Debit Sungai Masih Tinggi, Warga Bantaran Bengawan Solo Diminta Waspada
Banjir terjadi di sejumlah wilayah di Jateng dalam beberapa hari terakhir. Di Kota Surakarta dan Sukoharjo, banjir terjadi akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Di Kudus, banjir terjadi karena tanggul Sungai Piji jebol.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah wilayah di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, masih tergenang banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai tersebut diminta tetap waspada karena debit air sungai diperkirakan masih tinggi hingga beberapa waktu ke depan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Bergas Catursasi Penanggungan menyebut, banjir terjadi karena meluapnya Sungai Bengawan Solo yang menampung air dari berbagai wilayah di Boyolali dan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Hujan lebat yang turun terus-menerus di Wonogiri selama beberapa hari terakhir membuat debit Waduk Gajah Mungkur terus meningkat.
Pada Kamis (16/2/2023), debit air di Waduk Gajah Mungkur mencapai level siaga merah. Hal itu membuat pintu-pintu air di waduk tersebut harus dibuka untuk mengurangi debit air. Air dari Gajah Mungkur salah satunya mengalir ke Sungai Bengawan Solo yang melintasi sejumlah wilayah, seperti Sukoharjo, Surakarta, Sragen, Blora, dan mencapai Bojonegoro di Jawa Timur.
”Fokus utama kami adalah penyelamatan warga dan mencukupi kebutuhan logistik di pengungsian. Sampai saat ini, ada sejumlah pengungsian yang didirikan di Surakarta dan Sukoharjo,” ujar Bergas, Jumat (17/2).
Bergas mengimbau masyarakat yang tinggal di bantaran Bengawan Solo untuk tetap waspada sampai beberapa hari ke depan karena pintu air Gajah Mungkur masih akan terus dibuka sampai ketinggian air kembali mencapai batas aman. ”Aset atau dokumen-dokumen penting mohon diamankan. Yang lebih penting, mengamankan anggota keluarga, terutama kelompok rentan, seperti warga lansia, anak balita, dan keluarga yang sedang sakit juga penting,” kata Bergas.
Petugas BPBD di kabupaten/kota juga diinstruksikan untuk selalu sigap memberikan informasi dan edukasi tentang daerah rawan bencana ataupun mitigasinya. Peningkatan kapasitas anggota dalam evakuasi dan penyelamatan masyarakat juga perlu terus dilakukan.
Sebelumnya, empat kecamatan di Surakarta terendam banjir, yakni Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Laweyan, dan Kecamatan Serengan. Beberapa kelurahan terdampak banjir, antara lain Kelurahan Jagalan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sudiroprajan, dan Kelurahan Pucangsawit di Kecamatan Jebres; Kelurahan Semanggi, Kelurahan Mojo, dan Kelurahan Joyosuran di Kecamatan Pasar Kliwon; lalu Kelurahan Joyontakan di Kecamatan Serengan (Kompas.id 16/2/2023).
Di Kecamatan Laweyan dilaporkan mulai terjadi luapan air pada Sungai Premulung akibat air kiriman dari Kabupaten Boyolali. Salah satu wilayah yang terdampak banjir itu adalah Kelurahan Pajang. ”Ini sudah ada di 15 kelurahan. Ketinggian air terentang dari 1 meter sampai 1,5 meter. Memang datanya terus berkembang jadi kami belum bisa pastikan. Petugas masih terus melakukan pendataan,” kata Kepala BPBD Kota Surakarta Nico Agus Putranto.
Tanggul jebol
Sebelumnya, pada Rabu (15/2) malam banjir juga melanda empat kecamatan di Kudus, Jateng. Banjir yang terjadi di Kecamatan Mejobo, Jati, Bae, dan Kaliwungu itu sudah surut pada Kamis pagi. Banjir dengan ketinggian air mencapai 2,5 meter itu terjadi akibat jebolnya tanggul Sungai Piji.
Tanggul Sungai Piji jebol di tiga titik di dua desa di Kecamatan Mejobo. Di Desa Golantepus, tanggul yang jebol memiliki panjang 25 meter. Sementara itu, di Desa Kesambi ada dua titik tanggul Sungai Piji yang jebol dengan panjang 10 meter dan 20 meter.
”Tanggul-tanggul yang jebol sudah ditambal semua. Ada yang ditambal permanen dengan cara dibeton dan ada juga yang ditambal sementara menggunakan karung berisi pasir dan tanah,” ucap Kepala BPBD Kabupaten Kudus Mundir.
Untuk mencegah peristiwa berulang, BPBD Kudus bersama dengan instansi terkait akan memetakan dan menangani tanggul-tanggul kritis di wilayahnya. Adapun upaya jangka panjang yang akan dilakukan adalah pengerukan sungai-sungai yang dangkal. Hal itu agar kapasitas sungai kembali normal dan air sungai tidak lagi meluap saat hujan dengan intensitas lebat mengguyur wilayah tersebut.