPAS — Tanah longsor yang terjadi di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, 6 Maret 2023, mengungkap kerawanan bencana di kawasan tersebut. Selain longsor, sejumlah bencana hidrometeorologi lain, seperti kekeringan dan rob, juga mengintai warga di pulau kecil tersebut. Pemerintah didorong melatih warga mendeteksi tanda-tanda bencana.
Pada Jumat (10/3/2023), Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono; Menteri Sosial Tri Rismaharini; Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita; serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto meninjau lokasi bencana longsor di Pulau Serasan.
Berdasarkan data Satuan Tugas Tanggap Bencana Natuna hingga 10 Maret pukul 18.00, jumlah korban meninggal akibat longsor 33 orang. Di samping itu, ada 21 korban yang belum ditemukan. Sebanyak 700 anggota Satgas Tanggap Bencana dikerahkan untuk melakukan pencarian.
Dalam peninjauan bersama ke lokasi bencana tersebut, Dwikorita mengatakan, ada tiga zona di Pulau Serasan yang masih berpotensi longsor. Menurut dia, BMKG akan bekerja sama dengan BNPB dan Kementerian PUPR untuk mitigasi lanjut.
"Kami mendukung BNPB untuk edukasi masyarakat agar bisa melihat tanda-tanda (suatu lokasi akan) longsor. Kami sedang berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah Natuna dan Kepala Pelaksana BPBD Natuna untuk menguatkan peringatan dini," kata Dwikorita.
Sebelum terjadi longsor pada 6 Maret, kata Dwikorita, terdeteksi pusaran angin borneo vortex di Pulau Kalimantan bagian barat. Hal itu menyebabkan hujan lebat dan angin kencang yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi di Pulau Serasan.
”Sebenarnya peringatan dini sudah diberikan pada 28 Februari. Sekarang tinggal bagaimana aksi dini (tanggap bencana) harus didorong bersama,” ujar Dwikorita.
Sementara itu, Muhadjir mengatakan, untuk mengantisipasi bencana serupa, pemerintah akan merelokasi lebih kurang 100 rumah warga di zona rawan bencana di Pulau Serasan. Sebanyak 30 rumah di antaranya merupakan rumah warga yang rusak total karena tertimbun longsor pada 6 Maret, sedangkan 70 sisanya adalah rumah warga yang berada di zona rawan.
Lokasi relokasi rumah warga jangan terlalu dekat dengan alur sungai supaya aman dari banjir.
Adapun Basuki menambahkan, bahan-bahan konstruksi untuk relokasi rumah warga akan segera diangkut dengan kapal dari Sumatera Selatan. Pembangunan rumah relokasi akan melibatkan warga setempat agar ada dampak ekonomi di daerah.
Selain harus jauh dari lereng bukit agar terhindar dari longsor, Dwikorita juga meminta agar lokasi relokasi rumah warga jangan terlalu dekat dengan alur sungai supaya aman dari banjir. Ia juga meminta kepada Kementerian PUPR untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi dan bahaya rob dalam memilih lokasi relokasi rumah warga.
Rawan bencana
Kerawanan bencana yang tinggi di Pulau Serasan dirasakan juga oleh Risma. Untuk meninjau tiga lokasi pengungsian korban longsor di Pulau Serasan, ia harus menggunakan sepeda motor melewati jalan berbukit sempit yang di beberapa lokasi masih tertimbun longsoran.
”Saat naik helikopter tadi, saya lihat masih utuh hutannya. Meski begitu, longsor tetap juga terjadi di beberapa titik. Dampak global warming luar biasa,” kata Risma.
Oleh karena itu, ia meminta agar ke depan warga pulau-pulau kecil dilatih bagaimana mencegah dan menghadapi bencana alam. Di samping itu, ia menilai, setiap lokasi yang terisolasi perlu memiliki lumbung sosial yang berisi makanan dan peralatan darurat yang bisa dipakai saat terjadi bencana.
Bupati Natuna Wan Siswandi menambahkan, kerawanan longsor tidak hanya menjadi masalah di Pulau Serasan. Beberapa pulau kecil lain di wilayah Kabupaten Natuna juga memiliki kerawanan serupa. ”Longsor juga terjadi di Pulau Batu Berlian yang terletak tepat di depan Pulau Serasan. Hanya saja, runtuhan longsoran mengarah ke laut sehingga tidak sampai melukai warga,” katanya.