Berjalan dan Bermalam Menjaga Hutan Terakhir Balikpapan
Masyarakat yang tergabung dalam tim patroli Hutan Lindung Sungai Wain rutin berjalan dan bermalam di hutan. Itu dilakukan guna memastikan rimba terakhir di Balikpapan, itu aman dari perburuan dan penebangan liar.
Oleh
SUCIPTO
·5 menit baca
Di antara suara satwa-satwa hutan, Iriansyah duduk di atas kayu yang tumbang secara alami. Setelah semalaman menyisir hutan dengan berjalan kaki, baginya itu tak seberapa dibandingkan kisah tungkus lumus beberapa tahun lalu sebagai regu patroli di rimba terakhir Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, yakni Hutan Lindung Sungai Wain.
Suatu siang, setelah menyusuri perbatasan hutan, lelaki 58 tahun itu samar-samar mendengar suara mesin potong kayu. Ia dan dua anggota tim saling bertatapan dan memutuskan berjalan mendekat ke sumber suara. Dari balik pohon dan daun-daun yang rapat, mereka mendapati sekitar 10 lelaki sedang memotong pohon dengan senso. Beberapa di antaranya bertelanjang dada.
Dari tempatnya mengintip, sejumlah pohon sudah roboh. Serbuk kayu ada di sekitar pepohonan yang tumbang. Orang-orang itu punya pekerjaan masing-masing. Ada yang menumbangkan pohon, memotong batang pohon jadi beberapa bagian, hingga membentuk batang menjadi balok dan papan.
Tak jauh dari aktivitas itu, terdapat sebuah pondok kecil yang terbuat dari kayu dan terpal biru. Babam, sapaan akrab Iriansyah, tahu betul tempat para pembalak itu bekerja masih masuk kawasan Hutan Lindung Sungai Wain, wilayah tugas mereka. Mereka tandai lokasi itu dan pergi ke tempat yang mudah mendapatkan sinyal telepon.
Mereka melaporkan temuan itu kepada polisi hutan. Hari belum berganti, Babam dan timnya menjadi pemandu jalan bagi polisi hutan untuk menangkap pembalak di dalam Hutan Lindung Sungai Wain itu. “Kalau sudah sama polisi hutan, kami aman. Kalau kami yang menyetop mereka, bisa baku hantam. Kami kan tidak bersenjata,” kenang Babam pagi itu, Minggu (5/2/2023).
Babam ialah salah satu ranger atau penjaga hutan di Hutan Lindung Sungai Wain. Hutan dengan luas sekitar 11.000 hektar itu merupakan satu-satunya hutan lindung di Kota Balikpapan. Tugas utama Babam adalah berpatroli rutin dengan berjalan kaki puluhan kilometer dan bermalam di hutan.
Babam dan teman-temannya tergabung di Yayasan Pro Natura, mitra Pemerintah Provinsi Kaltim dalam mengelola dan menjaga Hutan Lindung Sungai Wain. Hutan ini terletak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Balikpapan. Di rimba terakhir Balikpapan ini, terdapat lebih dari 200 jenis burung, puluhan jenis reptil, dan sekitar 100 satwa menyusui.
Sedikitnya ada 27 jenis satwa dilindungi di dalam kawasan itu, termasuk orangutan Kalimantan, beruang madu, dan macan dahan. Kawasan Sungai Wain terdiri dari hutan dipterocarpa, hutan rawa, hutan riparian, dan hutan bakau. Hutan yang Babam jaga itu menjadi salah satu kawasan penyedia dan penyerap air alami yang tersisa di Balikpapan. Bahkan, Pertamina di Balikpapan yang menyuplai minyak untuk Indonesia bagian timur, amat bergantung dari air di Sungai Wain untuk berproduksi.
Identifikasi
Patroli hutan seperti yang Babam lakukan adalah kegiatan rutin timnya. Mereka terbagi dari tiga regu dengan masing-masing tim terdiri dari tiga orang. Babam sendiri sudah lebih dari 20 tahun menjadi penjaga hutan di sana. Pengalaman dan tungkus lumus pekerjaan membuat mereka sudah fasih dengan pembalak, pemburu, hingga satwa liar yang mereka hadapi.
Kusumajaya (54) misalnya. Ia jadi paham kode-kode yang digunakan oleh pembalak liar. Mereka biasanya menebang pohon di dalam hutan yang jauh dari pemukiman. Itu semua dilakukan pembalak dengan berjalan kaki lebih dari lima kilometer. Untuk menandai jalan di tengah hutan, mereka mematahkan batang pohon kecil yang mereka lalui. Masing-masing tanda itu biasanya berjarak sekitar 10 meter.
“Itu saya dapat dari pengalaman menguntit pembalak. Cara itu berbeda dengan kami yang menandai jalur dengan mengikat pita berwarna terang. Mungkin tujuan mereka agar tidak mudah ditemukan,” kata Kusumajaya.
Selain memantau keamanan, para penjaga hutan itu juga punya tugas untuk memasang kamera jebakan atau camera traps. Itu dilakukan untuk mengidentifikasi satwa yang ada di Hutan Lindung Sungai Wain. Kamera itu tersebar di banyak sudut di hutan lindung tersebut. Secara berkala, mereka mengganti baterai dan posisi kamera.
Saat Kompas turut serta dengan kegiatan mereka di malam hari, para penjaga hutan ini juga kerap memotret satwa-satwa yang ditemui saat sedang berpatroli. Kebanyakan, mereka menggunakan kamera gawai. Salah satu yang gandrung memotret saat patroli malam adalah Agusdin, Manager Yayasan Pro Natura untuk Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain.
Menggunakan kamera digital dengan lensa tele dan lampu kepala, Agusdin memotret berbagai satwa yang ditemui. Kebanyakan berupa katak. Sebab, Hutan Lindung Sungai Wain punya banyak daerah rawa dan aliran sungai.
Satwa lain yang gampang dijumpai adalah jenis serangga dan laba-laba. Satwa tersebut akan memantulkan cahaya kebiru-biruan jika disorot lampu saat malam hari. Tak jarang, Agusdin juga menjumpai satwa nokturnal, seperti tarsius. Di antara pepohonan, rumput liar, dan ganasnya nyamuk hutan, ia sangat telaten memotret hewan-hewan itu meski hanya dengan penerangan lampu seadanya.
“Ini juga bagian dari identifikasi satwa. Jika ada satwa yang belum kami dokumentasikan, foto-foto di malam hari ini bisa jadi data awal untuk identifikasi lebih lanjut,” kata Agusdin.
Saat berhenti untuk istirahat di malam sebelumnya, Babam bercerita bahwa bertemu satwa liar adalah pengalaman yang kerap membuat kikuk. Meski sudah tak terhitung masuk-keluar hutan, ia kerap diselimuti ketakutan. Misalnya, saat berpapasan dengan macan. Jantungnya pasti berdegup tak karuan.
Jika demikian, ia yakin macan liar itu akan menjauh dari manusia sebab ketakutan. Manusia cukup diam saja tanpa perlu membuat gerakan yang mengancam. Kendati demikian, pikiran aneh kerap muncul di kepala saat berhadapan langsung dengan satwa karnivora, apa lagi jika sedang berjalan sendirian di dalam hutan.
“Tapi saya tetap percaya, mereka ndak mungkin menyakiti saya. Saya dan tim kan menjaga hutan ini, tempat tinggal mereka juga,” katanya terkekeh.