Erupsi Gunung Karangetang Berlanjut Memasuki Hari Keempat
Erupsi efusif di Gunung Karangetang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, terus berlangsung hingga memasuki hari keempat. Situasi masih tergolong aman, tetapi puluhan warga yang tinggal di sisi barat daya gunung mengungsi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
POS GUNUNG API KARANGETANG
Guguran lava pijar tampak dari pos pengamatan Gunung Api Karangetang di Desa Salili, Siau Tengah, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Rabu (8/2/2023).
MANADO, KOMPAS — Erupsi efusif di Gunung Karangetang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, terus berlangsung hingga memasuki hari keempat. Kendati situasi tergolong aman, puluhan warga yang tinggal di sisi barat daya gunung masih tinggal di pengungsian.
Dihubungi dari Manado, Jumat (10/2/2023), Kepala Pos Gunung Api Karangetang Yudia Prama Tatipang mengatakan, guguran lava pijar masih tampak dari kawah utama gunung api setinggi 1.784 meter di atas permukaan laut itu. Lava mengalir menuju beberapa sungai, antara lain Kali Batang yang mengalir ke arah Kampung Dompase, Siau Tengah.
Lava juga mengalir ke Kali Beha Barat yang menuju ke permukiman warga di sisi barat dan Kali Tembelang. Jangkauannya mencapai 750-1.750 meter. ”Di sebelah barat, pijar lava masih telihat dengan asap putih yang memanjang di sepanjang aliran. Ke sisi timur, ada juga luncuran lava ke Kali Batuawang dan Kali Kahetang,” kata Yudia.
Peningkatan aktivitas ini sebenarnya sudah terpantau setidaknya sejak 17 Januari 2023. Selama Januari, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat 71 kali gempa guguran serta ratusan kali gempa jenis lainnya.
ANTARA/ADWIT B PRAMONO
Guguran material vulkanik Gunung Karangetang yang jatuh ke laut diamati dari sisi barat Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, 10 Februari 2019.
Adapun 1-7 Februari, terekam 162 kali gempa guguran, serta antara lain tiga kali gempa vulkanik dangkal dan 23 kali gempa vulkanik dalam. Karena itu, status gunung berapi di Pulau Siau itu bertahan di Level III atau Siaga, yang telah ditetapkan sejak Rabu (8/2/2023). Hingga kini, gempa belum berhenti.
”Mengenai gempa guguran, itu terekam di alat kami yang namanya seismograf. Alat itu merekam gempa guguran secara terus-menerus dan sekarang terjadi tremor secara-menerus. Amplitudonya 20-75 milimeter, dominan di 20 milimeter,” kata Yudia.
Kendati begitu, situasi terbilang masih aman. Hujan abu vulkanik yang sempat turun pada Selasa (7/2/2023) kini sudah tidak ada. ”Masyarakat cukup tenang, tetapi warga masih ada yang mengungsi, yang di Kampung Dompase,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Sitaro Joi Sagune mengatakan, setidaknya 73 orang yang terbagi dalam 16 keluarga kini mengungsi sementara di gedung Gereja Masehi Injli di Sangihe Talaud (GMIST) Bukit Sion. Warga diminta mengungsi karena kampung tersebut dilalui Kali Batang yang menjadi jalur aliran guguran lava.
”BPBD dan dinas sosial sudah menyalurkan bantuan berupa bahan makanan dan kelengkapan tidur. Di luar itu, ada tiga kecamatan, yaitu Siau Tengah, Timur, dan Timur Selatan, yang terkena abu vulkanik. BPBD dan dinas kesehatan sudah membagikan masker kepada masyararakat umum di pasar, terminal, dan juga ke sekolah-sekolah,” kata Joi.
Hingga kini, PVMBG belum merekomendasikan adanya pengungsian. Namun, masyarakat tetap khawatir karena aktivitas kegempaan gunung api yang cukup intensif sebagaimana tercatat seismograf.
Gunung Karangetang merupakan gunung api paling aktif di Indonesia dengan seringnya kejadian erupsi hampir setiap tahun.
”Karena itu, warga di Kampung Dompase secara mandiri memang mengungsi karena khawatir akan suara gemuruh dari Karangetang,” ujar Joi.
Pada saat yang sama, BPBD Sitaro mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai untuk terus waspada dengan hujan lebat yang mungkin berpotensi membawa turun lahar dingin. Peringatan ini ditujukan terutama kepada masyarakat di sekitar Kali Batang, Nanitu, dan Beha Barat di sisi barat serta Kali Kahetang dan Batuawang di timur.
KOMPAS/REINHARD NAINGGOLAN
Gunung Karangetang di Kecamatan Siau Timur, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, 21 Agustus 2007.
Kini, warga dilarang beraktivitas di area yang terletak 2,5 kilometer dari kawah utama, serta 3,5 kilometer di sisi selatan dan tenggara. Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral M Wafid mengatakan, risiko bahaya sangat tinggi. Hal ini karena jarak antara batas pantai di Siau dengan pusat erupsi hanya sekitar 4 kilometer dan di antaranya terdapat banyak permukiman.
Kendati begitu, aktivitas vulkanik ini termasuk wajar karena terjadi setiap tahun. ”Gunung Karangetang merupakan gunung api paling aktif di Indonesia dengan seringnya kejadian erupsi hampir setiap tahun. Karakteristik erupsinya berupa erupsi eksplosif tipe strombolian dan pertumbuhan kubah lava yang sering diikuti guguran lava,” kata Wafid.