Ratusan Penari Bakal Tampilkan Tari Kolosal di Hari Terakhir WSBK Mandalika
Kehadiran budaya lokal NTB dalam ajang WSBK Mandalika tahun ini makin diperbanyak. Ajang itu pun diharapkan tidak semata untuk olahraga, tetapi juga bisa memperkenalkan ragam budaya NTB ke dunia internasional.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Kejuaraan Dunia Superbike atau WSBK di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, tidak hanya menjadi ajang olahraga. Acara itu juga menjadi kesempatan besar untuk memperkenalkan ragam budaya NTB ke dunia internasional. Itulah kenapa, pada hari terakhir WSBK, Minggu (5/3/2023), akan digelar pertunjukan tari kolosal yang melibatkan ratusan penari.
WSBK 2023 seri Mandalika akan berlangsung pada 3-5 Maret 2023. Hingga Kamis (2/3/2023) ini, berbagai persiapan di dalam dan luar sirkuit masih terus dilakukan. Persiapan juga dilakukan untuk menyiapkan pertunjukan budaya.
Direktur Teknis dan Operasi Mandalika Grand Prix Association (MGPA) Samsul Purba mengatakan, format WSBK 2023 tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Yang membedakan hanyalah absennya gelaran Asia Talent Cup yang diganti dengan Kejuaraan Nasional Mandalika Racing Series.
Meski demikian, pada tahun ini, ada penambahan dalam hal muatan budaya lokal NTB. ”Tahun lalu juga sudah ada. Tetapi tahun ini kami buat sedikit lebih kental,” kata Samsul.
Menurut Samsul, pada WSBK 2023, penambahan muatan lokal itu antara lain dilakukan dengan menambah jumlah penari dalam tarian kolosal pada hari terakhir balapan. Tahun lalu, penari yang terlibat dalam pentas itu hanya 50 orang. Namun, tahun ini, jumlah penari bertambah menjadi 250 orang.
Pada Rabu (1/3/2023) siang, juga digelar karnaval budaya di kawasan Pantai Kuta Mandalika. Karnaval yang diinisiasi Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah itu menampilkan berbagai kesenian dan pakaian adat NTB. Sejumlah pebalap WSBK dan WorldSSP bahkan ikut memeriahkan karnaval itu.
”Selain itu, ada juga beberapa atraksi yang ditampilkan di Lombok Sumbawa Festival. Harapannya, budaya Lombok dan Sumbawa semakin terekspos ke dunia internasional,” kata Samsul.
Pada hari terakhir WSBK, Minggu (5/3/2023), akan digelar pertunjukan tari kolosal yang melibatkan ratusan penari.
Inen Gumi
Tari kolosal yang akan ditampilkan pada hari terakhir WSBK itu dinamakan Inen Gumi yang dalam bahasa Sasak (suku asli Lombok) berarti Ibu Bumi. Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB Baiq Ika Wahyu Wardani selaku konseptor pertunjukan mengatakan, para penari yang terlibat dalam tarian itu berasal dari 10 kabupaten kota di NTB.
Pertunjukan tersebut membawa pesan bahwa kehidupan bermasyarakat tidak luput dari berbagai macam konflik, perseteruan, bahkan pertikaian. Situasi itu diilustrasikan melalui Gendang Beleq yang merupakan alat musik tradisional Lombok serta Peresean atau tari perang antara dua pria menggunakan rotan dan perisai.
Agar terhindar dari konflik itu, diperlukan kesadaran diri yang tinggi bahwa musuh sesungguhnya ada di dalam diri kita masing-masing. Untuk sampai pada kesadaran itu, bumi dan seluruh isinya, termasuk manusia, perlu diberkati. Oleh karena itu, dalam tari kolosal tersebut, akan ada ritual penyembek atau pemberkatan.
Setelah pemberkatan dilakukan, tercipta kondisi yang damai antara Bumi dan manusia sehingga membawa keindahan dan kebahagiaan. Dalam tari kolosal, situasi itu akan digambarkan lewat Tari Cilinaya. Setelah itu, pertunjukan bakal ditutup dengan menyanyikan lagu ”Indonesia Raya”.
Ika menambahkan, durasi pertunjukan kolosal itu sekitar 10 menit. Ia berharap, tari kolosal tersebut tidak hanya menghibur penonton WSBK, tetapi juga bisa memperkenalkan kekayaan NTB. Sebab, provinsi itu tidak hanya memiliki destinasi wisata seperti pantai dan alam, tetapi juga keindahan budaya.
”NTB juga memiliki ragam budaya dan tradisi unik dengan filosofi tinggi serta kaya makna yang melebur dalam diri masyarakat Sasak, Samawa (Sumbawa), dan Mbojo (Bima),” kata Ika.