Jalur Darurat Dibuka untuk Atasi Kelumpuhan Transportasi di Timor Raya
Kendaraan mulai bergerak melalui jalan darurat. Namun, jalan itu berisiko tidak bisa dilewati ketika terjadi hujan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN, KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
OELAMASI, KOMPAS — Pemerintah membuka jalur darurat untuk mengatasi lumpuhnya transportasi di jalur utama Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, akibat longsor. Jalur darurat dimaksud berada di sisi tanah longsor dan kebun warga setempat.
Pada Senin (20/2/2023) pagi, Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi bertemu sejumlah pihak terkait pembukaan jalur darurat itu. Mereka adalah pemilik hak ulayat pada lahan yang akan dilalui, dan sudah tercapai kesepakatan terkait hal itu.
"Sudah oke, mereka (pemilik lahan) sudah setuju lahan mereka digunakan. Nanti ada apresiasi dari pemerintah untuk mereka. Yang paling penting hari ini alat berat sudah mulai bekerja dan lima hari ke depan sudah bisa dilewati,” kata Josef.
Selanjutnya, kata Josef, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional NTT akan membangun jalur tersebut. Pembangunan dimulai sekitar 200 meter sebelum titik longsor dari arah Kota Kupang, selanjutnya melewati sisi Sungai Bokong, lalu tembus di seberang longsor.
Sambil menunggu jalur darurat dibuka, ekskavator dan alat pemuat terus memindahkan material longsor.
Lokasi longsor berada di Jalan Timor Raya, tepatnya Kelurahan Takari, Kabupaten Kupang. Titik itu berjarak lebih kurang 85 kilometer dari Kota Kupang. Longsor terjadi pada Jumat (17/2) malam hingga Sabtu dini hari.
Adapun ruas jalan yang tertutup material sejauh lebih kurang 250 meter dengan ketebalan rata-rata 6 meter. Pembukaan jalan sudah dikerjakan sejak Sabtu pekan lalu, kini sudah mengalami kemajuan berarti.
Alat berat itu juga membuka jalan darurat yang dikhususkan untuk kendaraan roda dua dan roda empat. Pada Senin siang, jalan sudah mulai dilewati. ”Tanah masih basah sehingga untuk sementara hanya kendaraan kecil yang bisa lewat,” ujar Teldi Sanam, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kupang.
Kini, akses yang lumpuh perlahan mulai terurai.
Jalan Timor Raya merupakan jalur paling ramai di NTT. Setiap hari, ribuan kendaraan, ratusan ribu orang, dan ribuan ton barang diangkut melewati jalur tersebut.
Sementara itu, PT Flobamor menyiapkan jalur alternatif melalui laut. Perusahaan daerah di bawah Pemprov Nusa Tenggara Timur itu akan mengoperasikan satu unit kapal roro mulai Senin (20/2/2023).
”Kami melihat kebutuhan distribusi bahan pokok akan terganggu beberapa hari ke depan makanya kami akan lebih fokus melayani jalur distribusi bahan pokok dulu,” kata Komisaris PT Flobamor Hadi Djawas.
Menurut dia, jenis kapal yang digunakan adalah roro. Prioritas muatan adalah truk ekspedisi pengangkut bahan kebutuhan pokok dan barang penting lainnya yang sudah tertahan selama tiga hari terakhir akibat longsor.
Kami bersyukur ada solusi untuk truk ekspedisi. Kami tidak bisa berlama-lama karena barang saat ini ditunggu. (Alex Raga)
Kapal akan berlayar dari Kota Kupang menyisir sisi barat Pulau Timor. Kapal menyinggahi Pelabuhan Naikliu di Kabupaten Kupang, Pelabuhan Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara, dan Pelabuhan Teluk Gurita di Kabupaten Belu.
Tiga pelabuhan dapat ditempuh dengan waktu kurang dari tiga jam. Jika kebutuhan meningkatkan, frekuensi pelayaran akan ditambah. Secara teknis, para pengguna mendaftar terlebih dahulu. Sekali jalan, kapal bisa mengangkut hingga 25 unit kendaraan campuran kecil dan besar.
Sejumlah truk ekspedisi yang parkir di Takari bergerak kembali ke Kota Kupang untuk menggunakan kapal roro. ”Kami bersyukur ada solusi untuk truk ekspedisi. Kami tidak bisa berlama-lama karena barang saat ini ditunggu,” kata Alex Raga (45) sopir ekspedisi.
Truk ekspedisi yang dibawa Alex itu akan menurunkan barang di Kefamenanu, Timor Tengah Utara. Jika menggunakan kapal roro, ia akan turun di Pelabuhan Wini, kemudian melanjutkan perjalanan ke Kefamenanu sekitar 4 jam perjalanan.