Jokowi, Sianturi, dan Marszalek Mendamba F1 H20 Lagi di Toba
Cuaca tak menentu di Danau Toba membuat F1 Power Boat Lake Toba sulit diprediksi. Presiden Jokowi sudah siap menyaksikan Kopiko Grand Prix of Indonesia seri ke-2, balapan tetap harus dibatalkan karena angin kencang.
Oleh
NIKSON SINAGA
·6 menit baca
BALIGE, KOMPAS — Cuaca tidak menentu di kawasan Danau Toba membuat balapan F1 Power Boat Lake Toba sulit diprediksi. Meskipun Presiden Joko Widodo sudah bersiap menyaksikan Kopiko Grand Prix of Indonesia seri ke-2, komite penyelenggara membatalkan lomba karena angin tiba-tiba berembus kencang. Presiden batal menonton suguhan balap air paling bergengsi di dunia itu.
Cuaca di sekitar lintasan balap Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1 H2O) cukup cerah saat Presiden Joko Widodo tiba di tribune utama di Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Minggu (26/2/2023) sekitar pukul 14.30. Presiden didampingi pendiri F1 H2O, Nicolo di San Germano, dan sejumlah menteri.
Ribuan penonton memadati tribune utama dan tribune lain yang didirikan warga di sepanjang pantai di dekat lintasan. Ada juga yang menonton dari atap rumah, sawah, pinggir jalan, dan tepi pantai. Para penonton asyik menonton pertunjukan tambahan yang ditampilkan, seperti atraksi aerobatik, seni budaya, dan atraksi air.
Antusiasme warga terasa sangat besar saat menunggu puncak ajang balapan perahu motor paling bergengsi di dunia itu. Selama tiga hari penyelenggaraan, belum ada balapan yang bisa dinikmati penonton dalam durasi panjang. Babak kualifikasi yang seharusnya pada Sabtu sore sudah ditunda karena cuaca buruk dan akhirnya digeser ke Minggu pagi dengan durasi hanya sekitar 30 menit.
Setelah babak kualifikasi bisa dilaksanakan, balapan seri-1 Kopiko Grand Prix of Indonesia akhirnya bisa berlangsung pada Minggu pukul 12.00. Namun, balapan juga hanya bisa dilaksanakan 17-18 lap atau tak sampai 20 menit. Pada sesi itu, satu perahu terbalik. Harusnya, seri Grand Prix berlangsung hingga 45 menit.
Grand Prix seri ke-2 lalu dijadwalkan pukul 15.00. Saat pebalap mulai masuk ke dalam perahunya, cuaca masih cukup baik. Mereka lalu mengitari lintasan untuk parade menyapa penonton dengan membawa bendera negara masing-masing. Parade itu mengikuti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang berdiri di atas kapal terbuka.
Setelah parade, 20 pebalap dari 10 tim lalu bersiap di start dock untuk menjajal lintasan sepanjang 2.218 meter. Namun, angin kencang tiba-tiba berembus. Kain di atap tenda tribune VIP tampak beterbangan. Debu juga beterbangan di sekitar tribune. Angin itu juga membuat gelombang tinggi.
Para pebalap bersiap menunggu aba-aba. Namun, setelah menunggu sekitar 20 menit, cuaca tidak kunjung membaik. Pantauan di layar informasi yang disajikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di lokasi acara, angin berembus hingga 12 knot, jauh di atas batas aman lomba 5 knot. Tinggi gelombang 50-60 sentimeter, melampaui batas aman 50 sentimeter.
Komite balap akhirnya memutuskan membatalkan seri ke-2 Kopiko Grand Prix of Indonesia. Presiden hanya memberikan trofi kepada pebalap yang mendapat juara di seri-1 Grand Prix, yakni Bartek Marszalek dari Polandia yang bergabung dengan Tim Stromoy Racing. Di posisi kedua ada Sami Selio dari Uni Emirat Arab yang bergabung dengan Tim Sharjah. Posisi ketiga ditempati Erik Stark dari UEA yang bergabung dengan Tim Victory.
Pembangunan kawasan
Presiden mengatakan, meskipun masih perlu banyak perbaikan, F1 H2O menjadi event yang membawa brand sangat kuat bagi kawasan Danau Toba. Perhelatan itu bisa menjadi acara besar untuk mengembangkan Danau Toba sebagai destinasi superprioritas nasional.
