Tawa Anak-anak Kembali Terdengar di Celah Braga
Anak-anak yang bermain di Gang Apandi, Jalan Braga, Kota Bandung, ini tenggelam dalam keceriaan saat bermain bersama. Orangtua pun ikut riang. Mereka sejenak melupakan gawai, bahkan hidup yang sulit di ”Kota Kembang”.

Sejumlah anak mengumpulkan sampah di lapangan Gang Apandi, RW 008 Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023). Mereka bermain dan belajar pada akhir pekan bersama para sukarelawan dari sejumlah komunitas.
Terselip di antara keramaian Jalan Braga, Kota Bandung, Jawa Barat, anak-anak bermain riang di luar ruangan tanpa gawai. Ceria dan gelak tawa sejenak menjauhkan mereka dari layar gawai, bahkan mengembalikan lagi hasrat para bocah untuk bermain bersama di tengah sulitnya hidup.
Saat amukan pandemi Covid-19 mereda, Braga kembali ramai, terutama di akhir pekan, seperti pada Sabtu (4/2/2023) pagi itu. Deru kendaraan yang lewat beradu dengan keramaian para pengunjung yang berbelanja, berfoto, atau sekadar berjalan-jalan di daerah yang menjadi salah satu tujuan para wisatawan ini.
Dari celah Gang Apandi yang terselip di antara rapatnya bangunan sisi Jalan Braga, terdengar keriuhan yang berbeda. Sekitar 20 anak riang gembira saat bermain dan belajar bersama di kawasan RW 008 Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, ini.
Baca juga : Ciptakan Ruang Aman bagi Perempuan dan Anak
Di tengah permukiman padat ini, mereka belajar bahasa Inggris hingga memainkan egrang bersama belasan pemuda dari Braga Heritage, Creavill, dan Sekolah Semi Palar. Mereka terlihat gamang, namun tetap penasaran untuk menaiki egrang.
Dua bilah bambu yang tingginya hampir dua kali lipat tubuh anak-anak ini menarik perhatian. Sebagian anak masih ragu mencoba saat didampingi para sukarelawan, tetapi ada yang ternyata mahir menggunakannya.
Kaum ibu juga tidak kalah gembira. Senyum dan tawa menghiasi wajah saat mereka melihat anak-anak bersenang-senang. Salah satunya Ocha (36), yang menikmati keramaian anak-anak bermain sambil mencari anaknya. ”Biasanya Edo ikut main, mungkin sekarang lagi sama teman-temannya yang lain,” ujarnya sambil menoleh ke sana sini.

Para orangtua dan warga mengamati anak-anak yang bermain di lapangan Gang Apandi, RW 008 Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023). Mereka bermain dan belajar pada akhir pekan bersama para sukarelawan dari sejumlah komunitas.
Ocha bahagia anaknya memilih bermain di luar ruangan daripada memainkan gawai di hari itu. Biasanya, Edo kerap memegang ponsel seperti bapaknya yang sehari-hari bekerja sebagai joki gim daring dengan penghasilan tidak seberapa. ”Yang penting cukup untuk makan sehari-hari,” katanya sambil tertawa.
Edo pun tumbuh dekat dengan gawai. Ocha berujar, anaknya sering memainkan ponsel, bahkan sesaat setelah pulang sekolah. Dia khawatir Edo terlalu larut di dunia maya sehingga melupakan keseruan bermain bersama di luar ruangan bersama teman-temannya.
”Bapaknya kalau malam baru kerja, soalnya ngejokiin gim di ponselnya, siang-siang begini baru tidur. Penghasilannya tidak menentu, buat makan kami saja cukup. Kadang-kadang Si Edo niru bapaknya, main gim,” ujarnya.
Anak-anak yang bermain setidaknya membuat hari-hari Ocha berwarna. Dia mengaku senang melihat anak-anak bermain di luar tanpa memegang ponsel. Apalagi, hari itu anak-anak bermain sambil belajar bahasa Inggris.

Sejumlah anak mengumpulkan sampah di lapangan Gang Apandi, RW 008 Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023). Mereka bermain dan belajar pada akhir pekan bersama para sukarelawan dari sejumlah komunitas.
”Anak saya sudah pintar bahasa Inggris. Di sekolah sering jawab pertanyaan guru. Kalau mengerjakan PR (pekerjaan rumah) bisa sendiri,” ujarnya.
Bermain dan belajar bersama teman-teman juga menjadi pelepas penat bagi Salma (13) setelah berjualan setiap akhir pekan. Sebelum bermain, dia berkeliling untuk menjual rencang sangu atau lauk-pauk semenjak pagi.
”Pagi-pagi Ibu memasak rencang sangu dulu. Nanti saya keliling sampai siang baru ikut main. Biasanya jualan hari libur, kalau hari sekolah tidak jualan. Dulu juga sempat jualan surabi, lumayan bisa membantu orangtua,” kata Salma.
Bermain sambil belajar
Meski senang bisa membantu orangtua, Salma tetap ingin bermain bersama teman-teman. Semua lelahnya menguap saat tertawa bersama anak-anak lain dan belajar bersama. ”Lebih senang aja kalau sudah main sama teman-teman. Belajar bahasa Inggris juga belajar mainan tradisional,” katanya.

