Kemeriahan resepsi puncak Seabad NU bukan hanya karena ramainya peserta dan pengunjung. Secara ekonomi, acara akbar tersebut juga memberi dampak ekonomi bagi UMKM yang hadir.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
Perayaan resepsi puncak Seabad Nahdlatul Ulama selain diisi kegiatan keagamaan juga menjadi ajang pameran produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah. Di tengah-tengah jutaan pengunjung yang datang dari seluruh pelosok negeri, UMKM itu menemukan pasarnya. Hasilnya, acara pun membawa dampak ekonomi bagi masyarakat.
Nurwanto (44), misalnya, penjual sarung batik asal Pekalongan yang ikut berjualan di bazar UMKM di alun-alun Sidoarjo. Mereka datang membawa 20 kodi sarung dan saat ini terjual setidaknya 5 kodi sarung.
”Kami ini stand-nya hanya menumpang alias sharing dengan pengusaha lain. Karena katanya stand sudah penuh. Makanya, kami hanya bisa memajang sedikit produk kami. Seandainya kami dapat stand sendiri, mungkin hasilnya akan lebih banyak,” katanya.
Ia berharap, pada acara-acara serupa ke depan, mereka akan bisa mendapatkan stan tersendiri. ”Keterbatasan tempat membuat kami akhirnya hanya bisa memajang sedikit produk kami. Hanya bisa memajang sarung. Itu pun sudah lumayan banyak pembelinya. Ini karena NU identik dengan sarung. Makanya banyak peminat sarung,” katanya.
Selain berdampak pada UMKM, resepsi puncak Seabad NU juga menjadi berkah bagi tukang ojek di Sidoarjo. Udin (39) mengaku, ia bersyukur bisa merasakan langsung manfaat acara besar di Sidoarjo kala itu.
”Saya bersyukur acara ini membawa manfaat langsung. Biasanya sehari saya dapat Rp 30.000. Kali ini sampai tengah hari saya sudah mendapatkan hasil Rp 100.000. Semoga saja ini akan menjadi awal baik ke depannya,” kata Udin.
Saat pandemi, praktis ia hanya bergantung pada pendapatan dari pembelian makanan. Oleh karena itu, setelah pandemi berakhir, ia ingin ekonomi kembali membaik seperti sebelumnya.
Kemandirian
Nurwanto dan Udin adalah potret masyarakat yang berjuang untuk mendapatkan rezeki dengan tangan sendiri. Sebagaimana diketahui, dalam resepsi puncak Seabad NU di Sidoarjo, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama juga mencanangkan kebangkitan dan kemandirian ekonomi warga NU.
Hal itu sejalan dengan semangat Rais Akbar NU KH Hasyim Asy’ari di mana pernah mendirikan usaha dagang. KH Abdul Wahab Chasbullah juga dikenal sebagai pengusaha. Sebelum NU ditahbiskan pada 1926, juga telah ada Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Niagawan pada 1918.
Memasuki abad keduanya, PBNU bertekad menghidupkan lagi sejumlah spirit awal NU yang tampak redup di 100 tahun pertamanya, di antaranya spirit memajukan perekonomian.
Ada sejumlah langkah yang dicanangkan PBNU untuk membangkitkan ghirah Nahdlatut Tujjardi kalangan nahdliyin, serta beberapa program yang ditujukan untuk penguatan kemandirian organisasi.
Untuk mewujudkan kemandirian tersebut, PBNU memiliki empat agenda strategis, yaitu pengembangan sumberdaya ekonomi perkumpulan melalui unit-unit usaha, peningkatan ekonomi warga NU, pengembangan ekonomi berbasis pesantren, dan pengembangan ekonomi khusus.
”Empat strategi ini dipilih untuk memenuhi kebutuhan NU sebagai jam’iyah (organisasi) dan jemaah (warga NU) sebab salah satu tujuan NU sebagai perkumpulan sosial keagamaan Islam adalah untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat,” kata Alissa Wahid, Ketua Tanfidziyah yang membidangi Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat.
Alissa Wahid menyampaikan hal ini dalam acara Pencanangan Gerakan Kemandirian Ekonomi NU dan Khotmil Qur’an untuk BUMNU Grosir Jember yang dilaksanakan di Badan Usaha Milik NU (BUMNU) Grosir Jember, Senin (6/2/2023). Kegiatan itu merupakan rangkaian Harlah 1 Abad NU, di mana saat itu juga digelar Nahdlatut Tujjar Festival.
Gerakan kemandirian ekonomi NU dilakukan dengan pendirian BUMNU sampai tingkat struktur Pengurus Cabang NU. PBNU dengan Kementerian BUMN bersinergi untuk membangun 250 BUMNU. Salah satu bentuknya adalah BUMNU Grosir yang menyediakan produk dengan harga bersaing untuk memberikan dukungan penuh kepada pedagang kecil, UMKM, pengecer, dan konsumen ritel.
Diharapkan, kegiatan usaha ini akan memberi efek domino secara langsung baik kepada organisasi maupun kepada pelaku usaha kecil lainnya. Sebagai model adalah BUMNU Grosir Jember, yang akan segera diresmikan dalam waktu dekat, dimulai dengan soft opening minggu ini. (SYA/NIK/WKM)