Bidan berperan memberikan pendampingan, pendidikan, dan dukungan kepada para calon ibu sejak masa reproduksi, kehamilan, 1.000 hari pertama kehidupan bayi, hingga anak berusia 5 tahun.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Para bidan menjadi garda depan dalam upaya pencegahan dan penurunan tengkes atau stunting di Jawa Timur yang kini berada di bawah standar maksimal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka berperan memberikan pendampingan, pendidikan, dan dukungan kepada para calon ibu sejak masa reproduksi, kehamilan, 1.000 hari pertama kehidupan bayi, hingga anak berusia lima tahun.
Demikian benang merah acara Program Edukasi 1.000 Bidan dan Intervensi Stunting di Dyandra Convention Center Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (11/2/2023).
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, Jatim mengalami penurunan prevalensi tengkes yang cukup signifikan dari sebelumnya 23,5 persen menjadi 19,2 persen pada tahun 2022. Artinya terjadi penurunan 4,8 persen. Dengan berada di angka 19,2 persen itu, prevalensi tengkes di Jatim berada di bawah standar maksimal WHO.
”Angka prevalensi tengkes Jatim 19,2 persen memiliki makna signifikan karena WHO mengamanatkan maksimal angka stunting 20 persen. Prevalensi tengkes bisa ditoleransi apabila angkanya di bawah 20 persen,” ujar Hasto dalam acara tersebut.
Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk besar, lanjut Hasto, capaian Jatim dalam menurunkan angka tengkes hingga di bawah standar yang ditetapkan WHO merupakan prestasi yang luar biasa, baik di kancah regional maupun nasional. Hal itu karena angka tengkes Jatim menjadi bandul yang memberatkan atau meringankan capaian angka tengkes secara nasional.
Adapun penyebab tengkes, lanjut Hasto, terjadi sejak proses reproduksi yang dimulai sebelum masa kehamilan. Di Jatim, angka kehamilan di atas 500.000 setahun. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan Jabar yang kehamilannya hampir 880.000 setahun. Sementara itu, pernikahan di Jatim 200.000 setahun
Dari pernikahan tersebut, yang hamil di tahun pertama 80 persen atau sekitar 160.000 orang. Oleh karena itulah, edukasi dari pendamping pernikahan memiliki peran penting untuk mencegah tengkes. Selain itu, kesehatan pasangan yang akan menikah harus dipastikan dalam kondisi sehat untuk menurunkan potensi tengkes.
Peran bidan
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, penurunan tengkes menjadi tugas besar yang harus dituntaskan oleh pemerintah provinsi. Untuk itulah, pihaknya membangun sinergi yang sangat bagus dengan berbagai pihak terutama bidan.
Dia beralasan bidan memiliki peran signifikan dalam upaya pencegahan tengkes pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Menurut dia, bidan merupakan sosok yang berada di garda terdepan atau menjadi ujung tombak karena mereka dapat memberi penyuluhan terkait pola asuh yang benar kepada para calon ibu dan ibu hamil.
Bidan merupakan sosok yang berada di garda terdepan atau menjadi ujung tombak karena mereka dapat memberi penyuluhan terkait pola asuh yang benar kepada para calon ibu dan ibu hamil.
”Apabila para ibu mengonsumsi nutrisi yang cukup dengan pola hidup sehat, serta anak diasuh dengan penuh kasih sayang serta gizi tercukupi, risiko stunting dapat dihindari atau bahkan dihilangkan,” kata Khofifah.
Mantan Menteri Sosial itu mengatakan, Jatim butuh percepatan penurunan prevalensi tengkes sesuai dengan target nasional, yakni 14 persen pada tahun 2024. Berdasarkan data Suvei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi tengkes di Jatim berada di angka 19,2 persen.
Adapun sasaran prioritas upaya percepatan pencegahan tengkes adalah kelompok yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-23 bulan atau disebut rumah tangga 1.000 hari pasca-kelahiran (HPK). Kelompok ini harus secara rutin bertemu dengan para bidan untuk mendapatkan edukasi, pendampingan, dan pemantauan kondisi kesehatan bayi.
”Di tiap kegiatan Pemprov Jatim seringkali mengundang ibu hamil dan anak-anak untuk menerima penyuluhan dan bantuan gizi. Kami juga selalu menekankan pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak. Angka 14 persen ini bukan sekadar target, melainkan menentukan masa depan bangsa,” tuturnya.
Khofifah mengapresiasi para bidan yang selama ini turun tangan dalam upaya penurunan tengkes di wilayahnya. Dalam kesempatan itu, dia menyerahkan penghargaan kepada dinas kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia tingkat kabupaten dan kota terbaik dalam upaya penurunan tengkes.
Presiden Direktur Dexa Medika V Hery Sutanto mengatakan, sinergi dari banyak pihak terutama pemerintah dan swasta sangat diperlukan dalam menangani tengkes. Dexa grup berkomitmen kuat berkontribusi dalam penanganan tengkes melalui edukasi, pengawalan, dan pendampingan di berbagai kota di Nusantara demi menjaga kesehatan ibu hamil dan generasi mendatang.
”Dukungan dan peran swasta sangat diharapkan dalam program percepatan stunting. Dexa sebagai perusahaan farmasi (telah) melakukan riset bahan-bahan alam untuk membantu pemerintah,” ucap Hery.