Anak-anak bermain di lapangan Gang Apandi, RW 008 Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023). Pada akhir pekan, kawasan ini kerap diramaikan anak-anak yang bermain bersama tanpa menggunakan gawai.
Cindy (8), anak lain yang bermain di sana, bisa bermain egrang karena Salma. Dia pun bisa melenggang santai di antara anak-anak yang sulit menaiki mainan tradisional ini. ”Sudah bisa (egrang) dari tiga bulan lalu. Yang ngajarin Teh Salma. Kalau belajar bahasa Inggris, belajar dari Teh Odah,” ujarnya.
Teh Odah adalah panggilan akrab anak-anak kepada Farida (30), salah satu pendiri komunitas Braga Heritage yang ikut bermain dengan mereka. Dia kerap mengajak anak-anak bermain bersama sambil belajar. Dia juga mengajari mereka bahasa Inggris dengan alam sekitar yang jadi medianya.
Tidak ada kertas tes atau ujian tertulis, hanya bincang-bincang sambil menunjuk benda-benda di dekat mereka atau yang masih terpantau oleh ujung mata. Mereka menyebutkan bahasa Inggris dari warna, bentuk, hingga nama benda yang ditunjuk. Sesekali pertanyaan dilakukan dengan menggunakan bahasa asing universal itu.
Kami juga ingin menunjukkan kepada pengunjung, Braga itu tidak hanya selurusan jalan yang ramai di depan sana, tetapi juga di sudut-sudut kampung ini.
Bersama Braga Heritage, Farida mengajak anak-anak di permukiman Braga untuk akrab dengan bahasa Inggris dengan harapan bisa memperbaiki hidup. Kawasan Braga menyedot wisatawan tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga mancanegara, menjadi potensi untuk pencarian warga di sana.
Apalagi, Jalan Braga memiliki berbagai sisi yang menarik, terutama dari sudut pandang sejarah. Daerah ini telah eksis sejak Hindia Belanda masih bercokol di bumi Nusantara dan juga menjadi daya tarik para ekspatriat dan merupakan kawasan gaul tempo dulu.
”Jika anak-anak mahir berbahasa Inggris, mereka akan lebih mudah menjadi pemandu di Braga. Kami juga ingin menunjukkan kepada pengunjung, Braga itu tidak hanya selurusan jalan yang ramai di depan sana, tetapi juga di sudut-sudut kampung ini,” ujarnya.

Sejumlah anak memainkan engrang bersama beberapa komunitas di lapangan Gang Apandi, RW 008 Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023).
Keinginan itu hadir sejak tahun 2018. Balai RW 003 Kelurahan Braga disulap menjadi tempat anak-anak berkumpul dan belajar bersama. Farida pun memberikan pemahaman kepada para orangtua mengenai pentingnya belajar, terutama bahasa Inggris, kepada anak-anak.
Sudah lebih dari tiga tahun anak-anak ikut belajar sambil bermain bersama Braga Heritage. Kegiatan ini tidak hanya membuat mereka gembira, tetapi juga menarik minat berbagai pihak, salah satunya Rumah Belajar Semi Palar.
Menurut Maulana Restanto (27), salah satu fasilitator di Semi Palar, kegiatan bersama di Braga ini sesuai dengan program mereka untuk membentuk karakter para siswa. Sekitar delapan anak yang masuk dalam Kelompok Petualang Belajar Semi Palar ini ikut bermain dengan anak-anak sambil mengajari mereka sejumlah keahlian.
”Belajar bersama di Braga ini untuk melatih kemampuan komunikasi para siswa sekaligus membentuk karakter mereka agar berpikiran terbuka. Saat bermain bersama, mereka juga belajar dari anak-anak ini,” ujarnya.
Kembali ramai
Keinginan untuk membuat anak-anak bermain bersama dan menjauhi gawai bukanlah cara yang mudah. Farida bersama rekan-rekannya kerap sulit untuk mengumpulkan anak-anak agar belajar bersama. Namun, mereka tidak menyerah. Hampir setiap pekan, anak-anak dikumpulkan dan mereka tetap berkegiatan meskipun yang datang hanya hitungan jari.
”Yang penting anak-anak ini berkumpul dan bermain serta belajar. Setidaknya dalam seminggu, mereka berkegiatan bersama dan jauh dari ponsel. Saya sering khawatir melihat anak-anak ini terlalu dekat dengan gawai. Setiap saya melewati gang, pasti ada saja anak-anak yang sibuk bermain ponsel,” kata Farida.

Kondisi trotoar di Jalan Braga, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (1/11/2021).
Keceriaan anak-anak ini membuat senyum terukir di bibir Nana Supriatna (49), Ketua RT 005 RW 008 Kelurahan Braga. Sabtu (4/2/2023) itu, dia tengah mengamati orang-orang tertawa bergembira di lapangan Gang Apandi. Dia merindukan keramaian yang sempat hilang karena pandemi dan anak-anak yang sibuk dengan gawainya.
”Sekarang tiap akhir pekan ada saja permainan. Kami sengaja membuka lahan yang terbengkalai di sini agar anak-anak bermain bersama. Kalau begini, kan, senang melihatnya. Di tengah rumah-rumah padat, anak-anak bermain di lapangan,” ujarnya.
Keceriaan anak-anak ini menular ke seluruh lingkungan kawasan padat penduduk di celah Braga tersebut. Setidaknya sejenak mereka larut dalam kegembiraan bersama tawa renyah para bocah yang bermain sambil belajar bersama demi masa depan yang lebih baik.
Baca juga : Geliat Dunia Anak dari Bandul Lato-lato