Surabaya Anggarkan Rp 30 Miliar dan Siapkan Tim Khusus Penanganan Jalan Rusak
Pemerintah Kota Surabaya menganggarkan Rp 30 miliar dan membentuk tim khusus untuk mempercepat respons penanganan jalan rusak di musim hujan sehingga dapat menekan risiko kecelakaan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Suasana di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (25/1/2023). Jalan Tunjungan yang terkenal sebagai pusat ekonomi pada masa lalu kini terus berkembang. Banyak bangunan yang sebelumnya mangkrak kini telah berfungsi sebagai pusat ekonomi. Sejumlah kegiatan yang digagas Pemkot Surabaya turut membantu proses pengembangan kawasan Jalan Tunjungan.
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya menganggarkan Rp 30 miliar dan menambah tim khusus untuk penanganan jalan rusak dalam masa musim hujan tahun ini. Pembuangan air yang tidak sempurna memicu genangan air dan rentan merusak aspal.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya Lilik Arijanto mengatakan, tim penanganan jalan rusak terdiri atas kelompok perbaikan dan penambalan atau pengaspalan. Setiap hari, mereka akan berkeliling mencari, menandai, dan memperbaiki jalan rusak dengan target respons 1x24 jam.
Lilik mengatakan, penanganan jalan rusak bukan sekadar berpatokan dari hasil pengecekan oleh aparatur. Masyarakat dapat melaporkan ada jalan rusak terutama melalui aplikasi Wargaku atau Command Center112.
”Tim penanganan jalan rusak sudah terhubung dengan sistem informasi pelaporan sehingga dapat segera merespons,” katanya.
Saat ini, panjang jaringan jalan di Surabaya sekitar 1.700 kilometer. Saat musim hujan, kerusakan jalan secara total mencakup 7,75 kilometer dan tersebar di seluruh penjuru kota. Mayoritas kerusakan terjadi jalan aspal.
Seorang remaja mengunjungi Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, sambil membawa anjing peliharaan. Sejak 21 November 2021, Pemerintah Kota Surabaya meluncurkan program Tunjungan Romansa untuk menarik lebih banyak pengunjung yang diharapkan mendorong peningkatan transaksi ekonomi. Namun, sejak awal Februari 2022, karena situasi pandemi Covid-19 memburuk, terpaksa ditempuh pembatasan aktivitas masyarakat untuk menekan penularan.
Secara terpisah, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji mengatakan, kerusakan jalan terkait intensitas hujan. Genangan yang tidak segera hilang dari prasarana dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi meninggalkan titik lubang. Jika tidak segera ditangani, lubang akan membesar dan membahayakan pengendara.
”Perbaikan dan pengaspalan diutamakan ke jalan-jalan yang padat lalu lintasnya,” kata Armuji. Kecepatan penanganan jalan rusak untuk menjamin keselamatan dan keamanan masyarakat selama berlalu lintas meski dalam kondisi hujan.
Armuji melanjutkan, jalan rusak berpotensi mencelakai pengendara. Kecelakaan bisa berdampak fatal atau kematian terutama pengendara sepeda motor yang terjungkal atau terempas karena jalan berlubang.
”Untuk menghindari kecelakaan, penanganan jalan rusak harus secepatnya karena telah ada anggarannya,” ujarnya.
Kursi kayu sebagai penanda jalan rusak dipasang warga di Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (23/2/2023). Genangan air hujan membuat banyak jalan aspal di Kabupaten Sidoarjo rusak. Jika tidak segera ditangani, jalan akan semakin rusak dan berpotensi mencelakakan pengendara.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Kota Besar Surabaya Ajun Komisaris Besar Arif Fazlurrahman mengimbau masyarakat dan pengguna jalan meningkatkan kewaspadaan berlalu lintas saat hujan.
Dia menyebut, patuhi rambu lalu lintas dan jangan melaju dengan kecepatan tinggi. Di Surabaya, sejumlah ruas jalan utama telah dilengkapi dengan speed trap atau penghambat kecepatan, misalnya 40 kilometer per jam.
”Tujuannya, menghindari potensi kecelakaan yang dapat merugikan dan mengganggu mobilitas masyarakat,” katanya.