Mesin Penukaran Botol Plastik Mulai Digunakan di NTB
Mesin penukaran botol plastik menjadi poin yang bisa diuangkan mulai digunakan di NTB. Salah satunya di Universitas Nahdlatul Ulama NTB dengan meluncurkan ”waste reverse vending machine” bernama Si Beta.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Berbagai pihak turut mengambil peran dalam menangani sampah yang menjadi salah satu masalah besar di Nusa Tenggara Barat. Salah satunya Universitas Nahdlatul Ulama atau UNU NTB dengan meluncurkan dan mulai menggunakan waste reverse vending machine atau mesin penukaran botol plastik.
Rektor UNU NTB Baiq Muliyanah dalam acara peluncuran waste reverse vending machine (W-RVM) tersebut di Mataram, Rabu (15/2/2023), mengatakan, salah satu hak hidup bagi masyarakat adalah lingkungan hidup yang baik.
Terkait hal itu, menurut Muliyanah, UNU NTB berkomitmen untuk mengambil bagian dalam menghadirkan solusi bagi penanganan lingkungan. Salah satunya sejak 2018, UNU NTB membuka layanan membayar kuliah dengan sampah melalui hadirnya bank sampah.
”Sekarang, kami meningkatkan layanan bank sampah tersebut. Tidak hanya agar bermanfaat bagi sivitas akademika, tetapi juga masyarakat dengan meluncurkan waste reverse vending machine ini,” kata Muliyanah.
Menurut dia, mesin yang akan digunakan memang baru satu unit. Akan tetapi, ia berharap ke depan jumlahnya akan terus bertambah. Apalagi, mesin tersebut dikembangkan oleh putra daerah NTB. ”Mesinnya memang diproduksi di Bandung, tetapi otaknya, seperti sistemnya, dari orang UNU NTB,” katanya.
Poin yang terkumpul nanti bisa ditukar dengan uang.
W-RVM yang diluncurkan dan akan digunakan itu dinamakan Si Beta atau Silaq Beriuk Tabung (Mari Menabung Bersama). Addin Gama Bertaqwa, dosen UNU NTB sekaligus pengembang mesin tersebut, mengatakan, W-RVM Si Beta mudah digunakan baik oleh sivitas akademika UNU NTB maupun masyarakat umum.
Addin mengatakan, untuk menggunakan mesin tersebut, pengguna tinggal mengunduh aplikasi My Smash untuk perangkat berbasis Android.
Setelah mendaftar, pengguna bisa langsung menggunakannya. Sebelum memasukkan sampah, pengguna terlebih dahulu memindai kode batang (barcode) di mesin. Baru kemudian memasukkan botol plastik ke mesin. Setelah itu, akan mendapat 10 poin yang setara Rp 10 untuk satu botol plastik.
”Poin yang terkumpul nanti bisa ditukar dengan uang. Terkait itu, masih dalam pembicaraan dengan Bank BTN Syariah,” kata Addin.
Untuk sementara, alat tersebut akan ditempatkan di UNU NTB. Harapannya, ke depan bisa terus diperbanyak.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah NTB Amri Rahman mengatakan, program zero waste tidak sekadar muncul. Akan tetapi, ini upaya mendorong kesadaran bahwa jika lingkungan bagus, masyarakat juga akan bagus.
”Begitu banyak yang memberi perhatian terhadap program zero waste sehingga kami memberikan apresiasi baik untuk upaya besar maupun kecil. Apalagi, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Harus menjadi kerja bersama, termasuk dengan perguruan tinggi,” kata Amri.
Brand Manager BTN Syariah Mataram Eko Santoso menambahkan, pihaknya mengapresiasi inisiasi penggunaan mesin penukar botol plastik di lingkungan kampus.
Menurut Eko, setelah inisiasi baik dari lingkungan kampus, harapannya menjadi kebiasaan masyarakat luas untuk memilah sampah demi lingkungan. Bank BTN Syariah Mataram siap mendukung pengembangan mesin penukar botol plastik tersebut.