”Ini akan men-triger pertumbuhan ekonomi. Kalau ini ramai terus seperti sekarang akan men-triger pembangunan hotel baru, akan ada restoran baru. Karena memang dibutuhkan,” kata Presiden.
Jokowi meyakini F1 H2O akan menjadi olahraga pariwisata unggulan di Danau Toba. Namun, ia mengingatkan masih banyak yang perlu diperbaiki dalam penyelenggaran event tersebut.
Presiden meminta agar diperbaiki infrastruktur pendukung, seperti bandara dan jalan. Jalan di Toba disebut masih kurang lebar. ”F1 Power Boat ini masih banyak kekurangan yang harus kita perbaiki. Saya kira semua butuh waktu, semua butuh proses,” kata Presiden.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, investasi besar akan masuk ke kawasan Danau Toba dengan penyelenggaraan acara-acara internasional. Ia menyebut semua kamar hotel habis dipesan selama acara F1 H2O berlangsung. Masyarakat juga merasakan dampak ekonomi secara langsung dari usaha mikro kecil dan menengah.
Sartika Sianturi (45), penonton dari Jakarta, mengatakan, mereka merasakan pengalaman berbeda dengan adanya ajang olahraga internasional. Namun, ia berharap penyelenggaraan ke depan lebih baik dan mengedepankan kepuasan penonton.
”Kami datang bertiga dari Jakarta dengan membeli tiket cukup mahal, yakni Rp 650.000. Belum lagi tiket pesawat dan hotel. Kalau ada sesi balapan yang ditunda kami merasa rugi,” kata Sartika.
F1 Power Boat ini masih banyak kekurangan yang harus kita perbaiki. Saya kira semua butuh waktu, semua butuh proses. (Presiden Joko Widodo)
Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney) Dony Oskaria, sebagai penyelenggara, mengatakan, mereka mengapresiasi antusiasme warga yang cukup besar. InJourney memperkirakan, ada sekitar 25.000 orang yang datang untuk menyaksikan lomba tersebut.
”Dampak ekonomi dari acara ini sangat luar biasa. Semua hotel di Toba dan sekitarnya habis. Saya juga tidur di homestay,” kata Dony.
Dony mengatakan, mereka akan mengevaluasi penyelenggaraan acara itu agar bisa lebih baik ke depan. InJourney sudah teken kontrak dengan pemegang lisensi, yakni Union Internationale Motonautique (UIM) F1 H2O, untuk penyelenggaraan acara lima tahun ke depan.
Dony menyebut, mereka sebelumnya sudah mengantisipasi kemungkinan cuaca buruk pada Minggu sore. Karena itu, mereka menggeser balapan Grand Prix ke pukul 12.00 dan berencana menambah seri tambahan pada pukul 15.00. Namun, karena cuaca tidak mendukung, seri tambahan Grand Prix itu tidak bisa dilaksanakan.
Lintasan menantang
Direktur Marketing F1 H2O Raimondo di San Germano mengatakan, mereka sangat mengagumi lintasan Danau Toba yang sangat menantang, unik, sekaligus indah. Para pebalap harus melakukan sejumlah penyesuaian karena cuaca yang yang sewaktu-waktu bisa berubah. “Namun, kami sangat mengagumi lintasan yang menantang di danau vulkanik terbesar di dunia ini,” kata Raimondo.
Raimondo menyebut, komite balap juga beberapa kali harus menghentikan balapan saat sesi latihan, babak kualifikasi, hingga seri grand prix. Untuk ke depan, mereka akan melakukan sejumlah penyesuaian agar balapan di Danau Toba bisa dilaksanakan dengan maksimal.
Raimondo mengatakan, F1 H2O tahun 2023 akan dilaksanakan sebanyak delapan seri. Pada April nanti, kejuaraan akan digelar di Grand Prix of China di Kota Zhengzhou dilanjutkan dengan Grand Prix of France di Kota Macon.
Marszalek mengatakan, kawasan Danau Toba menjadi penanda bagi karirnya dalam Kejuaraan F1 H2O karena ini pertama kali dia naik podium di posisi pertama. Ia sangat mengagumi keunikan lintasan di danau yang berada di dataran tinggi pada 902 meter di atas permukaan air laut itu. Timnya pun melakukan beberapa penyesuaian untuk menjajal lintasan di Danau Toba.
Marszalek juga sangat mengagumi keindahan Danau Toba yang dikelilingi gunung yang hijau. “Saya ingin datang kembali bersama istri dan anak saya untuk berlibur ke danau yang sangat indah ini,” katanya.