Revitalisasi cagar budaya di Kota Metro, Lampung, bergeliat selama tiga tahun terakhir. Upaya merawat bangunan bersejarah tidak hanya diupayakan oleh pemerintah kota, tetapi juga oleh masyarakat.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
METRO, KOMPAS — Revitalisasi cagar budaya di Kota Metro, Lampung, terus bergeliat selama tiga tahun terakhir. Upaya merawat bangunan bersejarah tidak hanya dilakukan pemerintah kota, tetapi juga masyarakat.
Hingga saat ini sudah dua bangunan bersejarah di Kota Metro yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan direvitalisasi, yakni Rumah Informasi Sejarah (RIS) Dokterswoning dan Museum Mini Santa Maria. Sementara itu, satu obyek bangunan bersejarah lainnya, yakni Rumah Asisten Wedana Metro, akan direvitalisasi tahun ini.
Asisten II Kota Metro Yeri Ehwan menuturkan, secara geografis, Kota Metro tidak mempunyai potensi sumber daya alam, seperti pantai atau gunung yang bisa dikembangkan sebagai obyek wisata. Karena itu, pemerintah kota merajut nilai-nilai sejarah yang ada di Kota Metro sebagai kekuatan daerah.
Bangunan cagar budaya di Kota Metro diharapkan bisa dikembangkan menjadi obyek wisata daerah. Kawasan itu sekaligus menjadi ruang terbuka untuk anak-anak muda.
Menurut dia, partisipasi masyarakat dalam memajukan Kota Metro sangat besar. ”Selain terlibat dalam upaya revitalisasi cagar budaya, masyarakat juga mengembangkan berbagai pasar kreatif,” kata Yeri di Kota Metro, Rabu (1/3/2023).
Saat ini, bermunculan berbagai pasar kreatif yang mempunyai keunggulan masing-masing, antara lain Pasar Kreatif Bakul Batik Metro di Kelurahan Banjar Sari dan Pasar Payungi di Kelurahan Yosomulyo yang menjajakan berbagai kuliner tradisional.
Tim Ahli Cagar Budaya Kota Metro, Oki Hajiansyah Wahab, menuturkan, partisipasi masyarakat dalam merawat cagar budaya bukan hanya tenaga, melainkan juga gagasan hingga material. Mereka secara sukarela menyalurkan donasi berupa bahan bangunan dan uang untuk merevitalisasi bangunan cagar budaya.
Menurut dia, revitalisasi cagar budaya Rumah Asisten Wedana Metro baru akan dimulai bulan ini. Saat ini tim ahli telah menyiapkan desain arsitektur untuk revitalisasi bangunan utama cagar budaya tersebut.
”Revitalisasi cagar budaya ini baru dimulai karena bangunan utamanya belum sama sekali diperbaiki. Ini penanda bahwa jika warga serius memulainya, pemerintah tentu harus lebih serius,” kata Oki.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Metro Qomaru Zaman menuturkan, upaya merawat bangunan bersejarah ini sejalan dengan visi pembangunan Kota Metro sebagai kota pendidikan. Saat ini, pemerintah terus mendorong agar para pelajar di Kota Metro memahami perkembangan sejarah dan budaya kotanya.
Salah satunya dengan menggelar berbagai kegiatan yang melibatkan partisipasi pelajar, seperti lomba cerdas cermat permuseuman dan kebudayaan. Selain itu, anak-anak muda juga dilibatkan dalam berkreasi membuat mural di berbagai titik.
Sebagai salah satu daerah tujuan transmigrasi di Lampung, masyarakat Kota Metro juga beragam dan hidup berdampingan. Ke depan, pemerintah akan terus membangun kota dengan melibatkan partisipasi warga.