Surabaya Terus Stabilkan Harga Beras dan Minyak Goreng
Pemerintah Kota Surabaya berusaha mengantisipasi kenaikan harga bahan pangan menjelang Ramadhan dengan terus melakukan pengecekan, pengawasan, dan intervensi berupa subsidi transportasi untuk pengendalian harga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Beras medium yang akan dijual saat operasi pasar beras di Pasar Genteng Baru, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/2/2023). Operasi pasar beras itu dikhususkan bagi pedagang dan komunitas pasar tersebut. Beras medium dalam operasi pasar tersebut dijual Rp 41.750 per 5 kilogram. Pemkot Surabaya saat ini gencar melakukan operasi pasar.
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya berupaya menjamin kestabilan harga bahan pangan, terutama beras dan minyak goreng Minyakita. Pengecekan, operasi pasar, pembelian ke sentra produksi, dan kerja sama dengan Perum Bulog serta Kementerian Perdagangan diyakini dapat mempertahankan kestabilan harga.
”Untuk transportasi ambil beras ke Bulog, dari kami; dan (itu) disubsidi sehingga harga bisa dikontrol,” kata Wali Kota Eri Cahyadi seusai pengecekan harga bahan pangan di Pasar Pucang Anom, Rabu (15/2/2023) petang. Stok beras termasuk dari Bulog telah tersedia dan dijamin dapat memenuhi kebutuhan selama Ramadhan dan Lebaran oleh PD Pasar Surya.
Eri mengatakan, pengendalian harga beras telah ditempuh terutama dengan operasi pasar. Selain itu, subsidi biaya angkut dari Bulog ke gudang atau pedagang. Dengan begitu, harga beras dari Bulog dapat dikendalikan di kisaran Rp 9.000 per kilogram (kg).
Warga membeli beras medium saat operasi pasar di Pasar Kembang, Surabaya, Minggu (5/2/2023). Operasi pasar berlangsung pada 4-5 Februari di 12 pasar di Kota Surabaya. Beras medium dijual Rp 46.000 per 5 kg. Warga dibatasi membeli hanya 10 kg beras.
Di pasar-pasar, beras Bulog medium diterima pedagang dengan harga Rp 40.000-Rp 42.000 per 5 kg. Pedagang menjualnya di kisaran Rp 44.000-Rp 46.000 per 5 kg. Adapun beras premium dijual dengan harga Rp 13.000-Rp 13.200 per kg. Konsumen dapat memilih membeli beras yang sesuai dengan kemampuan ekonomi.
Selain itu, Eri melanjutkan, komoditas Minyakita telah datang dan diklaim melimpah. Produk ini sepatutnya dijual dengan harga eceran tertinggi Rp 14.000 per liter. Beberapa pekan terakhir, stok Minyakita menipis dan langka sehingga produk dijual melampaui HET. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah datang dan berkomitmen menggelontorkan Minyakita untuk pengendalian harga.
Namun, kalangan konsumen masih mendapati harga jual beras dan Minyakita melampaui ketentuan. Sumiyati, warga Jambangan, mengatakan, sulit untuk mendapatkan Minyakita dengan harga Rp 14.000 per liter. Pedagang eceran menjual lebih tinggi Rp 500-Rp 1.000. ”Biarpun di atas HET, tetapi masih terjangkau,” katanya.
Minyak goreng yang dijual dalam operasi pasar oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan di Kantor Kelurahan Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (29/9/2022).
Sanjoyo, pedagang di Pasar Wonokromo, mengatakan belum mengetahui bagaimana mendapatkan Minyakita melalui aplikasi sistem informasi minyak goreng curah rakyat (Simirah). ”Saya beli dari pedagang lain sudah HET sehingga kalau dijual ke pembeli, ya, sedikit di atas itu,” katanya.
Sanjoyo akan mencari informasi ke petugas pasar agar dapat menggunakan Simirah sehingga mendapatkan Minyakita dan menjual sesuai HET. Sanjoyo terkejut saat mengetahui jika menjual Minyakita di atas HET bisa terkena sanksi penyitaan komoditas oleh satuan tugas pangan.
Warga menggunakan QRIS untuk membayar pembelian beras saat acara operasi pasar sekaligus sosialisasi penggunaan QRIS di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Kamis (9/2/2023).
Direktur Utama PD Pasar Surya Agus Priyo mengatakan, pihaknya akan terus memantau harga bahan pangan, termasuk beras dan Minyakita. Komoditas yang terindikasi mengalami kenaikan harga karena gangguan dalam produksi, distribusi, atau kelangkaan akan segera diatasi.
”Misalnya, ada potensi kenaikan harga bawang. Kami akan membeli ke sentra produksi (Nganjuk) demi mendapat jaminan pasokan untuk pengendalian harga,” kata Agus.
Untuk sementara ini, operasi pasar, terutama Minyakita, belum akan ditempuh lagi karena ketersediaan yang dianggap memenuhi sampai dua-tiga bulan mendatang. Operasi pasar masih akan dilanjutkan, tetapi terbatas pada komoditas yang mengalami lonjakan harga.