Korban Tewas Kerusuhan Wamena Jadi 12 Orang, Situasi Berangsur Kondusif
Jumlah warga yang tewas dalam kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, akibat hoaks penculikan anak mencapai 12 orang. Pihak keluarga menuntut adanya visum jenazah korban untuk mengusut tuntas peristiwa tersebut.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah korban tewas dalam kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, Kamis (23/12/2023), bertambah dari 10 menjadi 12 orang. Situasi di Wamena berangsur mulai kondusif meskipun pelayanan publik dan perekonomian belum normal.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady Prabowo saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Sabtu (25/2/2023), membenarkan adanya tambahan korban tewas dalam kerusuhan di Wamena menjadi 12 orang. Adapun tambahan korban baru diketahui karena dua jenazah itu tidak dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Wamena, tetapi di rumah.
Ignatius menyatakan, situasi keamanan di Wamena mulai berangsur kondusif dan terkendali pada Sabtu ini. Akan tetapi, suasana di sejumlah tempat terlihat sepi karena masyarakat masih enggan untuk beraktivitas.
Ia pun menuturkan, 2 dari 12 korban tewas telah diterbangkan ke Jayapura pada Jumat kemarin, yakni Albert Sitorus dan Ramot Siagian. Menurut rencana, keduanya akan diterbangkan ke kampung halamannya di Medan, Sumatera Utara. Kedua korban tewas akibat dibacok dengan senjata tajam dan terkena busur panah.
Sementara 10 korban tewas diduga merupakan bagian dari massa yang terlibat bentrokan dengan aparat keamanan. Pihak keamanan mengeluarkan tembakan peringatan untuk menghentikan aksi anarkis massa.
Kepala Bidang Propam Polda Papua Kombes (Pol) Gustav Urbinas bersama jajarannya telah berada di Wamena. Mereka melakukan evaluasi secara menyeluruh upaya penanganan dalam menghadapi massa sebelum terjadi kerusuhan.
Kami juga meminta Komnas HAM segera mengusut tuntas peristiwa ini.
Diketahui kerusuhan di Wamena terjadi di daerah Sinakma pada pukul 12.30 WIT. Kerusuhan dipicu adanya hoaks penculikan anak. Isu tersebut memengaruhi sekelompok orang menahan seorang pengendara mobil yang dicurigai sebagai penculik anak.
Adapun Kepala Kepolisian Resor Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Hesman Napitupulu bersama jajarannya mendatangi lokasi tersebut untuk menghentikan aksi main hakim warga atas sopir mobil tersebut. Akan tetapi, warga yang jumlahnya terus bertambah banyak tidak menerima imbauan tersebut dan menyerang pihak kepolisian dengan batu serta panah.
Upaya pihak keamanan untuk menyelamatkan sopir tersebut memicu amarah massa. Mereka pun terlibat pertikaian dengan aparat keamanan dan membakar 13 rumah serta dua kios. Pascakerusuhan diketahui 12 warga tewas dan 23 warga serta 18 aparat keamanan mengalami luka-luka.
”Aparat keamanan masih bersiaga dan melaksanakan patroli di seluruh wilayah Wamena hingga kini. Aparat kepolisian setempat juga bersinergi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk mengimbau warga tidak terpengaruh isu yang tidak benar dan terprovokasi untuk melakukan aksi anarkis,” kata Ignatius.
Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua Theo Hesegem mengatakan, pemakaman para korban tewas yang merupakan warga setempat telah terlaksana di Wamena pada Sabtu ini di Tempat Pemakaman Umum Sinakma. Ia pun mengungkapkan, para korban tewas diduga akibat tertembak di sejumlah bagian tubuh yang vital.
”Keluarga korban meminta adanya penyelesaian secara adat dan hukum. Mereka juga menuntut pihak RSUD Wamena melaksanakan visum kondisi jenazah para korban,” ucap Theo.
Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Papua Laurenzus Kadepa meminta pihak kepolisian mengusut tuntas terkait dengan isu penculikan anak. Sebab, isu tersebut yang telah memicu terjadinya kerusuhan hingga jatuh korban jiwa dan tersebar juga di sejumlah daerah di Indonesia.
”DPR Papua juga meminta adanya investigasi terkait isu penculikan anak. Kami juga meminta Komnas HAM segera mengusut tuntas peristiwa ini,” kata Laurenzus.