Menyulap Lahan Bekas Terbakar Jadi Kawasan Pertanian Terintegrasi
Lahan bekas terbakar seluas 25 hektar disulap menjadi lahan inovasi komoditas pangan. Selain untuk mengurangi risiko karhutla di Sumsel konsep ini diharapkan bisa memperkuat ketahanan pangan dan menekan tengkes.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·6 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Hamparan tanaman hortikultura yang terletak di Agrowisata Tekno-44 yang terletak di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin (13/2/2023).
Pada 2015, kebakaran menghanguskan puluhan hektar lahan gambut yang belum terkelola di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan warga membuka lahan dengan cara membakar. Namun, bencana tersebut justru menjadi titik balik warga setempat untuk mulai berinovasi.
Senin (13/2/2023), Budiharto (51) warga Desa Gelebak Dalam tampak serius memperhatikan cara kerja alat pengering dan penggilingan gabah di Kawasan Agrowisata Tekno-44 Desa Gelebak Dalam, sekitar 30 kilometer dari Kota Palembang. Ia tidak menyangka kini ada alat pengering dan penggilingan gabah di tempat itu. Kawasan yang dulunya kerap terbakar itu, kini menjadi tempat penelitian dan pengembangan sejumlah komoditas pangan.
Di sana dibangun beberapa demplot komoditas pertanian, perkebunan, hortikultura, dan perikanan. Setidaknya ada 11 komoditas yang dikembangkan. Semua dikelola dengan konsep pertanian terintegrasi (integrated farming).
Konsep pertanian seperti ini belum ia lihat sebelumnya. Pria yang sehari-hari bertani padi di lahan pribadi seluas 1,5 hektar itu terbiasa bercocok tanam dengan sistem konvensional. Salah satu cara yang pernah ia lakukan adalah membuka lahan dengan cara membakar.
Sebuah kolam ikan yang terletak di Agrowisata Tekno-44 yang terletak di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin (13/2/2023). Kawasan ini menjadi wadah bagi para mahasiswa, akademisi, dan masyarakat untuk berinovasi.
Budiharto mengatakan, kebiasaan membuka lahan dengan cara membakar memang sudah menjadi kebiasaan. ”Dengan membakar lahan, tanah akan lebih subur dan jauh lebih cepat, serta hemat," ujarnya.
Kebiasaan itu akhirnya mendatangkan bencana ketika pada tahun 2015, puluhan bahkan ratusan hektar lahan yang tidak terkelola hangus terbakar. Gelebak Dalam pun menjadi salah satu desa penghasil titik panas.
Pascakebakaran yang menghanguskan lahan di Sumsel dengan total hingga 700.000 hektar itu, warga pun diajak untuk tidak membakar lahan. Mereka diajak untuk mulai menggunakan skema mekanisasi pertanian dalam proses penggarapan lahan, penanaman padi, hingga pengelolaan pascapanen.
”Memang dari segi biaya, (mekanisasi pertanian) jauh lebih mahal. Namun, karena sekarang membakar lahan itu dilarang, kami harus menjalankannya,” kata Budiharto.
Komandan Komando Resor Militer 044 Garuda Dempo Brigadir Jenderal TNI Mohamad Naudi Nurdika dalam peresmian Agrowisata Tekno-44 itu mengatakan pertanian terpadu adalah upaya semua pihak mencegah kebakaran lahan agar tidak terulang lagi di Sumsel, terutama di lahan gambut yang tidak terkelola.
”Sebanyak 99 persen kebakaran lahan terjadi karena ulah manusia,” kata Naudi.
Karena itu, TNI AD bersama warga mulai berkolaborasi untuk memanfaatkan lahan telantar untuk direvitalisasi menjadi lahan pertanian terpadu. ”Dalam pelaksanaannya, kami tentu melibatkan semua pihak mulai dari akademisi dan instansi pertanian serta perkebunan,” ujarnya.
Di dalam kawasan itu, tersedia berbagai inovasi yang dikembangkan oleh sejumlah instansi seperti akademisi dari berbagai universitas di Sumsel, instansi pertanian dan perkebunan, hingga inovasi dari warga setempat. Inovasi itu berupa budidaya ikan lele dan ikan nila, gabus, patin, pemanfaatan lebah trigona, dan penanaman beragam jenis rempah serta sejumlah produk pertanian.
Sebuah kolam ikan yang terletak di Agrowisata Tekno-44 yang terletak di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin (13/2/2023).
Di kawasan ini juga sudah terpasang sejumlah ilmu terapan seperti teknologi pemanfaatan air payau menjadi air bersih serta alat yang digunakan untuk mengubah limbah pertanian menjadi pupuk. ”Tidak ada unsur yang terbuang, semua dapat dimanfaatkan untuk memberikan kesejahteraan bagi warga sekitar,” ujar Naudi.
