Delapan Kecamatan di Sragen Banjir, Belasan Ribu Warga Terdampak
Hujan deras melanda Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, sejak Rabu (1/3/2023) malam hingga Kamis (2/3/2023) siang. Lamanya durasi hujan mengakibatkan tujuh kecamatan di daerah tersebut mengalami banjir.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Seorang warga tengah dievakuasi akibat banjir yang melanda di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Kamis (2/3/2023). Banjir terjadi sejak Rabu malam. Namun, ketinggiannya meningkat mengingat hujan juga tidak kunjung reda.
SRAGEN, KOMPAS — Hujan deras melanda Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, sejak Rabu (1/3/2023) malam hingga Kamis (2/3/2023) siang. Lamanya durasi hujan mengakibatkan tujuh kecamatan di daerah tersebut mengalami banjir. Dampak bencana tersebut dialami belasan ribu warga. Penanganan difokuskan pada evakuasi dan pendataan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, delapan kecamatan yang terendam banjir adalah Masaran, Plupuh, Tanon, Sidoharjo, Sragen, Gesi, Sambungmacan, dan Sukodono. Ada 16 desa di delapan kecamatan tersebut yang dilanda banjir.
Untuk sementara, total warga terdampak banjir mencapai 11.185 orang. Adapun jumlah rumah yang terendam sebanyak 995 unit. Fasilitas umum yang ikut terdampak banjir, antara lain, ialah 10 sekolah, 2 fasilitas kesehatan, 16 masjid, 10 jembatan, 40 pertokoan, dan 1.200 hektar sawah.
Sejumlah warga tengah mengevakuasi diri akibat banjir yang melanda di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Kamis (2/3/2023). Banjir terjadi sejak Rabu malam. Namun, ketinggiannya meningkat mengingat hujan juga tidak kunjung reda.
”Kami fokuskan evakuasi dulu. Ini membantu para warga kita. Tadi siang sempat mengantar logistik ke beberapa titik yang sulit dijangkau. Kalau data riilnya masih direkap. Karena, ini ada tambahan informasi terus,” kata Kepala Pelaksana BPBD Sragen Agus Cahyono saat dihubungi, Kamis petang.
Berdasarkan pantauan Kompas, salah satu desa yang terdampak banjir ialah Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen. Di desa tersebut, ada dua dusun yang terendam luapan air sungai, yakni Dusun Gabusan dan Tugu. Hingga Kamis petang, ketinggian air yang merendam kedua dusun tersebut terentang dari 50 sentimeter hingga 1 meter. Air membenamkan jalan desa sehingga proses evakuasi membutuhkan perahu karet.
Kepala Desa Tangkil Suyono menceritakan, genangan air mulai muncul sejak Rabu malam. Saat itu belum banyak area yang tergenang. Namun, hujan tidak henti-hentinya mengguyur wilayah tersebut. Akibatnya, area yang digenangi air semakin bertambah luas. Bahkan, terus terjadi peningkatan ketinggian air hingga Kamis petang.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Sejumlah warga tengah dievakuasi akibat banjir yang melanda di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Kamis (2/3/2023). Banjir terjadi sejak Rabu malam. Namun, ketinggiannya meningkat mengingat hujan juga tidak kunjung reda.
Di sisi lain, lanjut Suyono, desa itu menjadi titik pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Garuda dan Mungkung. Kedua sungai itu selanjutnya mengalir ke Sungai Bengawan Solo. Dengan tingginya debit dari Sungai Bengawan Solo, praktis aliran air dari pertemuan kedua sungai tersebut tertahan sehingga meluap ke kompleks permukiman warga.
”Dari data (Kamis) siang, ada sekitar 50 rumah yang terendam banjir. Sekarang debit air naik, mungkin bertambah lagi. Dua dusun itu sudah tergenang air semua,” kata Suyono.
Peningkatan debit air juga disikapi Suyono dengan mendorong warga agar mau dievakuasi. Proses evakuasi dibantu sukarelawan dari berbagai kelompok. Prioritas evakuasi ialah warga yang berusia lanjut, perempuan, dan anak-anak. Ada dua titik lokasi pengungsian yang disediakan, yaitu rumah pribadi miliknya dan Balai Desa Tangkil. Rumahnya mampu menampung 70 orang, sedangkan balai desa bisa ditempati hingga 500 orang.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Sejumlah warga tengah dievakuasi akibat banjir yang melanda di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Kamis (2/3/2023). Banjir terjadi sejak Rabu malam. Namun, ketinggiannya meningkat mengingat hujan juga tidak kunjung reda.
”Ini yang menjadi tantangan. Tidak semua warga mau dievakuasi. Mereka beralasan rumahnya belum kena. Karena, memang rumah warga kebanyakan lebih tinggi daripada jalan. Namun, kami terus berusaha membujuk agar sementara mau tinggal di pengungsian dulu biar lebih aman,” kata Suyono.
Suyono menambahkan, dapur umum juga langsung didirikan di balai desa. Pengoperasian dapur umum didukung sukarelawan dan karang taruna setempat. Keberadaan dapur umum itu untuk memastikan kebutuhan konsumsi para pengungsi tetap terjamin.
Selain warga, lanjut Suyono, ada juga ternak yang diungsikan oleh para pemiliknya. Namun, pihaknya belum melakukan pendataan untuk warga yang mengungsikan ternaknya. Titik-titik yang dipilih warga untuk mengungsikan ternak, seperti jalanan sepi hingga kandang milik kerabatnya.
Seorang warga mengevakuasi ternak miliknya akibat banjir yang melanda di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Kamis (2/3/2023). Banjir terjadi sejak Rabu malam. Namun, ketinggiannya meningkat mengingat hujan juga tidak kunjung reda.
Paimin (45), warga Desa Tangkil, termasuk salah seorang yang mengungsikan ternak sapinya. Ada tiga sapi yang diungsikan. Itu dilakukannya demi mengantisipasi jika debit air semakin tinggi. Dikhawatirkan, jika ketinggian air terus meningkat, ternak miliknya justru terendam dan lebih sulit dievakuasi.
”Ini diungsikan di kandang orang lain. Sulit juga tadi membawa ke sini. Satu ekor bisa hampir satu jam karena sapinya berontak,” kata Paimin.