Mendaur ulang sampah turut berkontribusi mengurangi timbulan sampah. Pengelolaan dan pengolahan sampah secara menyeluruh dan terintegrasi dibutuhkan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Sejumlah jenis sampah plastik kemasan masih memiliki nilai ekonomi dan dapat didaur ulang. Jenis sampah plastik kemasan setelah dipilah di UD Jaya Abadi Plastik, tempat pengumpulan sampah plastik di Kota Denpasar, Bali, Jumat (10/2/2023).
DENPASAR, KOMPAS — Meskipun fasilitasnya masih minim, mendaur ulang sampah, termasuk sampah plastik, turut berkontribusi mengurangi timbulan sampah. Penanganan sampah memerlukan pengelolaan secara menyeluruh dan terintegrasi mulai dari hulu sampai ke hilir.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah juga mewajibkan produsen mengelola kemasan atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai dengan proses alam. Terkait hal itu, L’Oreal Indonesia menjalankan program L’Oreal for The Future sebagai komitmen perusahaan mendukung upaya penanganan sampah plastik di Indonesia.
Director of Corporate Responsibility L’Oreal Indonesia Mohamad Fikri mengatakan, pengelolaan sampah menjadi bagian dari program L’Oreal for The Future sebagai strategi pembangunan berkelanjutan.
Hal itu dikatakan Fikri dalam kunjungan L’Oreal Indonesia dan Yayasan Pemulihan Kemasan Indonesia (Indonesia Packaging Recovery Organization/IPRO) di UD Jaya Abadi Plastik, salah satu mitra IPRO dalam pengelolaan sampah plastik di Kota Denpasar, Bali, Jumat (10/2/2023).
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Pihak L'Oreal Indonesia bersama IPRO mengunjungi lokasi pengumpulan sampah plastik di Kota Denpasar, Jumat (10/2/2023). Director of Corporate Responsibility L'Oreal Indonesia Mohamad Fikri (kanan) mengamati jenis sampah plastik yang dikumpulkan di UD Jaya Abadi Plastik, Kota Denpasar, Bali.
Sebagai produsen barang jadi di industri kecantikan, L’Oreal mendukung program pengumpulan dan pendaurulangan sampah plastik. L’Oreal Indonesia turut menjadi mitra IPRO sebagai bagian dari komitmen L’Oreal dalam pengelolaan sampah di Indonesia.
Pengelolaan
”Melalui program L’Oreal for The Future, kami mendukung pengelolaan sampah plastik dengan fokus pada sampah jenis PP dan MLP,” kata Fikri di Denpasar, Jumat (10/2).
Dari siaran pers L’Oreal Indonesia dan IPRO disebutkan, L’Oreal Indonesia menargetkan dapat mengumpulkan dan mendaur ulang 169 ton plastik PP per tahun dan 126 ton plastik MLP per tahun.
Meskipun ada yang mengambilnya, harga sampah plastik jenis PP masih rendah sehingga pengolahannya tidak seekonomis jenis PET. (Budiyono)
L’Oreal Indonesia bekerja sama IPRO dalam program dukungan di delapan titik pengumpulan dan tempat pendaurulangan sampah plastik di wilayah Jawa Timur dan Bali.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Sejumlah jenis sampah plastik kemasan masih memiliki nilai ekonomi dan dapat didaur ulang. Jenis sampah plastik kemasan setelah dipilah di UD Jaya Abadi Plastik, sebuah tempat pengumpulan sampah plastik di Kota Denpasar, Bali, Jumat (10/2/2023).
PP atau polipropena adalah jenis plastik yang digunakan sebagai kemasan dan berbagai jenis wadah, misalnya gelas kemasan minuman. Adapun MLP adalah kemasan multilapis (multi-layered packaging), yang banyak ditemukan pada kemasan saset.
Sampah dari kedua jenis tersebut banyak ditemukan menjadi polutan karena masih minimnya usaha pendaurulangan kedua jenis sampah itu.
Mengacu laporan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sampah plastik berkontribusi sekitar 18,7 persen dari keseluruhan sampah di Indonesia.
Hasil pendataan SISPN di 153 kota dan kabupaten di Indonesia pada 2022 menunjukkan jumlah timbulan sampah mencapai 18,7 juta ton per tahun.
Sampah yang terkelola mencapai 14,49 juta ton per tahun, atau sekitar 77,18 persen dari total timbulan sampah, sedangkan sampah yang tidak terkelola masih ada sebesar 4,28 juta ton atau sekitar 22,82 persen.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Pekerja memilah dan memisahkan sampah plastik kemasan di sebuah tempat pengumpulan sampah plastik di Kota Denpasar, Bali, Jumat (10/2/2023). Sejumlah jenis sampah plastik kemasan masih memiliki nilai ekonomi dan dapat didaur ulang.
Menurut Manajer UD Jaya Abadi Plastik Budiyono, plastik jenis PP masih memiliki nilai ekonomi meskipun harganya jauh lebih rendah dibandingkan plastik polietilena tereftalat (PET).
Harga sampah plastik jenis PP senilai Rp 3.000 per kilogram di tingkat pengepul, sedangkan harga sampah plastik jenis PET mencapai Rp 6.000 per kilogram. Adapun pengelolaan sampah jenis MLP juga masih minim.
”Meskipun ada yang mengambilnya, harga sampah plastik jenis PP atau disebut gelasan masih rendah sehingga pengolahannya tidak seekonomis sampah plastik jenis PET,” kata Budiyono.