Sembilan Hari Dilanda Banjir, Ratusan Warga Kudus dan Pati Masih Mengungsi
Ratusan warga terdampak banjir di Kudus dan Pati, Jawa Tengah, masih mengungsi hingga hari ke-9 banjir. Penanganan jangka panjang berupa normalisasi sungai yang mendangkal bakal dilakukan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Papan meteran untuk mengukur ketinggian air ketika banjir sering terjadi di Dusun Tanggulangin, Kecamatan Jati, kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa (7/2/2023). Dalam beberapa bulan ini, sejumlah wilayah di Kabupaten Kudus terus-menerus dilanda banjir. Banjir tahunan ini menjadi salah satu yang terparah menggenangi permukiman, akses jalan pantura, lahan pertanian, dan ruang publik lainnya.
KUDUS, KOMPAS — Banjir setinggi 1 meter masih merendam sejumlah permukiman di Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023). Akibatnya, ratusan warga terpaksa tetap mengungsi.
Banjir mulai menggenangi Kudus sejak Rabu (1/3/2023). Hingga Kamis petang, 42 desa di Kecamatan Mejobo, Jati, Jekulo, Undaan, dan Kaliwungu masih terendam banjir.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus, 22.379 jiwa terdampak bencana itu. Pengungsinya 606 jiwa atau hampir 17 kali lipat jumlah sepekan lalu, 36 orang.
Sejauh ini, penyintas menempati tujuh lokasi. Lokasinya di Balai Desa Payaman, Gereja Kristen Muria Indonesia (GMKI) Tanjung Karang, Kelenteng Hok Tik Bio Kudus, Balai Desa Jati Wetan, Balai Desa Gulang, Rumah Tahfidzul Quran, dan Balai Desa Karangrowo.
Selain itu, dapur umum juga dibuat untuk membantu warga terdampak. Lokasinya berada di Balai Desa Payaman, GMKI Tanjung Karang, Masjid Baitun Najim Krajan, Balai Desa Gulang, Balai Desa Jati Wetan, Balai Desa Ngemplak, dan Palang Merah Indonesia Kudus.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Akses layanan transportasi publik lumpuh setelah banjir menggenangi Terminal Kudus di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa (7/2/2023). Dalam beberapa bulan ini, sejumlah wilayah di Kabupaten Kudus terus-menerus dilanda banjir. Banjir tahunan ini menjadi salah satu yang terparah menggenangi permukiman, akses jalan pantura, lahan pertanian, dan ruang publik lainnya.
Kepala BPBD Kudus Mundir mengatakan, banjir disebabkan limpasan air Sungai Wulan dan Sungai Juwana. Pendangkalan di kedua sungai itu menjadi pemicu luapan air.
”Untuk mengurangi genangan, kami membuka pintu air Sungai Wulan di Desa Undaan Lor dan Desa Jatiwetan. Hal itu baru bisa kami lakukan karena baru hari ini debit air di Sungai Wulan mulai surut. Kemudian, kami juga mengoptimalkan pompa-pompa portabel untuk menyedot genangan,” kata Mundir saat dihubungi, Kamis.
Sementara itu, genangan di desa terdampak limpasan Sungai Juwana masih belum bisa dikurangi karena debit airnya masih tinggi. Sedimentasi dan penyempitan aliran sungai membuat air di sungai mengalir sangat lambat. Jika debit air Sungai Juwana sudah berkurang, pembukaan pintu air dan penyedotan air menggunakan pompa akan dilakukan.
Warga melintasi banjir yang sudah sepekan lebih menggenangi permukiman di Dusun Tanggulangin, Kecamatan Jati, kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa (7/2/2023). Dalam beberapa bulan ini, sejumlah wilayah di Kabupaten Kudus terus-menerus dilanda banjir. Banjir tahunan ini menjadi salah satu yang terparah menggenangi permukiman, akses jalan pantura, lahan pertanian, dan ruang publik lainnya.
Di Pati, 952 jiwa dilaporkan masih mengungsi pada Kamis petang. Selain di tempat pengungsian, mereka juga mengungsi ke rumah kerabat atau saudara yang tidak terdampak.
Kepala BPBD Pati Martinus Budi Prasetya menyebut tingginya debit air Sungai Juwana membuat sejumlah desa masih tergenang banjir. Selain aliran air sungai yang melambat, kondisi itu semakin buruk karena ada pembukaan pintu air Bendung Wilanglung sehingga beban Sungai Juwana untuk menampung debit air semakin berat.
”Banjir masih merendam tujuh kecamatan, yakni Gabus, Jakenan, Pati, Kayen, Dukuhseti, Sukolilo, dan Juwana. Ketinggian airnya beragam, ada yang mencapai 1,3 meter, seperti di Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus,” ucap Martinus.
Empat sungai
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Petugas melintasi banjir yang merendam Terminal Kudus di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa (7/2/2023). Dalam beberapa bulan ini sejumlah wilayah di Kabupaten Kudus terus-menerus dilanda banjir. Banjir tahunan ini menjadi salah satu yang terparah menggenangi permukiman, akses jalan pantura, lahan pertanian, dan ruang publik lainnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana Muhammad Adek Rizaldi mengatakan, sedimentasi menjadi salah satu pemicu banjir di Muria Raya, seperti Kabupaten Kudus, Pati, Jepara, dan Grobogan. Ada empat sungai yang disebut mengalami pendangkalan, yakni Sungai Wulan, Juwana, Serang, dan Lusi.
Menurut Adek, penanganan empat sungai itu akan dilakukan secara bertahap menggunakan dana pinjaman dari Bank Pembangunan Asia (ADB). Tahun ini, misalnya, lelang proyek penanganan Sungai Wulan akan dilakukan. Setelahnya, akan dilakukan di Sungai Juwana, Serang, dan Lusi.
”Penanganan bertahap karena kalau kami normalisasi, ternyata masalahnya macam-macam. Ada yang di badan sungainya sudah diokupasi masyarakat, dijadikan lahan pertanian, dan dijadikan bangunan sehingga perlu ada relokasi atau pembebasan tanah. Sungai Wulan tidak memerlukan pembebasan tanah sehingga bisa dikerjakan lebih dulu," ujar Adek.
Selain normalisasi sungai-sungai yang mendangkal, tanggul-tanggul sungai yang kritis akan direvitalisasi. Berdasarkan pendataan BBWS Pemali-Juana tahun lalu, ada 47 kilometer tanggul kritis dari total panjang sungai-sungai di wilayahnya, yakni 7.383 kilometer.
”Dari 47 kilometer tanggul sungai kritis, sudah dan sedang kami tangani sepanjang 21,6 kilometer. Sepanjang 25,4 kilometer sisanya belum kami tangani. Tahun ini kami lakukan penanganan,” pungkasnya.