Bangunan megah Rumah Sakit Dr Ben Mboi menjawab kerinduan masyarakat Nusa Tenggara Timur. Kini, masyarakat berharap akan diberi pelayanan terbaik.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Bangunan megah yang berdiri di atas hamparan bukit karang itu hadir memberi harapan bagi masyarakat yang selama ini kesulitan mengakses layanan kesehatan. Namanya Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Ben Mboi yang berlokasi di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kabar berdirinya rumah sakit terbesar di NTT itu begitu cepat sampai ke telinga masyarakat termasuk mereka yang tinggal di pelosok NTT. Martha Bani (34), warga dari Desa Waehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, sekitar 250 kilometer arah timur laut Kota Kupang, menyambut gembira kabar itu.
Martha punya pengalaman pilu kala merujuk kerabatnya yang menderita gangguan jantung ke salah satu rumah sakit di Jakarta empat tahun silam. Pasien dirujuk ke sana lantaran belum ada satu pun rumah sakit di NTT yang dapat menangani penyakit jantung. Tak ada alat dan belum ada dokter spesialis jantung.
Mereka membawa pasien menggunakan mobil sewaan dari Waehali ke Kupang. Waktu tempuh perjalanan darat selama tujuh jam. Setelah menginap satu malam di Kupang, mereka menggunakan pesawat terbang ke Jakarta. Namun, di sana mereka mengalami banyak kesulitan.
”Kami tinggal bersama pasien di gang sempit. Terus di rumah sakit kami tidak punya kenalan. Banyak prosedur yang kami tidak mengerti. Pasien stres membuat kondisinya drop sehingga akhirnya meninggal,” tutur Martha, Selasa (14/2/2023).
Perasaan senang dengan kehadiran RSUP Ben Mboi juga dilontarkan Paulin, perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Lewoloba. Lewoleba berada di Pulau Lembata yang dicapai dari Kupang dengan pesawat terbang selama satu jam. Jika menggunakan kapal laut, waktu pelayaran selama 14 jam.
Tiga bulan lalu, Paulin mengantar seorang pasien sakit ginjal dari Lewoleba ke salah satu rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan. Pasien dari keluarga miskin itu menumpang kapal laut ke Makassar selama tiga hari perjalanan. Mereka memilih Makassar dengan alasan di sana ada keluarga. Dengan tinggal di rumah keluarga, mereka dapat mengirit pengeluaran.
Meski sudah jauh-jauh ke sana, pelayanan di rumah sakit tidak memuaskan. ”Pelayanan terhadap pasien yang saya dampingi tidak sesuai harapan. Mungkin karena pasien dari daerah lain. Menyedihkan. Bersyukur di NTT sudah berdiri rumah sakit besar, pasien tidak perlu ke luar daerah lagi,” ujar Paulin.
Mengutip laman resmi PT Hutama Karya (Persero), perusahaan konstruksi di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara, proyek pembangunan RSUP Ben Mboi menghabiskan anggaran senilai Rp 385 miliar. Proyek yang dikerjakan selama 744 hari kalender itu rampung pada 15 Desember 2022.
RSUP Ben Mboi berdiri di atas lahan seluas 11 hektar dengan luas bangunan 35.258 meter persegi yang terdiri atas 7 bangunan utama dan 9 bangunan penunjang. Fasilitas yang tersedia 210 tempat tidur baik untuk perawatan biasa maupun untuk perawatan intensif.
Direktur Operasi II PT Hutama Karya Gunadi mengatakan, RSUP Ben Mboi yang dibangun pemerintah pusat itu bertujuan untuk menghadirkan pelayanan bagi masyarakat NTT. Selama ini, pasien yang tidak mampu ditangani di NTT dirujuk ke Bali, Surabaya, Jakarta, dan beberapa kota lain di Indonesia.
RSUP Ben Mboi mulai beroperasi pada Kamis (22/12/2022). Pengoperasian secara terbatas itu ditandai dengan penandatanganan prasasti nama rumah sakit oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan disaksikan sejumlah pejabat. Hadir pula dokter Tridia Sudirga Mboi, anak mendiang Ben Mboi.
Budi mengatakan, pembangunan RSUP Ben Mboi sebagai wujud dari komitmen pemerintah dalam melakukan pemerataan layanan kesehatan khususnya di kawasan timur Indonesia. Sebelumnya dibangun dua RSUP masing-masing di Provinsi Papua Barat dan Maluku.
RSUP Ben Mboi akan dilengkapi dengan alat kesehatan dan tenaga medis terutama dokter spesialis. Budi menekankan pelayanan di rumah sakit itu difokuskan pada penanganan penyakit jantung, stroke, dan ginjal. Selama ini, pasien dengan penyakit itu dirujuk ke luar NTT.
Budi bahkan berkomitmen, akan meningkatkan pelayanan di RSUP Ben Mboi agar bisa menjadi rujukan bagi pasien dari negara tetangga. ”Jadi nanti tidak perlu lagi harus ke Indonesia barat. Di sini sudah tersedia. Kita akan tingkatkan pelayanan. Lima tahun lagi, orang dari (negara) Timor Leste bisa memilih berobat di sini,” katanya.
Sesuai janji Budi, RSUP Ben Mboi akan mulai beroperasi penuh pada Maret mendatangkan. Pantauan pada Rabu (15/2/2023) pagi, suasana di sana belum sesibuk rumah sakit lainnya. Petugas medis dan pasien belum banyak. Berbagai alat kesehatan sedang disiapkan teknisi.
Layanan terbaik
Nama Ben Mboi yang dilekatkan pada RSUP itu merupakan seorang dokter yang sekaligus sebagai prajurit TNI Angkatan Darat. Dalam dunia kemiliteran, ia banyak berjasa. Ben Mboi merupakan anggota tim yang pertama kali diterjunkan ke Merauke untuk operasi pembebasan Irian Barat.
Ben Mboi kemudian oleh Presiden Soeharto ditunjuk menjadi Gubernur NTT selama sepuluh tahun, yakni periode 1978-1988. Dalam kepemimpinannya, Ben Mboi dianggap sebagai gubernur berprestasi dan dekat dengan rakyat. Pada era dia berkuasa, Ben Mboi paling sering turun ke masyarakat.
Istri Ben Mboi, Nafsiyah Mboi, juga seorang dokter yang lama mengabdi di NTT jauh sebelum suaminya menjadi gubernur. Nafsiyah merupakan dokter berprestasi sehingga pernah dipercaya menjabat Menteri Kesehatan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tridia Sudirga Mboi, anak sulung Ben Mboi, berterima kasih atas pemberian nama ayahnya pada rumah sakit itu. Ia berharap, semangat Ben Mboi dalam melayani masyarakat baik sebagai dokter, tentara, dan pejabat publik dapat menginspirasi petugas kesehatan di RSUP Ben Mboi.
Menurut Tridia, salah satu pesan yang selalu diingatkan mendiang Ben Mboi adalah petugas medis harus menganggap setiap pasien yang ditangani sebagai keluarga kandungnya. Dengan begitu, petugas medis tersebut akan memberikan diagnosis terbaik kepada pasien.
Gedung megah RSUP Ben Mboi kini sudah berdiri dan segera beroperasi melayani masyarakat. Dengan pelayanan yang semakin baik dan lengkap, pasien tidak perlu lagi berobat ke luar NTT.