Seorang Paman di Palembang Lecehkan Keponakan Laki-lakinya

Polda Sumsel mengungkap kasus pelecehan seksual yang dilakukan TA (35) terhadap keponakan laki-lakinya yang berusia 9 tahun di Palembang, Sumsel. Aksi biadab itu direkam lalu disimpan di surat elektronik pelaku.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Polda Sumsel mengungkap kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh TA (35) terhadap keponakan laki-lakinya di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (8/2/2023).

PALEMBANG, KOMPAS — Aparat Polda Sumatera Selatan mengungkap kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh TA (35) terhadap keponakan laki-lakinya yang berusia 9 tahun di Palembang, Sumsel. Pelaku merekam aksi biadab itu dalam bentuk video dan foto lalu disimpan di surat elektroniknya.

Selain menangkap TA, polisi juga menyita sejumlah barang bukti, seperti beberapa helai pakaian korban, seprai, dan telepon genggam. Ada pula diska lepas (flash disk) berisi sejumlah video dan foto aksi pelecehan seksual yang pelaku perbuat.

”Aksi bejat ini sudah TA lakukan terhadap korban X sejak Maret 2021 dan terus berlanjut sampai ia ditangkap pada Februari 2023,” ujar Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumsel Ajun Komisaris Besar Putu Yudha Prawira, di Palembang, Rabu (8/2/2023).

Putu menjelaskan, kejahatan ini terkuak setelah tim siber Polda Sumsel melakukan patroli siber menelusuri surat elektronik (e-mail) dan media sosial yang mencurigakan, termasuk video yang mengandung unsur pornografi. Modus yang pelaku gunakan adalah membujuk korban melakukan sejumlah aktivitas seksual. Sebagai imbalan, pelaku memberikan uang dan voucer game daring kepada korban.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Sejumlah barang bukti yang ditunjukkan dalam pengungkapan kasus pelecehan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh pamannya sendiri, Rabu (8/2/2023), di Palembang, Sumsel.

”TA pun mengancam korban untuk tidak memberitahukan hal ini kepada siapa pun, termasuk orangtua korban. Jika kejahatan ini terkuak, korban tidak akan diberi uang atau voucer game daring lagi,” ujar Putu.

Kejahatan itu dilakukan pelaku di rumah mertuanya yang tidak lain adalah nenek korban. Tindak kejahatan itu direkam dan difoto lalu disimpan dalam surel pelaku. Video dan foto tersebut dijadikan bahan tontonan pelaku. ”Dari hasil penelusuran, setidaknya ada 17 video dan empat foto yang pelaku simpan,” ujar Putu.

Baca juga: Darurat Kekerasan Seksual

Tidak hanya kepada X, kejahatan ini juga TA lakukan kepada keponakannya yang lain, yakni Y (4). TA mengakui, tindakan ini ia lakukan untuk melampiaskan hasrat seksual. Penyimpangan seksual itu muncul lantaran TA sendiri pernah menjadi korban kekerasan seksual di masa lalu. ”Saya menyesal telah berbuat begini,” ujar pria yang kesehariannya berdagang ini.

TA dijerat dengan Pasal 76 E juncto Pasal 82 Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ia juga dijerat dengan Pasal 4 Ayat (1) juncto Pasal 29 dan Pasal 37 UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Pasal 27 Ayat (1) juncto Pasal 45 Ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. ”Pelaku terancam hukuman kurungan penjara maksimal 15 tahun dan denda paling banyak Rp 6 miliar,” kata Putu.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

TA (35), tersangka kasus pelecehan seksual terhadap anak (baju oranye), dihadirkan di Markas Polda Sumsel, di Palembang, Rabu (8/2/2023).

Terkuaknya kasus berkat hasil patroli siber itu tidak hanya terjadi kali ini. Pada pertengahan Januari 2023, BH (47), warga asal Kabupaten Lahat, juga diduga melakukan pelecehan seksual terhadap CC (7) yang merupakan anak tetangga pelaku.

Informasi tersebut datang dari Badan Reserse Kriminal Polri setelah memperoleh laporan dari National Center for Missing & Exploited Children (NCMEC) bahwa di Sumsel terdapat konten yang memuat pornografi anak. Laporan itu kemudian ditindaklanjuti dan pelaku pun ditangkap. ”Karena itu, patroli siber akan terus dilakukan sebagai bentuk perlindungan terhadap korban,” ujar Putu.

Bahkan, sebagian besar pelaku merupakan orang dekat yang memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan tindak pidana tersebut.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sumsel Mariana mengatakan, kekerasan seksual terhadap anak masih terus terjadi. ”Angkanya (kasus) sangat fluktuatif dengan berbagai motif, mulai karena kelainan seksual, kekerasan rumah tangga, trauma masa lalu, ataupun permasalahan ekonomi,” ucapnya.

Bahkan, sebagian besar pelaku merupakan orang dekat yang memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan tindak pidana tersebut. Karena itu, Mariana berharap ada pengawasan yang lebih ketat dari keluarga inti untuk memantau pergerakan anak dan penting juga untuk memberikan edukasi kepada anak mengenai potensi kejahatan seksual yang mungkin mengintai.

Setelah melihat kasus ini, ujar Mariana, pihaknya akan segera mengirimkan tim psikolog untuk memantau perkembangan psikis korban. ”Meski telah memunculkan trauma, saya berharap anak yang menjadi korban tidak melampiaskan traumanya tersebut di masa depan, seperti yang TA lakukan kepada keponakannya,” katanya.

Di sisi lain, Mariana berharap warga juga turut berkontribusi untuk menjaga anak yang ada di sekitarnya agar tidak menjadi korban kekerasan seksual. Caranya dengan tidak sungkan untuk melaporkan kasus kekerasan atau pelecehan terhadap anak kepada aparat.

”Saat ini, partisipasi masyarakat untuk melaporkan tindak kekerasan pada anak cukup tinggi sehingga banyak kasus serupa yang terkuak dan segera ditanggulangi,” ujar Mariana.

Baca juga: Hati-hati, Eksploitasi Seksual Anak secara Daring Kian Mengerikan!