Pengelolaannya kawasan juga telah menggunakan fasilitas digital, seperti penggunaan telepon seluler untuk mengontrol pernyiraman tanaman dan pemberian makan ikan di kolam. Ada juga penggunaan drone untuk penanaman benih, penyemprotan pestisida. atau pupuk cair.
”Inovasi tersebut merupakan hasil karya para mahasiswa, instansi, dan peneliti yang kompeten di bidangnya,” kata Naudi.
Dia berharap, kawasan ini bisa menjadi sarana edukasi dan riset bagi peneliti dan masyarakat yang tertarik belajar tentang pertanian, perkebunan dan perikanan. Ia juga berharap kegiatan itu bisa menjadi proyek percontohan.
”Nantinya, kawasan ini akan dijadikan tempat penyuluhan dan pendidikan bagi babinsa (bintara pembina desa) sebelum terjun ke lapangan. Harapannya bisa ditularkan ke tempat Babinsa itu bertugas,” ujarnya.
TNI hanya pendorong namun yang harus bekerja lebih dominan adalah pemerintah daerah. (Jenderal Dudung Abdurachman)
Kepala Desa Gelebak Dalam, Kurniawan menyebut dalam tiga tahun terakhir, tidak pernah ada lagi kejadian kebakaran lahan di desanya. Selain karena faktor iklim di mana tahun lalu lebih sering turun hujan, petani juga telah menggunakan sistem mekanisasi pertanian dalam menggarap lahan sawahnya.
Hasilnya cukup bagus, Rata-rata produksi padi bisa mencapai 6 ton per hektar gabah kering giling (GKG). Adapun total lahan pertanian di Desa Gelebak Dalam sekitar 800 hektar.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Petani tengah memanen padi dengan pemanen kombinasi (combine harvester) di Desa Upang Marga, Kecamatan Air Saleh, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan Senin (29/1).
Untuk menjalankan mekanisasi pertanian itu, di desa sudah tersedia alat dan mesin pertanian hasil swadaya masyarakat dan bantuan dari sejumlah instansi. ”Jika ada petani yang butuh alat, mereka dapat menggunakannya dengan sistem sewa,” ujar Kurniawan.
Lewat mekanisasi pertanian, sejumlah petani mampu menerapkan IP 200 (dua kali tanam) di lahan pertaniannya. Namun, IP 200 belum optimal dijalankan, karena beberapa petani masih terkendala dengan fasilitas pengelolaan air. ”Tanggul kami sering jebol sehingga banyak lahan pertanian yang belum bisa digunakan karena terendam air,” ujarnya.
Kurniawan berharap, agrowisata tekno-44 ini bisa menjadi tempat bagi warga untuk menggali ilmu dan mulai menggarap lahan pertaniannya dengan lebih modern. ”Hampir semua warga di kawasan ini adalah petani. Dengan edukasi dari para ahli, diharapkan hasil pertanian mereka bisa melonjak dan desa ini menjadi salah satu sentra padi potensial,” ucapnya.
Masif dilakukan
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumatera Selatan Bambang Pramono menuturkan, skema pertanian terintegrasi sudah masif dilakukan sejak empat tahun terakhir, terutama di lahan pertanian rawa lebak dan pasang surut. Beberapa daerah yang memiliki lahan pertanian rawa lebak adalah Kabupaten Banyuasin, Penukal Abab Lematang Ilir, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu Timur, dan Muara Enim.
Pihaknya juga telah mengedukasi para petani untuk mulai meninggalkan kebiasaan membuka lahan dengan cara membakar. Bambang menuturkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai instansi untuk membantu petani dalam membuka lahan pertanian menggunakan alat berat.
”Jika diperlukan, ada 153 ekskavator yang bisa dikerahkan untuk membantu petani membuka lahan tanpa membakar,” ujarnya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Hamparan lahan pertanian yang terletak di Agrowisata Tekno-44 yang terletak di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin (13/2/2023).
Pola ini harus segera diterapkan karena potensi peningkatan produksi cukup besar. Luas lahan pertanian diperkirakan akan bertambah. Bambang menargetkan produksi pertanian di Sumsel pada tahun 2023 mencapai 3,94 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik dari target tahun lalu yakni 2,72 juta ton.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang hadir di Agrowisata Tekno 44 berharap kawasan ini bisa menjadi perwujudan upaya pemerintah dalam menekan risiko kebakaran lahan dan tengkes. Program ini juga diharapkan menjadi langkah konkret memperkuat ketahanan pangan Indonesia. ”Harapannya agrowisata ini bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar,” ujarnya.
Namun, ia berharap agar setiap instansi, terutama pemerintah daerah, berperan aktif untuk mengembangkan program ini. ”TNI hanya pendorong, tetapi yang harus bekerja lebih dominan adalah pemerintah daerah,” tegasnya.