Festival Payau Puan Paloh Mengangkat Kehidupan Perempuan Pesisir
Festival Payau Puan Paloh akan mengangkat kehidupan perempuan pesisir ke panggung seni pertunjukan. Festival digelar di Kelurahan Paya Pasir, Medan, 11-12 Maret.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Para pegiat seni pertunjukan menampilkan puisi dalam konferensi pers Festival Payau Puan Paloh di Medan, Sumatera Utara, Kamis (16/2/2023). Festival itu akan dilaksanakan pada 11-12 Maret di Kelurahan Paya Pasir, Medan.
MEDAN, KOMPAS — Festival Payau Puan Paloh akan mengangkat kehidupan perempuan-perempuan pesisir ke panggung seni pertunjukan. Festival yang digelar di Kelurahan Paya Pasir, Medan, Sumatera Utara, 11-12 Maret 2023, itu akan mengangkat kondisi kehidupan perempuan pesisir yang hidup di aliran paloh di dekat hutan mangrove.
Paloh merupakan sungai yang berada di tengah ekosistem mangrove di pesisir laut. Beberapa paloh di pesisir Medan kini dipenuhi sampah plastik. Paloh menjadi bagian dari peradaban kehidupan masyarakat pesisir karena di sana mereka mencari nafkah. Mereka menangkap kepiting, udang, hingga lokan.
Di beberapa tempat, masyarakat juga mengolah daun jerujuh menjadi keripik atau mengolah buah bakau menjadi sirop. Ada juga yang membuat lidi dari daun nipah. Namun, kerusakan-kerusakan yang terjadi di ekosistem mangrove membuat banyak kehidupan masyarakat yang berubah.
”Perempuan paloh itu tidak mendapat pendidikan tinggi. Kini, lingkungan mereka di pesisir juga tercemar sampah dari kota sehingga cara mereka mencari nafkah juga berubah,” kata pegiat seni teater Herawati Handayani yang menjadi Ketua Panitia Festival Payau Puan Paloh saat konferensi pers di Medan, Kamis (16/2/2023).
Konferensi pers itu dibuka dengan seni pertunjukan puisi, senandung, hingga monolog dari beberapa seniman teater. Penampilan itu menggambarkan kehidupan perempuan pesisir yang semakin terpuruk.
Para pegiat seni pertunjukan menampilkan puisi dalam konferensi pers Festival Payau Puan Paloh di Medan, Sumatera Utara, Kamis (16/2/2023). Festival itu akan dilaksanakan pada 11-12 Maret di Kelurahan Paya Pasir, Medan.
Melalui festival itu, Herawati berharap mereka bisa menyampaikan pesan, khususnya kepada masyarakat kota, agar menjaga lingkungan karena sangat berdampak pada kehidupan masyarakat pesisir. ”Kondisi kehidupan masyarakat ini akan kami angkat dalam seni pertunjukan yang diisi langsung oleh masyarakat di Paloh Blancang ini,” katanya.
Selain seni pertunjukan, tambah Herawati, festival itu juga akan diisi dengan sejumlah kegiatan, seperti perawatan dan pelestarian ekologi Paloh Blancang, wisata air, kuliner Melayu pesisir, permainan dan olahraga tradisional, serta membuat pasar yang menjual produk-produk masyarakat pesisir.
”Kami berharap kegiatan ini bisa berkelanjutan sehingga bisa rutin dilaksanakan. Ini penting agar bisa meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir di Paloh Blancang. Kami ingin mengubah stigma penduduk paloh yang biasanya kumuh, kotor, dan bau,” kata Herawati.
Herawati menyebut, festival itu didukung oleh program layanan produksi kegiatan kebudayaan kategori Pendayagunaan Ruang Publik 2022 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Junaidi (62), nelayan, mencari kepiting bakau dari hutan mangrove di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Selasa (22/11/2022).
Agus Susilo, pendiri Teater Rumah Mata, mengatakan, ia sudah tujuh tahun mendirikan teater di sekitar Paloh Blancang itu. Seni pertunjukan yang semuanya diperankan oleh perempuan itu juga diisi oleh masyarakat lokal. Selain perempuan penduduk asli pesisir, beberapa seniman teater juga akan ikut mengisi pertunjukan tersebut.
”Selama ini anak-anak dari Paloh Blancang juga sudah banyak yang ikut latihan di Teater Rumah Mata,” kata Agus.
Menurut Agus, beberapa seni pertunjukan yang disiapkan adalah pembacaan puisi, musikalisasi puisi, monolog, sampai seni musik. Mereka berharap, festival itu juga menghidupkan kembali kesenian di daerah pesisir.
”Festival Payau Puan Paloh ini tidak ada hubungannya dengan Puan Maharani maupun Surya Paloh,” kata Agus sambil tertawa.