Penyintas Gempa Malang Berhutang untuk Bangun Rumah Layak Huni
Lebih dari 1,5 tahun gempa Malang terjadi, warga yang rumahnya rusak berharap bantuan stimulan segera turun.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Kondisi rumah warga korban gempa Malang M 6,1 pada 10 April 2021 lalu yang rusak berat di lingkungan RT 004 RW 04 Dusun Kampung Dandang, Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kini telah dibangun kembali meski belum bisa seperti kondisi semula, sebagaimana diabadikan pada Rabu (8/2/2023)
MALANG, KOMPAS- Penyintas gempa bumi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sangat berharap dana perbaikan rumah segera cair. Sebagian dari mereka kini terpaksa berhutang demi mendapatkan rumah layak huni.
Pada Rabu (8/2/2023), di Desa Pamotan dan Majang Tengah, di Kecamatan Dampit, sebagian besar warga yang rumahnya rusak telah kembali menempati bangunan permanen. Bahannya dari batu bata atau batako. Namun, sebagian masih memanfaatkan atap dan dinding asbes. Dananya didapat warga dari tabungan, donatur, hingga hutang di bank.
Pamotan dan Majang Tengah sendiri merupakan salah satu titik yang mengalami kerusakan akibat gempa bermagnitudo 6,1 pada 10 april 2021. Berdasarkan hasil verifikasi, rumah rusak berat akibat gempa tercatat 923 unit. Sedangkan kerusakan sedang-ringan sekitar 9.000 unit.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Kondisi rumah warga korban gempa Malang M 6,1 pada 10 April 2021 lalu yang rusak berat di lingkungan RT 004 RW 04 Dusun Kampung Dandang, Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kini telah dibangun kembali meski belum bisa seperti kondisi semula, sebagaimana diabadikan pada Rabu (8/2/2023)
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan mengatakan, stimulan tahap awal bakal menyasar warga yang rumahnya rusak berat. Dana yang akan diberikan Rp 50 juta untuk setiap rumah.
Stimulan untuk perbaikan rumah rusak berat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebenarnya sudah cair Desember 2022. Namun untuk mendistribusikan dana tersebut masih butuh proses. “Saat ini sedang dibuat petunjuk teknis untuk penyerahannya. Kemungkinan Bulan Maret-April baru bisa dibagikan,” ujarnya.
Sementara itu, bagi rumah rusak ringan-sedang akan diusulkan kembali ke pemerintah pusat lantaran ada perubahan kebijakan. Pada kebijakan sebelumnya, mereka diarahkan menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi dan kabupaten. Namun, setelah gempa Cianjur kembali diarahkan ke pemerintah pusat.
Selain petunjuk teknis penyaluran, Pemerintah Kabupaten Malang juga tengah membuat Surat Keputusan Bupati menyangkut tim fasilitator lapangan. Tim dibentuk untuk mendampingi masyarakat terkait bagaimana pertanggungjawaban saat penyerahan dana yang dimaksud, termasuk mengecek progres seperti apa kondisi rumah korban saat ini
“Di pusat sudah ada aturan. Kemudian kami perkuat lagi dengan aturan di pemerintah daerah, melalui petunjuk teknis ini bagaimana tidak memberatkan masyarakat ketika penyerahan berlangsung. Salah satunya menyangkut progres, seperti apa kondisi rumah korban saat ini,” ucapnya. Terkait waktu pencairan dana stimulan lebih dari 1,5 tahun pascabencana, Sadono menjelaskan hal itu dikarenakan proses verifikasi berulang.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Kondisi rumah warga korban gempa Malang M 6,1 pada 10 April 2021 lalu yang rusak berat di lingkungan RT 004 RW 04 Dusun Kampung Dandang, Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kini telah dibangun kembali meski belum bisa seperti kondisi semula, sebagaimana diabadikan pada Rabu (8/2/2023)
Berhutang
Sementara itu, Ketua RT 004 RW 04 Dusun Kampung Dandang, Desa Pamotan, Isdianto, membenarkan, dana bantuan stimulan dari pemerintah belum turun. Padahal, sebelumnya kepala desa setempat menginformasikan dana tersebut akan cair Januari 2013.
Menurut Isdianto warga di lingkungannya berharap bantuan itu segera cair. Meski ada bantuan donatur, tidak sedikit warga yang terpaksa masih mencari pinjaman untuk memerbaiki rumahnya. Di lingkungan RT 004 terdapat 13 rumah warga yang rusak berat.
“Harapannya bantuan segera turun,” ujarnya.
Setelah gempa, menurut dia, warga yang rumahnya rusak berat mendapatkan bantuan dari sejumlah pihak, termasuk hunian sementara menggunakan terpal. Namun kondisi terpal berangsur rusak.
Sinta Oktavia (30), penyintas di Pamotan mengaku rumahnya yang roboh telah dibangun kembali dari hasil bantuan donatur. Namun dinding rumah masih berupa batako dan ukuran rumah tidak sebesar sebelumnya. Kondisinya juga masih apa adanya. “Yang dapat bantuan stimulan bapak saya. Rumah ini dibangun kembali dari bantuan Bu Ningsih (donatur),” katanya.