Kenalkan Kuliner Khas Sumsel melalui Makanan Kaleng
Badan penelitian dan pengembangan daerah Provinsi Sumatera Selatan mengembangkan pengemasan kaleng untuk tujuh jenis penganan khas Sumatera Selatan. Dengan inovasi ini, diharapkan penganan tersebut bisa lebih dikenal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Pindang tangkep, sebuah inovasi pengemasan yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumatera Selatan yang dipamerkan di Palembang, Jumat (10/2/2023). Cara ini dinilai efektif untuk membuat daya tahan makanan lebih lama sehingga jangkauan pasar lebih luas.
PALEMBANG, KOMPAS — Badan penelitian dan pengembangan daerah Provinsi Sumatera Selatan mengembangkan pengemasan kaleng untuk tujuh jenis penganan khas Sumatera Selatan. Dengan inovasi ini, diharapkan penganan tersebut dapat dikirim ke daerah lain atau bahkan menembus pasar internasional.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Sumsel Alamsyah, Jumat (10/2/2023), menjelaskan, sampai saat ini ada tujuh jenis makanan khas Sumsel yang sudah dikalengkan, yakni pindang patin hasil pengajuan dari Pemprov Sumsel, pindang burung (Ogan Komering Ilir), pindang gabus (Ogan Ilir), pindang udang (banyuasin), gulai ayam nanas (Lahat), nanas (Prabumulih), dan sambal tempoyak (Ogan Komering Ulu Timur).
Inovasi ini pertama kali muncul pada tahun 2018 dan berlanjut hingga kini. Dua makanan yang saat ini sedang dalam proses riset adalah pengalengan untuk gulai ayam nanas dan pindang gabus. ”Kami berharap di tahun ini kedua jenis makanan tersebut bisa dijajakan ke pasaran,” ujar Alamsyah.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Seorang pengunjung sedang memegang kaleng produk Pindang Tangkep, yakni sebuah inovasi pengemasan yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumsel, Jumat (10/2/2023).
Dalam proses penelitian, lanjut Alamsyah, dibutuhkan waktu yang cukup lama bahkan hingga satu tahun. Hal yang paling sulit adalah menemukan komposisi yang cocok dengan melalui sejumlah tahapan pengujian, seperti uji laboratorium, uji pencemaran logam, uji bobot tuntas, dan beragam pengujian lainnya. ”Jika komposisinya salah, kaleng tersebut bisa saja meledak karena ada unsur gas di dalamnya,” ujar Alamsyah.
Cara pengemasan kuliner khas daerah dengan menggunakan kaleng dinilai paling efektif untuk meningkatkan daya tahan makanan. ”Setelah dikemas dalam kaleng, makanan bisa disimpan sampai jangka waktu satu tahun. Dengan begitu, produk makanan ini bisa dipasarkan ke berbagai daerah, bahkan ke mancanegara,” ujar Alamsyah.
Beberapa bentuk pengemasan lain juga ditawarkan untuk memasarkan kuliner khas lainnya, seperti pempek yang dikemas dengan cara divakum. Cara ini diharapkan dapat membuat pempek lebih tahan lama sehingga bisa menjangkau pasar lebih luas lagi.
Untuk harga jual, setiap produk kaleng berkisar Rp 20.000-Rp 25.000 per unit. Namun, sampai sekarang produksi masih terbatas karena produk tersebut belum diproduksi secara massal di industri. ”Daya produksi Balitbangda Sumsel hanya sekitar 400 kaleng per sekali produksi, tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas,” kata Alamsyah.
RHAMA PURNA JATI
Salah satu makanan khas di Palembang, yakni pindang ikan. Ikan yang digunakan untuk membuat makanan ini adalah ikan air tawar, seperti patin, tomang, gabus, bahkan belida.
Pemerintah daerah juga disarankan mengajukan produk penganan khasnya masuk dalam hak kekayaan intelektual (HKI), termasuk hak paten, agar produk yang sudah dikemas dan dipasarkan ini tidak diklaim oleh pihak lain. ”Ini adalah salah satu bentuk penghargaan dari pentingnya inovasi,” ujar Alamsyah.
Bupati Lahat Cik Ujang menuturkan, pihaknya mengajukan gulai ayam nanas untuk dikalengkan karena permintaan pasar yang cukup besar. ”Kami belum produksi massal, tetapi sudah banyak yang memesan,” ucapnya.
Sebenarnya gulai ayam nanas merupakan makanan khas Lahat yang sudah lama ada. Hanya saja, kuliner itu jarang disajikan di hari biasa, hanya untuk acara-acara tertentu, seperti pengajian, pesta pernikahan, dan acara penting lainnya. Kuliner ini digaungkan kembali sekitar tahun 2022. Ternyata setelah disajikan kepada wisatawan yang datang, sambutan masyarakat cukup baik.
Dengan kemasan kaleng ini, diharapkan gulai ayam nanas bisa menjadi ikon baru Kabupaten Lahat. ”Kami ingin menambah jumlah oleh-oleh yang bisa dibawa wisatawan selain Kopi Lahat,” ujar Ujang.
RHAMA PURNA JATI
Hidangan pindang patin di rumah makan apung di tepian Sungai Musi Kawasan Pasar 16 Ilir, Palembang, Jumat (27/8/2021). Warung apung menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner di Kota Palembang karena menawarkan sensasi bersantap di atas Sungai Musi.
Di sisi lain, dengan sistem pengalengan ini, diharapkan produk kuliner ini dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. ”Kami akan melibatkan UMKM dan diharapkan dapat membuka lapangan kerja, termasuk mengurangi angka pengangguran,” ujar Ujang.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Lahat Yusri berpendapat, salah satu cara untuk memperkenalkan kekayaan pariwisata sebuah daerah kepada masyarakat tentu dari kulinernya. ”Harapannya, ketika kuliner tersebut dibawa pulang dan meninggalkan kesan, mereka akan datang lagi berwisata ke Lahat,” ujarnya.
Kami akan melibatkan UMKM dan diharapkan dapat membuka lapangan kerja, termasuk mengurangi angka pengangguran.
Sebelum disajikan kepada masyarakat luas, pihaknya mengkaji mengenai gulai ayam nanas. Walau telah ada di berbagai daerah, seperti Aceh dan Padang, belum ada yang mendaftarkannya menjadi hak kekayaan intelektual. ”Kami ambil langkah cepat agar kuliner ini bisa menjadi ciri khas Lahat,” ujarnya.