Dongkrak Capaian Ekspor, Jepara Bakal Gelar Pameran Furnitur Internasional
Pameran furnitur berskala internasional diharapkan bisa mendongkrak capaian ekspor di Jepara, Jawa Tengah. Para perajin juga terus berinovasi agar bisa bersaing di pasar global.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
JEPARA, KOMPAS — Setelah dua tahun berturut-turut merosot karena pandemi, capaian ekspor produk mebel kayu di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kembali merangkak naik pada 2022. Tahun ini, capaian ekspor akan terus digenjot, salah satunya melalui pemeran furnitur berskala internasional.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jepara mencatat, sebanyak 52 juta kilogram produk mebel dengan nilai 186 juta dollar Amerika Serikat diekspor ke 112 negara pada 2019. Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, nilai ekspor mebel di Jepara merosot menjadi 177 juta dollar AS tahun 2020 dan 165 juta dollar AS tahun 2021.
Setelah dua tahun merosot, capaian ekspor mebel pada 2022 kembali merangkak naik. Pada 2022, sebanyak 42 juta kilogram produk mebel diekspor ke 90 negara dengan nilai ekspor sebesar Rp 186 juta dollar AS.
Kepala Seksi Promosi Ekspor dan Impor Bidang Perdagangan Disperindag Jepara Edi Widodo mengatakan, produk mebel Jepara sudah diekspor ke sejumlah negara di hampir setiap benua. Negara tujuan ekspor yang paling besar ialah China, Belanda, dan Amerika.
Menurut Edi, capaian ekspor tahun 2022 tergolong baik. Kendati demikian, capaian itu akan lebih ditingkatkan pada tahun ini. Peningkatan capaian itu akan dilakukan dengan berbagai upaya.
”Ke depan, kami akan terus berupaya memfasilitasi pameran berskala nasional dan internasional. Melalui pameran itu, diharapkan bisa menarik minat pembeli sekaligus membuat produk mebel Jepara menjadi semakin dikenal,” kata Edi, Jumat (3/2/2023).
Edi menambahkan, pihaknya kerap memberikan pelatihan terkait dengan tata cara melakukan ekspor sekaligus mengenalkan dokumen-dokumen ekspor kepada para pengusaha. Para pengusaha juga diberikan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor oleh pemerintah setempat, bekerja sama dengan Bea dan Cukai.
Untuk menunjang produksi produk mebel, kerja sama juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara dengan sejumlah daerah penghasil kayu di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Daerah-daerah itu, disebut Edi, rutin menyuplai kayu sebagai bahan baku mebel ke Jepara. Strategi itu diklaim bisa menekan risiko kekurangan bahan baku.
Pada 6-19 Maret mendatang, para pengusaha mebel di Jepara akan menyelenggarakan pameran kerajinan ukir dan mebel bertajuk Jepara International Furniture Buyer Weeks (JIF-BW) 2023. Acara itu juga sekaligus menjawab tantangan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo agar Jepara bisa meniru Kota High Point di Carolina Utara, AS, yang rutin menyelenggarakan pameran furnitur berskala internasional.
”Konsepnya nanti akan sama seperti di High Point, yakni pameran berbasis kota. Jadi, pamerannya tidak terpusat di satu tempat, tetapi di setiap galeri mebel dan ukir di Jepara. Galeri-galeri itu nantinya akan ditata sedemikian rupa supaya menarik,” ujar inisiator JIF-BW sekaligus Dewan Pembina Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Jepara, Muhammad Jamhari.
Melalui pameran itu, Jamhari berharap produk furnitur Jepara bisa bersaing di kancah internasional dan masuk ke dalam rantai pasok global. Ke depan, para pembeli juga diharapkan bisa melakukan direct sourcing atau membeli produk furnitur secara langsung ke tempat produksi furnitur di Jepara.
”Kalau bicara soal aglomerasi industri furnitur, di Jateng ada Surakarta, Semarang, dan Jepara. Nantinya, Surakarta dan Semarang akan diajak pameran juga, bergabung dengan Jepara yang brandingnya sudah besar,” ucap Jamhari.
Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta mengatakan, pihaknya mendukung penyelenggaraan JIF-BW dengan cara membantu promosi. Selain itu, Edy juga sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jateng untuk memperbaiki jalan-jalan di Jepara yang rusak. Hal itu agar para pengunjung pameran bisa beraktivitas dengan nyaman di Jepara.
Inovasi
Selain mengungkit capaian ekspor melalui pameran, para perajin furnitur di Jepara juga rajin berinovasi. Kartono (56), perajin ukir dan relief asal Desa Senenan, Kecamatan Tahunan, misalnya, mencoba menghasilkan produk-produk yang tidak dihasilkan oleh perajin lain. Strategi itu berhasil membuat produk Kartono tetap dilirik di tengah lesunya penjualan produk ukir dan relief.
”Kebetulan, saya senang dengan seni budaya, jadi sering dapat inspirasi yang tidak biasa untuk dituangkan dalam bentuk produk. Contohnya, kemarin saya bikin relief Taman Safari, kisah Patih Gajah Mada, dan kisah Dewa Ruci. Biasanya karya-karya seperti itu tidak banyak dicari. Tapi, feeling saya bilang kalau karya itu bakal laku, ternyata benar laku dengan harga ratusan juta,” ucap Kartono.
Sebelum pandemi, Kartono yang mempekerjakan tujuh orang tersebut mampu menjual hingga lima produk dengan harga masing-masing sekitar Rp 1 juta-Rp 100 juta. Memasuki masa pandemi, Kartono hanya mampu menjual satu hingga dua produk per bulan.
Setelah dua tahun tidak mendapatkan pesanan dari pembeli dari luar negeri, pada akhir 2022 Kartono mulai mendapat pesanan dari pembeli asal Iran. Pembeli itu memesan relief untuk hiasan dinding. Refief itu dijual dengan harga Rp 100 juta.
Inovasi juga dilakukan oleh perajin mebel lain di Desa Senenan, Trisno (54). Trisno berupaya membuat produk dengan tingkat kekeringan kayu yang berbeda dengan produk yang ada. Selain itu, Trisno juga meningkatkan kerapian produk di atas rata-rata kerapian produk di pasaran. Cara itu berhasil membuat Trisno kebanjiran pesanan.
”Sebelum pandemi, saya rata-rata ekspor satu kontainer produk. Satu kontainer isinya sekitar 15 item. Saat pandemi di tahun 2021-2022 saya bisa ekspor sekitar tiga sampai empat kontainer. Produk yang saya ekspor beragam, kebanyakan meja dan kursi,” kata Trisno.