Gelombang Tinggi Hambat Pelayaran Perintis Rute NTT-Maluku
Masyarakat diharapkan tidak mendesak nakhoda untuk berlayar di tengah gelombang tinggi.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Gelombang tinggi lebih dari 3 meter kini sedang melanda perairan di antara Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provisi Maluku. Demi keselamatan, aktivitas pelayaran perintis yang melayani masyarakat di daerah itu untuk sementara ditunda keberangkatannya.
Masyarakat pengguna kapal yang terus mendesak agar kapal segera diberangkatkan, pun diharapkan dapat memahami kondisi tersebut. Dalam beberapa hari ini, sejumlah orang meminta nakhoda segera berangkat kendati dalam kondisi cuaca buruk.
Hingga Jumat (10/2/2023) petang, kapal perintis KM Sabuk Nusantara 87 masih sandar di Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, NTT. Sesuai rute pelayaran, kapal itu akan berlayar dari Kupang melewati beberapa pulau hingga ke Ambon, ibu kota Maluku.
Nakhoda berpatokan pada prakiraan cuaca. Ini demi keselamatan pelayaran. Sekali lagi, masyarakat tolong memahami hal ini.
Ampa Uleng, nakhoda KM Sabuk Nusantara 87, menuturkan, kapal sudah seharusnya berangkat beberapa hari lalu, tetapi ditunda karena gelombang tinggi di wilayah perairan Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku. Kapal akan melewati daerah tersebut.
Menurut Ampa, tinggi gelombang 3 meter berisiko dilewati kapal tersebut, yang bobot matinya sekitar 2.100 gros ton. ”Makanya, kami tidak mau ambil risiko. Yang kami utamakan adalah keselamatan pelayaran,” ujarnya. Kapal itu berlayar dengan batas maksimal tinggi gelombang 1,5 meter.
Berlabuh
Di daerah yang sedang dilanda gelombang tinggi itu terdapat sejumlah pulau yang akan disinggahi, seperti Lirang, Wetar, Kisar, Luang, Sermata, dan Babar. Pulau yang disinggahi pun sebagian tidak memiliki pelabuhan sehingga kapal berlabuh di tengah laut.
”Jadi, seandainya kami paksa berlayar pun di beberapa pulau tidak bisa menurunkan penumpang dan barang karena gelombang tinggi. Ini yang harus dipahami masyarakat,” ucapannya.
Selama beberapa hari terakhir, ia mengaku terbebani dengan telepon dari penumpang yang mendesak dirinya segera memberangkatkan kapal. Alasan penumpang, distribusi barang kebutuhan ke daerah terpencil terhambat.
Dihubungi secara terpisah, nakhoda kapal perintis KM Sabuk Nusantara 67 Petrus Parapaga juga menuturkan, kapal tersebut masih tertahan di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Kapal ditunda keberangkatannya karena gelombang tinggi.
KM Sabuk Nusantara 67 melayani rute Kota Kupang ke Saumlaki, hampir beririsan dengan rute yang dilewati KM Sabuk Nusantara 87. Dua kapal itu melewati Kabupaten Maluku Barat Daya.
Menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, cuaca buruk yang melanda wilayah NTT hingga Maluku masih berlangsung hingga satu pekan ke depan. ”Nakhoda berpatokan pada prakiraan cuaca. Ini demi keselamatan pelayaran. Sekali lagi, masyarakat tolong memahami hal ini,” ujar Petrus menambahkan.
Salsabila Ardian, prakirawan dari Stasiun Maritim Ambon, melaporkan, gelombang tinggi terjadi di hampir seluruh perairan Maluku. Gelombang disebabkan kecepatan angin yang mencapai 55 kilometer per jam. Angin berembus dari arah barat hingga barat daya.