Mengenalkan Pertanian sejak Dini lewat Eduwisata Petik Sayur Hidroponik
Berkunjung ke ”green house” dan memetik sayur hidroponik bisa menjadi salah satu aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak. Melalui aktivitas itu, mereka dikenalkan dengan pertanian sejak dini.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Gemericik aliran sungai bersahutan dengan gelak ceria belasan anak yang berjalan beriringan di sela-sela instalasi sayuran hidroponik. Setelah berjalan-jalan selama beberapa waktu, anak-anak itu diajak memanen sayuran. Aktivitas itu pun menghadirkan antusiasme untuk mereka.
”Wah ada rambutnya,” teriak salah seorang murid seusai mencabut segenggam pakcoi dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Teman-temannya yang bergiliran memanen pakcoi pun ikut kaget melihat ”rambut” tersebut. Alis dan kening mereka berkerut-kerut, menandakan keheranan. Namun, sang guru pendamping lalu meluruskan. ”Itu bukan rambut, Nak. Itu namanya akar,” kata guru tersebut.
Anak-anak tersebut merupakan murid Taman Kanak-kanak (TK) Santo Yosep Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pada Jumat (17/2/2023) itu, mereka berkunjung ke Green House Healthy Fresh di lereng Gunung Slamet, Banyumas, Jawa Tengah.
Di green house atau rumah kaca seluas 500 meter persegi itu, anak-anak belajar mengenal serta merasakan sensasi memanen aneka sayur yang dibudidayakan dengan sistem rakit apung.
Green house yang memiliki 13.000 lubang tanam itu terletak di Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Jaraknya sekitar 10 kilometer sebelah utara Alun-alun Purwokerto.
Dengan menggunakan dua minibus dan dibagi dalam dua kali kunjungan, sebanyak 58 murid TK Santo Yosep mengikuti outing class ke tempat tersebut. Dengan acara itu, anak-anak diharapkan bisa mengenal pertanian sejak dini.
Di Green House Healthy Fresh, para murid TK itu diajak melihat proses persemaian bibit dengan media tanam rockwool serta proses pembesaran tanaman tanpa menggunakan tanah atau sistem rakit apung.
Mereka juga diajak memanen sayuran dan melihat proses penimbangan serta pengemasannya. Selain pakcoi atau sawi sendok, di green house itu juga terdapat kangkung, sawi putih, selada air, selada merah, kale atau kubis keriting, juga bayam hijau dan merah.
Kepala TK Santo Yosep Purwokerto Veronika Poppie Aryani menyampaikan, kegiatan outing class itu merupakan rangkaian kegiatan untuk pengenalan aneka sayuran. Sebelumnya, dalam pembelajaran di kelas, anak-anak itu telah diajak mengenal sayuran melalui gambar.
”Jadi, sejak beberapa hari lalu, mereka sudah diajak mengenal macam-macam sayuran. Setelah mengenal sayuran di kelas, kini mereka belajar untuk memanen,” kata Poppie.
Menurut Poppie, selain sebagai variasi dalam kegiatan belajar-mengajar, outing class itu juga untuk mendorong murid supaya makin menggemari sayur dan makanan sehat lainnya.
Di Green House Healthy Fresh, para murid TK itu diajak melihat proses persemaian bibit dengan media tanam rockwool serta proses pembesaran tanaman tanpa menggunakan tanah atau sistem rakit apung.
Pengelola Green House Healthy Fresh, Sumantri, menyambut baik kedatangan para murid itu. Dia menyebut, kegiatan kunjungan semacam itu sempat vakum selama pandemi Covid-19, tetapi kini mulai bisa dilaksanakan lagi.
”Kami membuat kebun ini memang bukan cuma untuk produksi sayur, melainkan juga untuk edukasi. Setelah Covid-19 terkendali, kami mulai menerima kunjungan-kunjungan lagi,” katanya.
Sumatri menuturkan, di Green House Healthy Fresh, aktivitas panen sayuran bisa dilakukan dua kali dalam sepekan. Setiap kali panen, bisa didapatkan sekitar 100 bungkus sayuran yang dikemas dengan bobot sekitar 200 gram.
”Ini biasanya dijual ke pasar ritel, konsumen, juga reseller. Selain Banyumas, sayur dikirim juga ke Cilacap dan Purbalingga,” kata Sumantri.