Vegetasi Pantai Bisa Tekan Ancaman Abrasi dan Tsunami di Kota Padang
Penanaman vegetasi di kawasan pantai diperkirakan bisa menekan ancaman abrasi dan tsunami di Kota Padang, Sumbar. Oleh karena itu, pembangunan pelindung pantai perlu diikuti dengan penanaman vegetasi.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Penanaman vegetasi di kawasan pantai diperkirakan bisa menekan ancaman abrasi dan tsunami di Kota Padang, Sumatera Barat. Antisipasi jangka pendek abrasi dengan pembangunan pelindung pantai mesti diikuti antisipasi jangka panjang dengan penanaman vegetasi.
Demikian disampaikan Abdul Muhari, pakar gempa dan tsunami Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam diskusi ”Rancangan Infrastruktur Abrasi Pesisir Pantai Padang Berbasis Mitigasi Bencana” di kawasan Masjid Al-Hakim, Pantai Padang, Senin (6/2/2023).
Abdul menjelaskan, pada masa lalu, pola arus di Pantai Padang dominan sejajar dengan pantai sehingga pola pelindung pantai yang tegak lurus dengan pantai masih efektif. Namun, seiring berjalan waktu, struktur di pantai makin banyak dan pola arus dominan juga berubah sehingga pola pelindung pantai mesti dikaji ulang.
Abdul mengusulkan untuk membangun pelindung pantai sejajar pantai sekitar 50-100 meter dari bibir pantai saat ini. Selain mengatasi abrasi, bangunan itu dalam jangka waktu tertentu akan mengembalikan sedimen yang hilang akibat abrasi. Sedimen itu bisa menjadi ruang untuk menanam vegetasi, baik bakau maupun pohon keras.
”Jika vegetasi ini dikombinasikan dengan infrastruktur fisik, ini bisa lebih optimal untuk memitigasi potensi bencana tidak reguler seperti tsunami dan lain-lain. Jangka pendek bisa atasi abrasi, jangka panjang bisa mencarikan solusi berkelanjutan untuk pontensi bencana yang bersifat mendadak seperti tsunami,” kata Abdul.
Abdul menambahkan, kombinasi pelindung pantai dan vegetasi tersebut memang tidak 100 persen bisa melindungi dari tsunami. Walakin, hal itu bisa secara optimal menekan dampak dari bencana tersebut.
Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jarot Widyoko mengatakan, kementerian terus berupaya mengatasi masalah abrasi. Untuk Kota Padang, tahun ini kementerian membangun pelindung pantai sekitar 500 meter di kawasan Masjid Al-Hakim.
Jika vegetasi ini dikombinasikan dengan infrastruktur fisik, ini bisa lebih optimal untuk memitigasi potensi bencana tidak reguler seperti tsunami dan lain-lain. (Abdul Muhari)
Sebelumnya, BNPB sudah membangun pelindung pantai di kawasan tersebut. Namun, elevasinya masih rendah, sekitar 1,5 meter sehingga ombak masih bisa naik dan menggerus pantai. Idealnya elevasi pelindung pantai itu lebih dari 4,2 meter agar terlindung dari abrasi.
”Kami sedang proses lelang. Insyaallah dibangun dan selesai tahun ini. Anggarannya Rp 20 miliar. Yang penting elevasinya sama (dengan pelindung pantai di titik lainnya). Maka kami naikkan elevasinya. Kalau tidak, ini akan tergerus terus,” katanya.
Wali Kota Padang Hendri Septa mengatakan, di sebagian kawasan Pantai Padang memang sudah dibangun pelindung pantai. Walakin, ada beberapa titik yang tidak ada perlindungan. Kawasan pesisir Kota Padang juga masih berada dalam ancaman abrasi pantai.
”Paling parah ada di Kecamatan Koto Tangah. Saya lihat, pantainya mulai digerus abrasi. Saya khawatir lahan warga hilang. Rumah mereka sudah ada di bibir pantai,” kata Hendri.
Terkait obyek wisata Pantai Padang, Hendri mengatakan, kawasan itu memang sudah dilengkapi pelindung pantai. Namun, ia masih khawatir karena pantai itu belum lepas dari ancaman abrasi. Banyak bangunan penting yang berdiri di kawasan pantai sehingga menjadi kerugian bila pantai terus mengalami abrasi.
”Pemkot Padang selalu senantiasa melihat dan mewaspadai kondisi itu. Harus ada perhatian kita semua,” ujarnya.
Mantan Kepala BNPB Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo menuturkan, saat masih SMP di akhir 1970-an dan SMA di awal 1980-an, Pantai Padang merupakan tempat ia dan kawan-kawannya bermain. Pada masa itu, Pantai Padang masih ada sekitar 50-75 meter ke arah laut.
”Hari ini kita lihat, garis pantai sudah menyentuh jalan. Tentunya bila tidak ada mitigasi dan revitalisasi untuk menyelamatkan Pantai Padang, yang terancam adalah warga Kota Padang. Penduduk Kota Padang adalah salah satu penduduk terpadat di wilayah pesisir barat Pulau Sumatera,” katanya.
Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) itu melanjutkan, beberapa waktu lalu, dirinya sudah berjumpa dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Dalam pertemuan itu, Basuki berjanji mendukung program revitalisasi Pantai Padang. Namun, selain pemerintah, pihak-pihak lain juga harus terlibat dalam mitigasi bencana ini.
”Mengatasi bencana tidak bisa dilakukan pemerintah semata, ini adalah urusan kita semua, maka dibutuhkan kepedulian dari seluruh keluarga besar Minangkabau dan Pemprov Sumbar, Kota Padang, dan warga Padang,” ujar Doni.