Rekonstruksi Pintu Air Kuro untuk Atasi Banjir di Lamongan
Pemprov Jatim merekonstruksi pintu air Kuro guna mengatasi banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Lamongan. Selain itu, menambah pengadaan mesin pompa untuk mempercepat upaya menurunkan tinggi genangan banjir.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan merekonstruksi Pintu Air Kuro untuk mengatasi banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Lamongan. Selain itu, pemprov juga akan menambah mesin pompa untuk mempercepat menurunkan tinggi genangan banjir.
Keputusan terkait dengan strategi penanganan bencana tersebut diambil setelah Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meninjau langsung lokasi banjir di Dusun Pujut, Desa Sidomulyo, Kecamatan Deket Lamongan, Jumat (24/2/2023) sore. Banjir yang semakin meluas itu disebabkan meluapnya Sungai Bengawan Jero
Luapan sungai itu mengalir ke permukiman warga di sepanjang daerah aliran sungai. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, hingga saat ini banjir telah merendam 59 desa di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Turi, Kalitengah, Karangbinangun, Deket, Glaga, Karanggeneng, Babat, dan Laren.
Ketinggian air bervariasi, mulai dari 16 sentimeter (cm) hingga 75 cm. Ketinggian air tertinggi tercatat berada di Desa Tiwet, Kecamatan Kalitengah. Akibat banjir ini, sebanyak 6.627 rumah warga terendam. Selain itu, terdapat pula 55 gedung sekolah, 22 tempat ibadah, dan juga 8.424 lahan tambak, serta 7 fasilitas kesehatan terdampak.
Saat musim hujan seperti ini, genangan banjir bertahan selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Hal itu menyebabkan aktivitas masyarakat terganggu, kehidupan mereka menderita. Selain itu, tingkat kesejahteraan masyarakat semakin menurun.
Berdasarkan hasil analisis dari Pemkab Lamongan, ada dua persoalan yang menjadi penyebab banjir sulit diatasi, yakni tidak berfungsinya Pintu Air Kuro dan Dam Tambak Ombo. Hal itu karena kondisi pintu air yang dibangun sejak zaman Belanda tersebut telah rapuh dan bocor dimakan usia. Adapun Dam Tambak Ombo mengalami pendangkalan.
”Pintu air Kuro itu menurut penjelasan dari tim teknis merupakan salah satu yang cukup signifikan. Saya kemudian tanya berapa tingkat efektivitas pengurangan banjir di sini jika Pintu Kuro diselesaikan. Berapa anggarannya dan berapa lama pengerjaannya,” ujar Khofifah.
Berdasarkan analisis instansi terkait, biaya perbaikan Pintu Air Kuro diprediksi Rp 65 miliar. Dana untuk perbaikan tersebut akan diambilkan dari BTT (Biaya Tidak Terduga) APBD Lamongan dan APBD Jatim tahun berjalan. Komposisinya, sepertiga anggaran berasal dari Pemkab Lamongan, sedangkan sisanya dari Pemprov Jatim.
Khofifah meminta proses pengerjaan diselesaikan secepat mungkin agar banjir tidak menggenang hingga berbulan-bulan di permukiman warga. Dia berharap upayanya mengatasi banjir di Lamongan mendapat penguatan anggaran dari pemerintah pusat secepatnya.
”Sungai Bengawan Jero merupakan bagian dari BBWS Bengawan Solo, maka kewenangan sesungguhnya ada di pemerintah pusat. Sudah tiga tahun kita mengajukan ke Kementerian PUPR supaya mendapatkan prioritas penanganan,” ujarnya.
Mantan Menteri Sosial itu menambahkan, pihaknya segera meminta izin kepada Kementerian PUPR untuk merekonstruksi Pintu Air Kuro. Pekerjaan rekonstruksi dikerjakan oleh Pemprov Jatim dan Pemkab Lamongan.
”Kita berharap BBWS Bengawan Solo juga akan melakukan normalisasi dan dari pusat juga akan memberi atensi program penanganan banjir luapan Bengawan Solo yang bisa menggenangi beberapa perkampungan di kecamatan Deket dan Glagah, bahkan selama berbulan-bulan,” ucap Khofifah.
Telah bertahun-tahun petani panen gagal dan menyebabkan kerugian yang tak terhitung jumlahnya.
Sementara itu, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengatakan, untuk saat ini pihaknya fokus pada perbaikan pintu air karena kondisinya sangat rapuh sehingga tidak bisa berfungsi secara maksimal. Selanjutnya adalah mengupayakan perbaikan Dam Tambak Ombo.
”Pemkab Lamongan dibantu Pemprov Jatim telah berupaya menangani bencana banjir. Sejak kejadian pertama, sebanyak empat pompa air telah dikerahkan untuk mengurangi ketinggian banjir. Selain itu, 42 pos kesehatan juga telah didirikan di setiap kecamatan,” kata Yuhronur.
Pemprov Jatim juga telah menyalurkan bantuan berupa kebutuhan pokok sebanyak 600 paket, bantuan sandang atau pakaian sebanyak 60 paket, bantuan alat kebersihan sebanyak 10 paket, glangsing 2.000 lembar, terpal 15 lembar, popok bayi 8 karton, jumbo bag 30 unit, dan tikar 25 unit.
Kepala Dusun Juput Suwanto mengaku ingin segera terbebas dari banjir. Setiap tahun dia dan warganya dilanda banjir, tetapi kali ini yang paling parah. Selain rumah yang terendam, warga juga mengeluhkan sawah dan tambak mereka yang tidak bisa digarap karena banjir.
”Telah bertahun-tahun petani panen gagal dan menyebabkan kerugian yang tak terhitung jumlahnya,” ujar Suwanto .
Sutardjo (65), warga lainnya, meminta mempercepat tindakan untuk normalisasi sungai agar air cepat surut. Tahun lalu banjir baru surut setelah enam bulan sehingga kerugian yang diderita warga sangat besar.
Berdasarkan informasi dari laman Kementerian PUPR, Bengawan Jero adalah wilayah yang berbentuk mangkuk dengan dasar yang bergelombang dengan elevasi minus (-) 0,70 meter dan sebagian wilayah bahkan sampai minus (–) 1,20 m.
Dengan kapasitas sungai yang relatif kecil baik pada anak-anak sungai yang ada di wilayah Bengawan Jero serta dengan adanya alih fungsi tampungan pada rawa-rawa menjadi lahan pertanian mengakibatkan sungai ini menjadi daerah yang sering tergenang dan banjir pada saat musim hujan.