Banjir Melanda Sejumlah Wilayah di Kabupaten Bengkayang
Banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Ratusan keluarga terdampak. Tiga warga hilang akibat perahu yang ditumpangi terbalik diterjang banjir.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Ratusan keluarga terdampak. Tiga warga hilang setelah perahu yang ditumpangi terbalik diterjang banjir.
Ketua Satuan Tugas Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Barat Daniel, Rabu (1/3/2023), menuturkan, banjir terjadi sejak Senin dengan ketinggian hingga 1 meter.
Pada Rabu, banjir masih terjadi meskipun perlahan surut. Ketinggian banjir berdasarkan data pukul 08.00 berkisar 15-50 sentimeter. Namun, jika masih hujan, ada kemungkinan ketinggian banjir bertambah.
Berdasarkan data yang diterima BPBD Kalbar, banjir setidaknya melanda sembilan desa di lima kecamatan di Kabupaten Bengkayang yang berjarak 197,9 kilometer dari Pontianak, ibu kota Provinsi Kalbar. Ratusan warga terdampak. Adapun tiga warga masih dalam pencarian setelah perahu yang ditumpangi terbalik diterjang banjir.
”Warga yang hilang tersebut saat terjadi banjir sedang naik perahu. Kemudian, perahunya terbalik. Proses pencarian masih dilakukan,” ungkap Daniel.
Pihaknya terus memantau perkembangan laporan tim gabungan di lapangan, termasuk data terbaru. Pendataan di lokasi terus dilakukan. Masyarakat juga diimbau untuk terus mewaspadai bencana.
Di Kalbar secara umum terdapat 447 desa rawan banjir. BPBD provinsi dan kabupaten mendorong masyarakat menjaga lingkungan. Apabila perlu, dengan swadaya masyarakat membersihkan selokan dan sungai.
Selain banjir, Bengkayang juga dilanda longsor pada Senin (27/2/2023), tepatnya di Dusun Jelatang, Kecamatan Ledo. Longsor sempat menutup akses jalan raya Ledo-Sanggau Ledo sepanjang 10 meter. Material longsor di jalan tersebut sudah dibersihkan sehingga jalan bisa dilintasi.
Sejumlah fasilitas umum terdampak longsor, yaitu menara komunikasi dan satu sekolah. Dinding sekolah roboh karena hantaman longsor. Kini tim gabungan masih membersihkan lokasi longsor.
Kabupaten Bengkayang didorong menetapkan status tangggap darurat banjir dan tanah longsor. Hal itu penting untuk memberi kemudahan mobilitas bantuan dari provinsi manakala kabupaten memerlukan bantuan logistik dan personel dari provinsi.
”Masyarakat diimbau tetap mewaspadai bencana. Sebab, masih ada kemungkinan bencana karena cuaca ekstrem,” ujar Daniel.
Hingga Rabu ini, tim gabungan dari Kabupaten Bengkayang masih berada di lokasi banjir dan longsor. Menurut Daniel, jaringan telekomunikasi di lokasi bencana tersebut agak sulit.
Saat di sungai terjadi pendangkalan, air bertahan di darat ketika hujan.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Supadio, Pontianak, Debi, menjelaskan, dalam tiga hari ke depan, tanggal 1-3 Maret, secara umum di Kalbar masih berpotensi terjadi hujan merata di wilayah Kalbar dengan intensitas ringan hingga lebat.
Ada sejumlah daerah di Kalbar yang berpotensi hujan dengan intensitas lebat, yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang, Kabupaten Ketapang, dan Kabupaten Landak. Kemudian, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Selain itu, sebagian di Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya.
Gubernur Kalbar Sutarmidji menuturkan, masalah banjir di Kalbar disebabkan Sungai Kapuas sudah lebih dari lima tahun tidak dikeruk. Menurut Sutarmidji, hal itu kewenangan Kementerian Perhubungan.
”Saat di sungai terjadi pendangkalan, maka air bertahan di darat ketika hujan,” ujarnya.
Agapitus dari Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar menilai, banjir yang terjadi di Kalbar akhir-akhir ini bukan semata karena cuaca, melainkan degradasi lingkungan. Daya dukung alam menurun. Sungai juga mengalami pendangkalan.
Bencana banjir yang terjadi akhir-akhir ini di Kalbar didominasi bencana ekologis dan bukan lagi siklus alam normal. Oleh sebab itu, diperlukan peninjauan perizinan yang berbasis lahan.