Bakal Terdampak Cuaca Ekstrem, Sebagian Daerah di Jateng Rawan Banjir
Cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi hingga tiga hari ke depan dikhawatirkan memicu bencana banjir di Jateng. Masyarakat dan pemerintah diminta bersiaga.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Warga mengevakuasi kerabatnya yang berusia lanjut untuk diungsikan dari rumahnya yang terkena banjir di Tanah Mas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (31/12/2022). Intensitas hujan yang tinggi dengan durasi labih dari 5 jam tersebut menyebabkan bencana banjir di sejumlah wilayah Kota Semarang. Banjir yang melanda tersebut menghentikan hampir sebagian fasilitas publik.
SEMARANG, KOMPAS — Mayoritas wilayah di Jawa Tengah diperkirakan dilanda cuaca ekstrem hingga tiga hari ke depan. Masyarakat di wilayah rawan diminta mewaspadai ancaman bencana, seperti banjir dan tanah longsor. Di Jateng, banjir setidaknya sudah terjadi 58 kali sepanjang tahun ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan, cuaca ekstrem masih akan terjadi di berbagai wilayah di Jateng hingga Kamis (2/3/2023). Hal itu mengacu pada hasil analisis dinamika atmosfer yang dilakukan Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Sutikno menyebut, cuaca ekstrem dipicu sejumlah faktor. Beberapa di antaranya seperti aktifnya gelombang atmosfer Rossby di Jawa bagian selatan, masih dominannya pola monsun Asia, adanya belokan dan konvergensi di wilayah Jateng, serta kelembaban udara yang relatif tinggi.
Pada Selasa (28/2/2023) cuaca ekstrem diperkirakan melanda Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, dan Kabupaten Magelang. Hal serupa rawan terjadi di Kota Magelang, Batang, Boyolali, Demak, Jepara, Karanganyar, dan Kendal.
Selain itu, cuaca esktrem berpotensi di Klaten, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Salatiga, Kabupaten Semarang, Sukoharjo, Surakarta, Sragen, dan Temanggung. Warga di Wonogiri, Kebumen, Purworejo, Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Pemalang juga diperkirakan mengalami kondisi serupa.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Warga bertahan untuk menjaga rumah mereka selama banjir terjadi dalam beberapa hari ini di Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (4/1/2023). Banjir besar yang melanda Kabupaten Kudus tersebut menggenangi beberapa wilayah, antara lain Kecamatan Mejobo, Jati, Undaan, Kaliwungu, dan Jekulo. Banjir tersebut menyebabkan 8.761 warga mengungsi, lahan sawah tergenang, dan sebagian aktivitas perekonomian terganggu.
Sementara itu, cuaca ekstrem dimungkinkan terjadi di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Batang, Blora, Boyolali, Grobogan, Demak, Karanganyar, Kendal, Klaten, dan Kabupaten Pekalongan pada Rabu (1/3/2023).
Beberapa daerah lain juga diperkirakan mengalami kondisi serupa, antara lain Kota Pekalongan, Salatiga, Kabupaten Semarang, Sukoharjo, Surakarta, Sragen, Temanggung, Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Pemalang.
Adapun pada Kamis (2/3/2023), daerah-daerah, seperti Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Batang, Blora, Boyolali, Grobogan, Demak, Karanganyar, Kendal, Klaten, dan Kabupaten Pekalongan, bakal dilanda cuaca ekstrem.
Hal serupa rawan terjadi di Kota Pekalongan, Salatiga, Kabupaten Semarang, Sukoharjo, Surakarta, Sragen, Temanggung, Brebes, dan Kota Tegal. Warga Kabupaten Tegal, Pemalang, dan Rembang diperkirakan dilanda cuaca ekstrem.
”BMKG mengimbau masyarakat mewaspadai dampak cuaca ekstrem ini. Sejumlah bencana yang perlu diwaspadai seiring terjadinya cuaca ekstrem meliputi banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang,” kata Sutikno, Senin (27/2/2023).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, imbauan bersiaga juga diberikan kepada petugas BPBD di kabupaten/kota, terutama yang wilayahnya rawan bencana.
”Kami berharap, saat terjadi kegawatdaruratan, BPBD kabupaten/kota bisa langsung bergerak mengevakuasi warga terdampak dan menangani pengungsian. Kebutuhan akan logistik juga mesti dipersiapkan,” ucap Bergas.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Warga mengevakuasi anjingnya ke tempat aman setelah rumahnya terendam banjir setinggi 60 cm hingga 150 cm di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (17/2/2023). Banjir yang terjadi sejak Kamis sore terus bertambah tinggi seiring meluapnya beberapa sungai, salah satunya Bengawan Solo. Sebagian warga yang rumahnya terendam banjir mengungsi di sejumlah tempat, antara lain gereja, masjid, dan sekolah.
Bergas berharap BPDB kabupaten/kota menyiapkan langkah-langkah intervensi. Cara menentukan langkah intervensi yang tepat adalah melakukan asesmen untuk mencari penyebab banjir.
”Jangan menyalahkan hujan deras yang turun untuk waktu lama, itu susah intervensinya. Masih ada sebab lain yang bisa kita siapkan intervensinya, misal sedimentasi, tanggul jebol, saluran drainase terhambat, saluran drainase rusak, atau limpasan,” ujarnya.
Upaya lain yang telah dilakukan adalah teknologi modifikasi cuaca (TMC). TMC dilakukan beberapa hari untuk mengendalikan banjir di Semarang dan Surakarta. Meski tidak bisa 100 persen mencegah hujan turun, upaya itu setidaknya bisa mengurangi risiko banjir. Dengan TMC, awan hujan dibuat turun di tengah laut. Awan hujan yang berada di darat dipecah supaya tidak turun di satu titik.
Masih terjadi
Dua bulan terakhir, puluhan bencana hidrometeorologi melanda sejumlah daerah di Jateng. Bencana yang paling banyak terjadi, menurut catatan BPBD Jateng, merupakan banjir dengan jumlah 58 kejadian. Setidaknya 21.000 jiwa terdampak dalam bencana tersebut.
Pada Senin, banjir masih merendam Kabupaten Kudus. Sejumlah jalan desa, permukiman warga, dan persawahan pada tujuh desa di tiga kecamatan terendam air dengan ketinggian hingga 40 sentimeter.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Warga memastikan tetangganya yang salah satu penghuninya lanjut usia untuk dapat dievakuasi dari rumahnya yang terendam banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (17/2/2023). Banjir yang terjadi sejak Kamis sore terus bertambah tinggi seiring meluapnya beberapa sungai, salah satunya Bengawan Solo. Sebagian warga yang rumahnya terendam banjir setinggi 60 sentimeter hingga 150 sentimeter mengungsi ke sejumlah tempat, antara lain gereja, masjid, dan sekolah.
Berdasarkan data BPBD Kudus, tujuh desa terdampak banjir berada di Kecamatan Jati, Undaan, dan Mejobo. Banjir itu merendam ratusan rumah yang ditinggali 476 keluarga. Adapun luasan persawahan yang terendam yakni 1.707 hektar.
”Banjir dipicu hujan deras di hulu yang menyebabkan muka air sejumlah sungai meningkat. Peningkatan muka air sungai terjadi di Sungai Juana, Bakinah, Piji, dan Sungai Dawe,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Kudus Mundir.
Pemerintah setempat telah berupaya mengurangi ketinggian genangan dengan membuka pintu air di wilayah Undaan dan Jati. Upaya itu membuat air yang menggenang di permukiman dan persawahan mengalir ke Sungai Wulan. Seiring dengan upaya itu, pemantauan ketinggian air juga terus dilakukan.