Sedikitnya 2.500 Pelari Kumpulkan Donasi untuk Penyintas Kanker
Sebanyak 2.500 pelari berlari untuk donasi dalam ajang lari Run Against Cancer 2023. Seluruh dana yang terkumpul digunakan untuk bantuan penanganan kanker.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Sebanyak 200 pelari bersiap memulai start menempuh rute 100 kilometer dalam ajang Run Against Cancer di Kebun Raya Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (4/2/2023).
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 2.500 pelari memulai rute lari dalam Run Against Cancer di Kebun Raya Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (4/2/2023). Ajang ini rutin digelar setiap tahun sejak 2018 untuk penyintas kanker.
Run Against Cancer (RAC) adalah ajang lari untuk mengumpulkan donasi bagi penyintas kanker di Rumah Singgah Pasien Kanker di Semarang. Donasi didapatkan dari publikasi yang dilakukan setiap peserta di media sosial masing-masing.
”Hingga Sabtu pagi sudah terkumpul Rp 875 juta. Mudah-mudahan bisa terkumpul lebih banyak lagi,” ujar Ketua Panitia RAC dr Budi Setiawan, SpPD, KHOM, Sabtu.
Sebanyak 2.500 peserta berlari dalam tiga kategori, yakni 200 pelari di kategori 100 km dan 2.300 lainnya di kategori 10 km dan 5 km.
Untuk rute 100 km, sebagian pelari ada yang menempuhnya sendiri. Sebagian lainnya menyelesaikan rute dengan sistem relay, bergantian dengan 1-3 pelari lain.
Peserta kategori 100 km mulai berlari sejak Sabtu. Rutenya dari pusat Kota Magelang hingga Kelenteng Sam Poo Kong, Kota Semarang.
Sementara pelari 10 km dan 5 km baru akan mulai berlari pada Minggu (5/2/2023). Mereka memulainya dari Kelenteng Sam Poo Kong.
Sejumlah pelari Run Against Cancer 2023 bersiap di garis start di Kebun Raya Gunung Tidar, Kota Magelang Jawa Tengah, Sabtu (4/2/2023).
Penyakit kanker, menurut Budi, bisa lebih mudah ditangani apabila terdeteksi lebih awal. Dengan penanganan dini, pasien berpeluang sembuh. Hanya saja, kebanyakan pasien berobat setelah stadium lanjut.
”Karena sudah terlalu parah, biasanya dokter hanya membantu sebatas memperpanjang umur pasien,” ujarnya.
Selain memberi contoh hidup dengan berolahraga lari, Budi mengatakan, pihaknya juga berupaya memaparkan upaya pencegahan kanker dan deteksi dini kanker.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jawa Tengah dr Eko Adhi Pangarsa, SpPD, KHOM, mengatakan, biaya pengobatan kanker memang sudah ditanggung pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Namun, donasi tetap dibutuhkan. Alasannya, banyak pasien kanker memerlukan biaya saat berobat di luar kota.
Selain itu, uang donasi juga masih diperlukan untuk penambahan fasilitas layanan di rumah singgah kanker serta untuk kegiatan-kegiatan lain, seperti sosialisasi tentang deteksi dini kanker.
Yohanes Ngatiman (69), warga Banyumanik, Kota Semarang, mengatakan, ia sudah enam kali berlari untuk mencari donasi. Sebelumnya, dia melakukannya saat mengumpulkan bantuan bagi anak-anak panti asuhan.
”Kali ini, saya sudah mampu mengumpulkan donasi sekitar Rp 2,8 juta,” katanya.