Rencana Revitalisasi Keraton Surakarta Disetujui Paku Buwono XIII
Raja Keraton Surakarta Sinuhun Paku Buwono XIII telah menyetujui rencana revitalisasi kompleks kerajaan yang diajukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Pembatalan revitalisasi dimungkinkan jika konflik keluarga terulang.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Raja Keraton Surakarta Sinuhun Paku Buwono XIII telah menyetujui rencana revitalisasi kompleks kerajaan yang diajukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Kini, jajaran pemerintah daerah, kementerian, dan keraton akan berkoordinasi lebih lanjut untuk mematangkan rencana pengerjaan. Wacana revitalisasi berpotensi dibatalkan jika konflik antarkerabat keraton kembali terjadi.
Persetujuan itu terungkap seusai pertemuan tertutup antara Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka dan putra mahkota Keraton Surakarta Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Sudibyo Raja Putra Narendra ing Mataram atau Gusti Purboyo, di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (8/2/2023). Pertemuan berlangsung selama lebih kurang satu jam.
Setelah pertemuan rampung, Purboyo juga menyerahkan satu bundel dokumen soal kajian revitalisasi kawasan Keraton Surakarta kepada Gibran. Setelahnya, putra dari Paku Buwono XIII tersebut langsung melenggang ke mobil. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun terkait isi pertemuan tersebut.
”Sudah beres. Segera dikerjakan. Ya, sebentar (pengerjaan revitalisasinya). Sudah dapat persetujuan dari Sinuhun (Paku Buwono XIII),” kata Gibran.
Dokumen kajian revitalisasi yang diberikan oleh pihak keraton, kata Gibran, bakal dijadikannya panduan dalam melaksanakan pemugaran kelak. Itu termasuk titik-titik yang diprioritaskan Paku Buwono XIII agar lebih dulu dikerjakan. Namun, Gibran mengaku juga mengantongi hasil kajian lain yang telah dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
”Yang ini (dokumen kajian milik Keraton Surakarta) perintah dari Sinuhun. Yang kemarin (dari Kementerian PUPR) nanti akan kami jadikan acuan juga. Nanti kami akan rapat kembali dengan Kementerian PUPR,” kata Gibran.
Dari dua kajian tersebut, ungkap Gibran, tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok. Ia menyatakan, tujuan revitalisasi untuk mengembalikan bentuk fisik keraton menjadi seperti semula. Pelaksanaan pemugaran bakal berlangsung secara bertahap. Prosesnya diperkirakan berlangsung selama beberapa tahun. Sebab, kajian pemugaran yang diterima bersifat menyeluruh.
Dengan semakin jelasnya pelaksanaan revitalisasi, Gibran juga memasukkan rencana pemugaran dalam salah satu proyek prioritasnya. Anggaran revitalisasi nantinya berasal dari Kementerian PUPR. Hanya saja, ia enggan membocorkan besarannya, termasuk titik-titik yang diprioritaskan. Namun, ia meyakini, jumlah yang dianggarkan cukup untuk melakukan revitalisasi tahap awal.
”Yang penting saya sudah dapat (anggaran). Bisa langsung bergerak habis ini. Nominalnya tidak usah disebutkan. Yang penting bisa segera dikerjakan tahun ini. Soalnya, anggarannya, kan, juga tahun ini,” kata Gibran.
Lebih lanjut, Gibran mengatakan, tim kecil yang nantinya mengerjakan dan mengawasi pelaksanaan revitalisasi beranggotakan pemerintah dan keluarga keraton. Pihaknya memastikan semua kelompok dari dinasti terwakili keberadaannya dalam tim tersebut. Itu dikarenakan sempat terjadi konflik antara kelompok sang raja, yaitu Paku Buwono XIII, dan adik-adiknya sendiri. Dahulu, konflik semacam itu menjadi pengganjal pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan revitalisasi.
”Kalau ribut meneh aku tak mundur, ya. Mosok meh ngurusi wong ribut? Kene tugase kan ngrampung-ngrampungke (kalau ribut lagi, saya mundur saja. Masa mau mengurus orang ribut? Sini tugasnya kan menyelesaikan),” kata Gibran.
Sebelumnya, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari, kerabat Keraton Surakarta, mengungkapkan, segenap keraton bertekad untuk bersatu. Itu mesti dilakukan demi kebesaran nama keraton. Pihaknya mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Gibran. Terlebih lagi, putra sulung Presiden Jokowi tersebut berupaya keras mendorong terjadinya revitalisasi.
”Saya sudah menyerahkan grand design terakhir sewaktu makan siang (perdamaian dua kubu Keraton Surakarta), beberapa waktu lalu. Dari situ, pastinya kita akan berembuk prioritas mana-mana saja yang akan diperbaiki,” kata Wandansari yang juga akrab disapa Gusti Moeng.
Gusti Moeng, yang juga saudara kandung Paku Buwono XIII, mengungkapkan, bangunan paling mendesak untuk direvitalisasi ialah Panggung Songgobuwono. Menurut dia, kondisi bangunan itu cukup memprihatinkan. Pasalnya, pemugaran dilakukan terakhir pada 1980-an.
Berdasarkan catatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Panggung Songgobuwono berdiri sejak 1782. Pada saat itu, keraton dipimpin oleh Paku Buwono III. Konon, bangunan tersebut digunakan sebagai tempat meditasi raja. Itu dikarenakan lokasinya yang tinggi sehingga cukup hening. Namun, fungsi lain bangunan itu juga sebagai tempat bagi penjaga keraton mengawasi sekeliling area kerajaan.