Mobil Bak Terbuka Masuk Jurang di Kebumen, 5 Wisatawan Tewas
Lima wisatawan meninggal setelah mobil bak terbuka yang mengangkut 25 orang masuk jurang di Kebumen, Jawa Tengah. Ini jadi evaluasi untuk menyediakan angkutan layak di perdesaan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Sebuah mobil bak terbuka yang mengangkut 25 orang dari Purworejo untuk berwisata ke obyek wisata di Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, masuk ke jurang pada Jumat (10/2/2023) pukul 17.30. Lima wisatawan tewas akibat kecelakaan itu.
”Jika dilihat, tempat kejadian perkara jalanannya menurun cukup curam. Diduga sopir tidak bisa mengendalikan laju kendaraan sehingga masuk ke jurang,” kata Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kebumen Ajun Komisaris Tejo Suwono dalam keterangan pers yang diterima Sabtu (11/2/2023).
Tejo menyebutkan, kecelakaan terjadi di jalan jurusan Karangbolong-Ayah, tepatnya di tanjakan Tutugan, Desa Jintung, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Mobil bak terbuka yang digunakan ialah Mitshubishi L300 untuk mengangkut 25 orang. Mobil ini dikemudikan oleh Tanuri (48), warga Desa Kedung Kamal, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. ”Setelah tidak bisa dikendalikan, kendaraan mobil yang memuat penumpang cukup banyak itu melesat masuk ke jurang sedalam 50 meter,” ujarnya.
Lima penumpang yang meninggal dunia adalah Poniyem (50), Harningsih (55), Endang Puspitowati (38), Suwarti (50), dan Mulyani. ”Dari lima korban yang meninggal, tiga di antaranya meninggal di lokasi, dua lainnya di Rumah Sakit Purwogondo,” ujar Tejo.
Kepala Kepolisian Resor Kebumen Ajun Komisaris Besar Burhanuddin menyebutkan, sampai saat ini, pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab kendaraan itu meluncur tidak terkendali (out of control), apakah karena rem blong atau penyebab lain. ”Yang jelas kendaraan tersebut bukan peruntukan sebagai mobil penumpang,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menyampaikan dukacita atas kecelakaan tersebut. Belajar dari kecelakaan tersebut, kata Djoko, kini saatnya pemerintah provinsi menyediakan angkutan pedesaan yang layak bagi masyarakat.
”Itu ngeri. Di Jawa Tengah, angkutan pedesaan sudah hilang. Mestinya segera diusuklan saja program perintis. Di Jateng baru ada 1 rute di Cilacap saja. Angkutan pedesaan ini perlu disubsidi. Kalau tidak, akan seperti ini. Bak terbuka untuk angkut sapi, malah untuk mengangkut orang. Pikap itu untuk mengangkut sapi gemuk 2 ekor, ini untuk mengangkut orang sampai 25 orang, ya klenger (tidak mampu),” ujar Djoko.
Menurut Djoko, pelarangan atau tindakan melarang masyarakat untuk menggunakan bak terbuka yang dipakai mengangkut orang tidak bijak dilakukan jika tidak ada alternatif angkutan lainnya yang layak dan memadai.
”Angkutan barang itu tidak boleh untuk angkut orang. Angkutan barang bisa untuk angkut orang jika dalam kasus bencana alam. (Pemerintah) Jangan hanya angkutan perkotaan saja yang diperhatikan, tetapi perdesaan juga,” tuturnya.