Dua Gempa Dangkal Guncang Muna Barat, Mitigasi Penting Ditingkatkan
Dua gempa bumi di kedalaman 3 kilometer mengguncang wilayah Muna Barat, Sulawesi Tenggara. Gempa berkekuatan M 4,1 dan 2,8 ini membuat warga panik akibat guncangan yang cukup terasa.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Dua gempa bumi pada kedalaman 3 kilometer mengguncang wilayah Muna Barat, Sulawesi Tenggara. Gempa bermagnitudo 4,1 dan 2,8 ini membuat warga panik akibat guncangan yang cukup terasa. Meski tidak ada laporan kerusakan, mitigasi dan edukasi penting untuk terus ditingkatkan.
Gempa bumi dangkal terjadi di wilayah Lawa, Muna Barat, pada Kamis (9/2/2023) dini hari. Gempa pertama berkekuatan M 4,1 yang terjadi pada kedalaman 3 kilometer. Guncangan gempa dirasakan hingga skala IV MMI dan membuat warga panik.
Fandi (33), warga Muna Barat, mengungkapkan, guncangan terasa keras selama beberapa detik. Guncangan ini membuat ia dan keluarganya segera keluar rumah karena khawatir bangunan runtuh dan menimpa siapa saja di dalam bangunan.
”Gempanya terasa sekali. Kami di dalam rumah terasa bergoyang, barang-barang juga goyang hingga berjatuhan. Padahal, rumah kami itu rumah kayu. Mana baru gempa di Turki, membuat kami semakin panik.” katanya.
Sejumlah tetangganya, tambah Fandi, juga panik dan berhamburan keluar rumah. Mereka bersiaga selama beberapa waktu dan kembali ke rumah saat merasa telah aman. Di sisi lain, warga juga tidak mengetahui bahwa mereka tinggal di daerah rawan gempa.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, gempa ini berlokasi di darat pada jarak 5,2 kilometer sebelah tenggara Kecamatan Lawa, Kabupaten Muna Barat. Gempa terjadi pada kedalaman 3 kilometer. Berselang sekitar 30 menit setelahnya, gempa dengan kekuatan M 2,8 terjadi di lokasi yang sama. Meski magnitudo lebih kecil, guncangan tetap dirasakan warga.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kendari Rudin menyampaikan, hingga Kamis pagi ini tercatat ada dua kali gempa dangkal di wilayah Muna Barat. Gempa terjadi di Sesar Buton segmen A yang membentang di Pulau Muna.
”Sejauh ini belum ada laporan kerusakan dan korban. Tapi, kami imbau warga tetap waspada. Selain itu, juga memeriksa bangunan tempat tinggal yang rawan saat ada gempa susulan,” lanjutnya.
Sesar Buton merupakan salah satu sesar aktif di wilayah Sulawesi Tenggara. Sesar ini memiliki pergerakan 0,1 milimeter per tahun. Sesar ini memiliki dua segmen, yaitu segmen A sepanjang 60 kilometer di Pulau Muna dan segmen B sepanjang 29 km di Pulau Buton.
Sesar Buton tercatat terus bergerak dengan gempa yang terjadi setiap tahun. Sejumlah gempa di atas M 4 terjadi selama beberapa tahun terakhir. Pada 2020 lalu, gempa berkekuatan M 5,4 mengguncang Buton Selatan dan membuat panik warga. Sejumlah bangunan juga rusak akibat gempa ini.
Pada 2013, gempa dengan kekuatan M 4,6 mengguncang Buton sehingga membuat sekitar 300 rumah rusa, dan ribuan warga mengungsi. Dampak gempa di Kabupaten Buton paling terasa di Kecamatan Batauga yang menjadi titik pusat gempa.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Sultra Jamhir Safani sebelumnya menyampaikan, gempa yang terjadi beberapa kali di wilayah Buton menunjukkan adanya aktivitas sesar yang terus terjadi beberapa waktu terakhir. Hal ini sebaiknya menjadi pengingat bagi pemerintah ataupun masyarakat akan kerentanan bencana.
Mitigasi, tambah Jamhir, bisa dimulai dengan membuat sistem zonasi di setiap wilayah. Zonasi menunjukkan lokasi dengan risiko rendah, sedang, hingga tinggi. Selain itu, juga membuat hitungan bangunan yang berada di lokasi risiko tinggi. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi korban ketika bencana, khususnya gempa bumi, terjadi. Rencana mitigasi ini harus dikaitkan dengan perencanaan pembangunan.