Banjir Rendam Ratusan Rumah di Tiga Nagari di Dharmasraya
Hujan deras sejak malam hingga pagi memicu banjir di Kecamatan Timpeh, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Ada sekitar 423 rumah dan 10 bangunan lain di tiga nagari yang terendam banjir.
Oleh
YOLA SASTRA
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS — Hujan deras sejak malam hingga pagi memicu banjir di tiga nagari atau wilayah setingkat desa di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dharmasraya mencatat, 423 rumah dan 10 bangunan lain terendam banjir.
Banjir tersebut terjadi di tiga nagari di Kecamatan Timpeh, yaitu Timpeh, Taratak Tinggi, dan Tabek. Ketinggian banjir mencapai 1,5 meter.
Kepala BPBD Dharmasraya Eldison mengatakan, banjir terjadi sejak Jumat (10/3/2023) pagi. Pemicunya hujan deras yang berlangsung sejak Kamis (9/3/2023) pukul 22.00 hingga Jumat pukul 06.00.
Akibat hujan deras tersebut, kata Eldison, debit air Batang (Sungai) Timpeh dan sungai kecil lainnya naik sehingga menyebabkan banjir yang merendam rumah warga, jalan utama, dan fasilitas lain.
”Banjir menyebabkan aktivitas masyarakat, sekolah, dan pemerintahan setempat terganggu,” kata Eldison saat dihubungi dari Padang, Jumat.
Berdasarkan data BPBD Dharmasraya, banjir merendam 90 rumah di Nagari Timpeh; 329 rumah, 6 sekolah, 4 tempat ibadah, dan 2 puskesmas/polindes di Nagari Taratak Tinggi; serta 4 rumah di Nagari Tabek.
Eldison melanjutkan, sejauh ini tidak ada laporan korban akibat banjir tersebut. Adapun total kerugian akibat banjir sedang dihitung. ”Siang ini banjir mulai surut, tetapi cuaca masih mendung,” katanya.
Eldison menambahkan, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan tinggi masih akan terjadi di Dharmasraya. Oleh karena itu, masyarakat diimbau lebih siaga terhadap potensi bencana yang dipicu curah hujan tinggi, seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang.
Banjir menyebabkan aktivitas masyarakat, sekolah, dan pemerintahan setempat terganggu.
Secara terpisah, Wali Nagari Timpeh Febry Gusneli Yunus mengatakan, pada Jumat siang, banjir mulai surut di beberapa lokasi. ”Air datang dari arah mudik (hulu) ke hilir. Di mudik, mulai kering, tetapi hilir justru sedang naik airnya,” katanya.
Febry menambahkan, dirinya sudah menawarkan kepada warga untuk membuat tenda pengungsian. Namun, warga menolak dan memilih menunggu banjir surut agar segera bisa membersihkan rumah. Saat ini belasan warga mengungsi ke rumah keluarga terdekat.
Menurut Febry, banjir kali ini merupakan yang pertama di Timpeh setelah 15-20 tahun tidak terjadi banjir sejak alur Batang Timpeh diperbaiki atau diluruskan. Sebelum ada perbaikan alur sungai itu, Nagari Timpeh dan sekitarnya sering banjir.
”Kami pun heran mengapa banjir lagi. Sudah 15 atau 20 tahun tidak ada banjir. Sebelumnya memang sering banjir. Adanya pelurusan sungai, sekitar 20 tahun tidak ada banjir,” kata Febry.