BBWS Bengawan Solo Ajukan Anggaran Rp 50 Miliar untuk Atasi Banjir di Surakarta
BBWS Bengawan Solo tengah mengajukan anggaran sebesar Rp 50 miliar ke Kementerian PUPR. Dana itu nantinya akan dialokasikan untuk keperluan penanganan bencana banjir di Kota Surakarta dan sekitarnya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS –Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo tengah mengajukan anggaran sebesar Rp 50 miliar ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dana itu nantinya akan dialokasikan untuk keperluan penanganan bencana banjir di Kota Surakarta dan sekitarnya. Bentuk penanganan yang direncanakan berupa pembangunan infrastruktur talut hingga penambahan kapasitas pompa air.
Rencana itu terungkap seusai rapat koordinasi penanganan banjir antara Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo dan Pemerintah Kota Surakarta, di kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (28/2/2023). Rapat tersebut diikuti Kepala BBWS Bengawan Solo Maryadi Utama, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, dan sejumlah organisasi pemerintahan daerah lainnya.
“Anggaran yang diusulkan, kami sudah beritahu Pak Wali (Gibran) itu sekitar Rp 50 miliar. Nanti digunakan untuk tambahan pompa air, stasiun pompa air, parapet (penanggulan), termasuk normalisasi sungai. Targetnya tahun ini sudah mulai,” kata Maryadi, seusai rapat.
Adanya rencana pembangunan infrastruktur tersebut mengemuka setelah terjadinya banjir besar, di Kota Surakarta dan sekitarnya, pada pertengahan Februari ini. Genangan air muncul di sejumlah wilayah disebabkan oleh hujan deras selama 10 jam pada 16 Februari 2023 lalu. Imbasnya, sebanyak empat kecamatan, di Kota Surakarta, digenangi air selama tiga hari. Sekitar 4.000 warga terpaksa mengungsi.
Dari hasil evaluasi, Maryadi menyebutkan, banjir juga disebabkan oleh kurang optimalnya stasiun pompa air. Oleh karena itu, sebagian anggaran dialokasikan pula untuk penggantian dan penambahan pompa air. Adapun fungsi pompa air tersebut guna membuang debit air sungai kawasan perkotaan menuju ke Sungai Bengawan Solo. Khususnya jika pintu air Sungai Bengawan Solo ditutup akibat tingginya debit sungai tersebut.
Saat ini, satu stasiun pompa air milik BBWS Bengawan Solo yang dioperasikan mempunyai kapasitas buangan berkisar 500-1.000 liter per detik. Untuk stasiun pompa air yang dikelola Pemerintah Kota Surakarta, kapasitas buangan dari satu stasiun pompa air sekitar 150 liter per detik.
Dengan kondisi itu, BBWS Bengawan Solo berencana menambah kapasitas pompa air agar bisa membuang 500 liter per detik dari setiap pompanya. Ada juga tambahan dua unit pompa bergerak (mobile pump).
Untuk infrastruktur berupa tanggul, atau parapet, jelas Maryadi, rencananya dibangun di aliran Sungai Wingko. Letak sungai itu berada di perbatasan antara Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Adapun panjang tanggul yang akan dibangun sekitar 150 meter. Dua lokasi itu menjadi wilayah yang digenangi cukup lama sewaktu banjir terakhir.
Selain itu, Maryadi menambahkan, pihaknya juga bakal membuat pintu klep di aliran Sungai Premulung, Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Kebetulan belum ada pintu klep untuk pengendalian banjir di titik tersebut. Pihaknya menargetkan agar pintu tersebut sudah bisa terpasang dalam waktu dua bulan mendatang. Itu sekaligus dijadikan penanganan jangka pendek atas ancaman banjir di kota tersebut.
“Mudah-mudahan ini bisa kita antisipasi ke depan. Banjir kemarin juga menjadi yang terbesar sejak 2007. Ini sudah 16 tahun yang lalu. Ke depannya, mungkin kalau ada banjir berikutnya tidak separah kemarin. Bisa kami antisipasi,” kata Maryadi.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengharapkan anggaran yang diajukan bisa segera diturunkan oleh pemerintah. Pembangunan infrastruktur tersebut dinilainya cukup mendesak. Terlebih, ancaman cuaca ekstrem masih ada. Namun, pihaknya meyakini, segenap pemangku kepentingan punya komitmen yang sama agar banjir serupa tak terulang kembali di waktu mendatang.
Lebih lanjut, Gibran juga berencana untuk membangun kolam retensi air sebagai tampungan hujan. Lokasi pembangunannya telah dipetakan. Sejauh ini, titik yang dipilih ialah Kelurahan Joyotakan. Itu dikarenakan wilayah tersebut cukup rawan ancaman banjir.
“Nanti kami mau menentukan lokasi untuk kolam retensi air. Ditunggu saja ya. Tadi sudah ada satu lokasi tetapi mau ditelusuri lagi itu tanah siapa,” kata Gibran.