Harga Beras dan Bumbu Dapur di Kupang Merangkak Naik
Harga beras dan bumbu dapur di Kota Kupang mengalami kenaikan cukup signifikan. Pemda bisa mendorong petani mengupayakan penanaman komoditas itu di NTT.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Harga beras dan bumbu dapur di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, naik signifikan dalam satu pekan terakhir. Harga beras mengalami kenaikan rata-rata Rp 1.000 per kilogram. Adapun harga bawang putih dan bawang merah kini mencapai Rp 40.000 per kilogram.
Pantauan Kompas di Pasar Naikoten, Kota Kupang, Rabu (15/2/2023), stok beras cukup tersedia di kios-kios pedagang. Harga beras dengan kualitas rendah, medium, hingga premium naik rata-rata Rp 1.000 per kilogram. Kini, harga beras kualitas rendah berkisar Rp 10.000-Rp 11.000 per kg, beras medium Rp 13.500, dan beras premium Rp 14.000-Rp 15.000 per kg.
Bulog berupaya mengendalikan harga dengan memasok beras seharga Rp 10.000 per kg. Namun, di satu pasar, hanya sedikit kios yang menjual beras Bulog.
Jaya Tahir (54), pedagang beras di Pasar Naikoten, mengatakan, kenaikan harga itu dimulai dari sentra produksi beras, yakni Jawa, Bali, dan Sulawesi. Selama ini, ia dengan mudah mendatangkan beras dari Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, sejak dua pekan terakhir mengalami kesulitan.
Ia mengatakan, hal itu bukan karena cuaca buruk sehingga kapal sulit berlayar. ”Di sana juga mengalami kekurangan beras. Mereka tidak leluasa lagi mengirim beras seperti dulu. Kita harap bulan April ini harga beras sudah pulih. Saat itu sebagian petani sudah mulai panen sehingga bisa memperbanyak stok, sekaligus menekan harga di pasar,” papar Tahir.
Di pasar-pasar kecil dan kios-kios di permukiman warga, harga beras jauh lebih mahal dibandingkan dengan di pasar-pasar besar. Pedagang di pasar kecil mendatangkan barang dari pasar besar sehingga masih harus menghitung ongkos angkut. Harga beras di Pasar Penfui, Kota Kupang, misalnya, paling rendah Rp 12.500 per kg dan tertinggi Rp 16.000 per kg.
”Saya punya beberapa pelanggan pedagang di Pasar Penfui yang mengambil barang di sini. Tentu mereka jual dengan harga yang lebih mahal karena hitungan ongkos angkut,” katanya.
Sementara itu, dua pekan lalu, harga bawang merah berkisar Rp 30.000 per kg dan bawang putih Rp 35.000 per kg-Rp 40.000 per kg. Minyak goreng kemasan bermerek Minyakita Rp 17.000 per liter.
Kini, bawang merah di pasar besar seperti Naikoten dijual Rp 35.000 per kg dan bawang putih Rp 30.000 per kg. Pedagang juga menyiapkan harga eceran, yakni Rp 10.000 untuk dua siung bawang putih dan Rp 15.000 untuk dua siung bawang merah.
Putra Sulawesi ini mengatakan, tiga hari lalu Gubernur Viktor Laiskodat mengunjungi Pasar Naikoten bersama rombongan. Gubernur ingin melihat dan mendengar langsung keluhan pedagang di pasar itu. ”Tidak banyak yang disampaikan ke pedagang. Ia juga minta pedagang jangan naikkan harga barang. Semua transaksi di sini, sesuai hukum pasar. Kami selalu bergantung dari luar. Kalau di sana naik, di sini juga terpaksa naik,” katanya.
Bumbu dapur lain di Pasar Naikoten, seperti jahe, dijual Rp 50.000 per kg. Adapun di pasar kecil atau kios–kios Rp 80.000 per kg. Cabai merah keriting di pasar besar dijual Rp 30.000 per kg dan di pasar kecil dijual dengan harga Rp 55.000 per kg. Kebanyakan pedagang di pasar kecil atau kios-kios menjual eceran, yakni Rp 5.000 per 5 ons.
Sementara harga kebutuhan pokok lain relatif stabil. Telur ayam, misalnya, Rp 2.000 per butir, sayur sawi Rp 5.000 per ikat, ikan segar Rp 20.000-Rp 50.000 per kg, tomat Rp 20.000 per kg, daging ayam Rp 65.000 per ekor, sekitar 1,2 kg; daging sapi Rp 80.000-Rp 95.000 per kg, dan umbi-umbian Rp 20.000 per kumpul, sekitar 3 kg.
Marta Mage (34), pembeli di Pasar Naikoten, mengatakan, dia hanya membeli telur ayam, beras, tahu, dan sayur. Kebetulan Mage tinggal sekitar 700 meter dari Pasar Naikoten sehingga hanya berjalan kaki. Ia biasanya belanja tiga kali dalam satu pekan. Setiap kali belanja ia membawa uang Rp 50.000.
Ia berbelanja tahu Rp 5.000, sayur Rp 5.000, beras 2 kg, dan minyak goreng 1 liter. ”Ya, itu saja. Suami buruh bangunan. Gaji harian Rp 100.000. Itu pun dia baru kerja satu pekan terakhir ini. Sebelumnya, ia menganggur di rumah. Cari kerja makin susah,” katanya.
Ia mengaku, sebelumnya bekerja mencuci pakaian di rumah tetangga dengan upah Rp 20.000 sekali mencuci. Namun, kini dia tak lagi bekerja.
Direktur Yayasan Mega Timor Ros Udak mengatakan, semestinya semua jenis produksi pertanian, seperti kentang, wortel, kol, bawang putih, bawang merah, dan jahe, bisa diproduksi di NTT. Sejumlah kabupaten di Flores sangat cocok untuk budidaya tanaman itu, seperti di Ende, Nagekeo, Ngada, dan Manggarai Raya. Hanya transportasi dari wilayah itu ke Kupang sangat sulit.
Daratan Timor barat bisa memproduksi tanaman itu, tetapi kebanyakan petani masih terpola dengan sistem pertanian tradisional. Sejak dulu sampai sekarang petani hanya bisa tanam jagung, singkong, keladi, ubi jalar, dan kacang-kacangan. Tanaman lain, seperti bawang putih, bawang merah, dan jahe, belum terbiasa. Kalau ditanam pun gagal panen karena kurang pengetahuan untuk itu. ”Kalau pemerintah daerah dan petani serius, tidak ada yang tidak bisa,” kata Ros Udak.