435 Rumah di Kendari Rusak Diterjang Angin Kencang
Sebanyak 435 rumah dan sejumlah fasilitas umum di Kendari rusak akibat diterjang angin kencang. Pemerintah Kota Kendari siagakan anggaran tidak terduga sebesar Rp 30 miliar untuk proses pemulihan dan tanggap bencana.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Penjabat Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu beserta jajaran lainnya memantau penanganan darurat bencana angin kencang di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (8/3/2023). Bencana angin kencang Kendari menyebabkan 1 warga meninggal, 435 rumah rusak, serta sejumlah fasilitas umum ikut terdampak.
KENDARI, KOMPAS — Sebanyak 435 rumah dan sejumlah fasilitas umum di Kendari rusak dilanda bencana angin kencang. Pendataan serta penyaluran bantuan masih terus dilakukan. Pemerintah Kota Kendari siagakan anggaran tidak terduga sebesar Rp 30 miliar. Sebagian dari dana itu untuk proses pemulihan dan tanggap bencana.
Bencana angin kencang melanda wilayah Kendari dan sekitarnya pada Minggu (5/3/2023). Data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendari, sebanyak 435 rumah warga rusak, serta sejumlah fasilitas umum ikut terdampak.
Penjabat Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu mengungkapkan, pihaknya masih mendata dan memverifikasi kerusakan. Sebanyak 11 tim telah dibentuk untuk menangani kondisi darurat bencana angin kencang di Kendari.
”Tim ini dibentuk berdasar wilayah terdampak bencana angin kencang di 11 kecamatan dan 65 kelurahan di Kendari. Masing-masing tim telah diturunkan sejak kejadian dan melakukan penanganan. Kami juga telah mengeluarkan darurat bencana selama tujuh hari, terhitung sejak Senin hingga Minggu (12/3/2023),” kata Asmawa di posko penanganan darurat bencana, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (8/3/2023).
Sejak bencana terjadi, ia melanjutkan, upaya pemulihan terus dilakukan. Pohon tumbang mulai diangkut satu per satu, utamanya yang menutup badan jalan. Setelah itu, tim difokuskan untuk membersihkan lingkungan perumahan.
Upaya pendataan serta verifikasi data kerusakan rumah juga masih terus berlangsung. Data tersebut nantinya akan dikirim ke pemerintah pusat guna mendapatkan dana rehabilitasi dan rekonstruksi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Petugas BPBD Kendari memotong batang pohon tumbang yang menimpa rumah warga di Puuwatu, Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (6/3/2023). Cuaca ekstrem melanda wilayah Kendari pada Minggu (5/3/2023) petang mengakibatkan rusaknya bangunan serta menimbulkan korban jiwa.
”Kami juga menyalurkan bantuan sembako, sejumlah 150 paket. Ini harus benar dipilah mana yang betul-betul membutuhkan saat ini,” ucapnya. “Selain itu, anggaran dana tidak terduga berjumlah Rp 30 miliar disiagakan. Namun, tentu dana tersebut tidak akan digunakan semua, hanya dipilah sesuai skala prioritas dahulu. Pastinya, kami harapkan warga agar tetap waspada dan selalu siaga terhadap bencana,” ujarnya.
Rahmat Yunus, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kendari menuturkan, dari 11 kecamatan terdampak ada empat kecamatan yang mengalami dampak parah. Wilayah tersebut adalah Puuwatu, Mandonga, Kadia, dan Wua-wua.
”Dari keempat wilayah ini, dua yang paling parah adalah Puuwatu dan Mandonga. Total korban satu meninggal dan tiga orang luka-luka,” katanya.
Bencana angin kencang disertai hujan dan petir menimpa wilayah Kendari pada Minggu (5/3/2023) petang. Cuaca tiba-tiba berubah gelap disertai hujan ekstrem. Angin bertiup kencang merobohkan pohon dan menerbangkan beberapa bagian bangunan.
Di Kelurahan Watulondo, Puuwatu, Kendari, Jumiati (65) meninggal karena tertimpa pohon. Ia tidak sempat menyelamatkan diri saat sebuah pohon jambu mete tumbang dan menghancurkan rumah papannya ketika angin kencang melanda.
Selain Jumiati, dua orang lainnya juga meninggal akibat dampak cuaca buruk. Seorang warga di Morosi, Konawe, meninggal tertimpa pohon saat berkendara dalam kondisi hujan deras serta angin kencang. Sementara itu, seorang nelayan asal Konawe Selatan meninggal tersambar petir di perairan Kendari.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Tetangga mengunjungi rumah Mujiati (65), warga Watulondo, Puuwatu, Kendari, Sulawesi Tenggara, yang meninggal setelah tertimpa pohon tumbang akibat angin kencang, Senin (6/3/2023).
Di wilayah lain, pohon bertumbangan menutup badan jalan serta merusak rumah warga. Angin kencang juga merusak beberapa bagian bangunan dan fasilitas umum.
Hingga Rabu siang, kondisi Kota Kendari terlihat mulai pulih dari bencana angin kencang. Puluhan pohon tumbang yang sebelumnya menutupi badan jalan telah disingkirkan meski belum terangkut keseluruhan.
Kepala Stasiun Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kendari Sugeng Widarko sebelumnya menjelaskan, cuaca ekstrem terjadi karena labilnya nilai labilitas atmosfer sehingga menjadikan konvektisitas lokal menguat. Hal ini menyebabkan pertumbuhan awan-awan konvektif lebih signifikan di kawasan Kendari.
Total korban satu meninggal dunia dan tiga orang luka-luka.
Selain itu, awan kumulonimbus yang tumbuh merupakan multisel sehingga menyebabkan embusan angin sangat kuat disertai petir. Bahkan, dari pantauan radar, ketinggian dasar awan sangat rendah, yaitu sekitar 200 meter. Kondisi ini berdampak pada kuatnya embusan angin ke daratan.
”Kecepatan angin mencapai 25 knot (45 kilometer per jam). Sementara curah hujan tercatat 10-20 milimeter atau kategori sedang. Potensi cuaca buruk bisa terjadi kembali meski peristiwa seperti kemarin sangat jarang terjadi. Kami telah mengeluarkan peringatan dini, lalu berharap agar masyarakat terus waspada akan dampak bencana hidrometeorologi, seperti angin kencang di Kendari.” katanya.