Denyut usaha mikro, kecil, dan menengah memutar roda ekonomi di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Dukungan Pemerintah Kota Bandar Lampung mempercepat kebangkitan kembali pelaku UMKM pascapandemi Covid-19.
Oleh
VINA OKTAVIA
·5 menit baca
Tri Indah Noviana (42) harap-harap cemas menunggu proses pencairan program pinjaman modal dengan bunga nol persen yang digulirkan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Setelah mendaftar dan lolos verifikasi oleh perbankan, ia berharap pinjaman modal usaha Rp 50 juta yang ia ajukan bisa cair sebelum Idul Fitri 2023.
”Saya berencana menggunakan modal itu untuk meningkatkan kapasitas produksi dan merapikan galeri supaya pengunjung lebih nyaman,” kata Tri saat ditemui di rumahnya di Bandar Lampung, Jumat (17/2/2023).
Sembari merapikan teras dan ruang tamu rumahnya yang sulap menjadi geleri, pemilik usaha kerajinan tangan dan tapis dengan merek dagang Galeri Omah Cinta itu sibuk mengecek gawai. Di era digital seperti sekarang, Tri harus cekatan melayani pembeli yang memesan secara daring.
Ia sangat bersyukur bisa mengakses program permodalan tanpa bunga dan tanpa agunan. Program itu dinilai sangat membantu pelaku UMKM mengembangkan usaha di tengah kondisi ekonomi yang cukup sulit seperti sekarang ini. Pemerintah juga menyiapkan fasilitas untuk memamerkan produk.
Di Kecamatan Kemiling kini berdiri sentra industri kecil dan menengah. Gedung yang dibangun oleh Pemkot Bandar Lampung itu dipakai sebagai galeri bersama pelaku usaha tapis dan batik Lampung.
”Untuk sementara, kami bergantian menjaga galeri ini, ada jadwal piketnya. Gedung ini juga mulai dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan UMKM agar semakin ramai,” katanya.
Keberadaan gedung itu semakin meneguhkan Kecamatan Kemiling sebagai daerah sentra tapis dan batik di Bandar Lampung. Sejak puluhan tahun, Kemiling memang menjadi tempat lahirnya berbagai usaha batik dan tapis Lampung. Sejumlah pengusaha batik Lampung yang sudah berkiprah sejak lama ada di sana.
Para pelopor usaha batik dan tapis di Kemiling, seperti Laila Al-Khusna (65) pemilk Batik Siger dan Gatot Kartiko (57) pemilik Gabovira, hingga kini masih masih eksis. Beberapa tahun belakangan, semakin banyak bermunculan pelaku usaha muda yang menggeluti usaha tapis dan batik.
Salah satunya adalah Sulastri (39), pelaku usaha yang mengembangkan usaha batik tulis dengan pewarna alami sejak tahun 2019. Sulastri yang pernah bekerja dengan Laila Al-Khusna mengikuti jejak gurunya dengan terjun di usaha batik tulis. Inovasi Sulastri yang membuat pewarna alami dari air rebusan kulit jengkol dan ranting sungkai membuat usahanya melejit.
Kini, ia telah mampu memberdayakan 5-10 ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumahnya di Kemiling untuk membatik. Dalam sebulan, ia bisa memproduksi 120 helai batik tulis.
Keripik
Selain tapis dan batik, ada juga sentra keripik yang terletak di Gang PU, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung. Di gang itu, terdapat puluhan kios oleh-oleh yang menjual aneka keripik pisang dan singkong. Ragam oleh-oleh juga makin banyak yang dijual di sentra keripik itu juga semakin banyak, antara lain kopi, opak, molen, kerupuk, pie pisang, keripik buah, hingga pisang goreng beku.
Sinta (36), pemilik usaha keripik pisang yang merintis usaha sejak tahun 2005, menuturkan, Gang PU semakin dikenal sebagai sentra keripik oleh-oleh wisatawan. Setiap bulan, perputaran uang dari aktivitas jual beli keripik di kawasan itu bisa mencapai miliaran rupiah.
Sinta, yang juga Ketua Koperasi Keripik Pisang Bangek, terus mendorong agar pelaku usaha makanan di Bandar Lampung mengurus perizinan usaha, sertifikat P-IRT, dan sertifikat halal.
Hal ini penting untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Perizinan yang lengkap juga mempermudah pelaku UMKM saat hendak mengajukan pinjaman modal usaha ke perbankan.
Henny Puspita Sari (53), pelaku usaha lapis legit dan pempek, menuturkan, saat ini, pengajuan urusan perizinan usaha sangat mudah dan bisa diakses dari rumah lewat sistem digital. Pelaku usaha juga tidak dikenakan biaya apa pun.
Henny, yang juga mengajukan pinjaman modal usaha sebesar Rp 50 juta, mengatakan, uang itu dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha kue kering jelang Idul Fitri 2023. Dengan adanya modal tambahan, ia kini bisa merekrut tiga pekerja agar produksinya bertambah. Ia menargetkan, omzetnya bisa lebih dari Rp 100 juta selama Ramadhan.
Kepala Dinas Perindustrian Kota Bandar Lampung Adiansyah menuturkan, pinjaman modal usaha dengan bunga nol rupiah dan tanpa agunan digulirkan untuk mengurangi beban pelaku usaha. Saat ini, IKM yang mengakses program ini jumlahnya baru puluhan.
Padahal, terdapat 57.019 usaha mikro, kecil, dan menengah di Bandar Lampung. Sebagian terkendala karena masih memiliki sangkutan pinjaman modal serupa sehingga tidak lolos verifikasi oleh perbankan.
Bandar Lampung memiliki delapan sentra IKM di delapan titik berbeda. Selain sentra batik, tapis, dan keripik, ada pula sentra sulam usus, kaus Lampung, emping, ikan olahan, dan kopi. Pemerintah juga akan terus memperbanyak sentra IKM sehingga setiap kecamatan memiliki sentra masing-masing.
Ke depan, pengembangan sentra IKM akan dikolaborasikan dengan pengembangan wisata tur kota. Pihaknya juga bekerja sama dengan perhotelan dalam mempromosikan sentra-sentra IKM yang sudah berkembang. Dengan memindai kode batang yang disiapkan, wisatawan dapat mengecek informasi lokasi sentra-sentra IKM yang ada.
Selain kondisi jalan yang baik, akses transportasi publik yang menghubungkan sentra-sentra IKM itu juga harus memadai untuk memudahkan wisatawan. (Rahmattullah Harianja)
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Nairobi menilai, strategi Pemkot Bandar Lampung untuk mengembangkan sektor UMKM dan pariwisata sudah cukup tepat. Sebagai daerah perkotaan, pendapatan asli daerah Bandar Lampung ditopang dari pembayaran pajak, hotel, restoran, dan pertokoan. Kemajuan sektor UMKM juga akan berdampak pada kemajuan daerah.
Dosen Program Studi Pariwisata Institut Teknologi Sumatera, Rahmattullah Harianja, menuturkan, untuk mengembangkan konsep pariwisata tur kota, pemkot harus memastikan aksesibilitas menuju sentra-sentra IKM dalam kondisi baik. Selain kondisi jalan yang baik, akses transportasi publik yang menghubungkan sentra-sentra IKM itu juga harus memadai untuk memudahkan wisatawan.
Pengembangan sentra IKM di Bandar Lampung memang menjadi program unggulan Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana. Lewat program itu, ia berupaya mendongrak perekonomian pelaku usaha demi memajukan perekonomian daerah.