Operasional IPAL Palembang Terkendala Bahan Baku Limbah Domestik
IPAL Palembang terkendala bahan baku limbah domestik. IPAL itu penting untuk menjaga aliran anak Sungai Musi agar tak tercemar.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pengoperasian instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Palembang masih terkendala bahan baku limbah domestik. Pemerintah Kota Palembang berkomitmen untuk mempercepat pembangunan sambungan rumah tangga agar uji operasional fasilitas IPAL dapat dilaksanakan pada akhir Februari 2023.
Wali Kota Palembang Harnojoyo seusai memantau pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Palembang, Kamis (2/2/2023), mengatakan, sampai saat ini progres pembangunan IPAL sudah mencapai 93 persen. Pada akhir Februari ini akan dilakukan uji operasional (commissioning).
Adapun target pengoperasian IPAL secara menyeluruh dapat dilakukan pada Desember 2023 mendatang. Harnojoyo menjelaskan, kapasitas minimal operasional IPAL ialah sekitar 1.500 meter kubik limbah setiap harinya. ”Limbah tersebut tentu harus tersedia untuk pengujian operasional IPAL,” ucapnya.
Harnojoyo menuturkan, saat ini proses pembangunan pipa induk sedang berjalan, tinggal membangun pipa sambungan ke rumah tangga. ”Sampai saat ini sudah terpasang sekitar 1.000 sambungan rumah tangga. Harapannya, jaringan tersebut sudah bisa memenuhi kebutuhan untuk pengujian IPAL,” ujarnya.
Untuk tahap awal, limbah domestik akan didatangkan dari sejumlah rumah penduduk, pusat perbelanjaan, hotel, atau perusahaan yang berada di sisi Sungai Sekanak-Lambidaro.
Namun, untuk mencapai kapasitas maksimal, ujar Harnojoyo, pihaknya harus membangun sekitar 22.000 sambungan rumah tangga yang ditargetkan selesai pada tahun 2025. Adapun dana yang dibutuhkan sekitar Rp 120 miliar. Untuk tahap awal sudah ada bantuan dari sejumlah pihak, mulai dari APBN, APBD, dan bantuan dari Pemerintah Australia.
Sementara, ujar Harnojoyo, pada 2023 Pemkot Palembang telah menganggarkan dana sekitar Rp 26 miliar untuk mendorong pembangunan sambungan di setiap rumah tangga. ”Penyediaan anggaran tentu akan dilanjutkan sampai 2025 mendatang. Harapannya, target 22.000 sambungan rumah tangga bisa tercapai,” ujar Harnojoyo.
Angka itu memang masih jauh dari kebutuhan seluruh warga Palembang. Jika berkaca pada sambungan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang, jumlah sambungan air bersih hingga saat ini mencapai 365.000 rumah tangga.
Meski begitu, jaringan IPAL ini diyakini dapat mengurangi tingkat pencemaran yang bisa mengancam Sungai Musi. ”Saat ini anak Sungai Musi di Palembang tidak bisa digunakan lagi sebagai air baku. Jika tidak segera diantisipasi, air Sungai Musi juga terancam tercemar,” ujar Harnojoyo.
Desiree Lihawa, Kontraktor Representative Proyek IPAL Kota Palembang, mengatakan, dalam proses pengolahan air limbah ada sejumlah tahapan yang harus dilalui. Mulai dari penyaluran limbah domestik dari setiap rumah tangga. Limbah itu kemudian ditampung di stasiun pompa yang berada di Jalan Merdeka, Palembang. Air limbah kemudian diteruskan ke tempat pengolahan air limbah yang ada di Sei Selayur, Palembang.Di tempat pengolahan, lanjut Desiree, air limbah akan diolah melalui lima tahapan, yakni penyaringan, proses reaksi biologis anaerobik, kemudian air limbah diproses untuk stabilisasi tingkat keasaman air, pembunuhan bakteri, dan penyisihan humus. ”Jika pada kategori aman, limbah yang telah diolah bisa dilepaskan ke Sungai Musi,” ujarnya.
Sampai saat ini progres pembangunan sudah mencapai 93 persen dan sudah akan dilakukan komisioning pada 20 Februari 2023 mendatang. Kalaupun bahan baku limbah domestik belum mencukupi, tentu ada tahapan yang harus dilewatkan.
Desiree menjelaskan, proses pembangunan fasilitas IPAL memang agak tertunda karena pandemi Covid-19, terhitung ada keterlambatan hingga 35 persen. Hanya saja, ia memastikan tahun ini fasilitas IPAL Palembang sudah siap digunakan.
Namun, pihaknya masih terkendala dengan pasokan limbah yang dibutuhkan, yakni 1.500 meter kubik. ”Kami berharap kebutuhan itu bisa terpenuhi segera agar pengolahan limbah bisa beroperasi optimal,” ucapnya.
Saat ini anak Sungai Musi di Palembang tidak bisa digunakan lagi sebagai air baku. Jika tidak segera diantisipasi, air Sungai Musi juga terancam tercemar.
Direktur Utama PDAM Tirta Musi Andi Wijaya menuturkan, memang pembangunan IPAL tidak bisa menampung semua limbah rumah tangga di Palembang. Hanya 22.000 rumah tangga yang akan tersambung dengan jaringan IPAL.
Adapun limbah rumah tangga yang tidak tertampung akan diambil secara konvensional. ”Kami menyediakan jasa untuk penyedotan limbah menggunakan truk secara periodik,” ujarnya. Apabila permintaan sambungan terus bertambah, mau tidak mau, pemerintah harus membuat fasilitas IPAL lagi.
Dengan teknologi ini, diharapkan anak sungai Musi di Palembang bisa kembali bersih. ”Tidak hitam atau abu-abu karena dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga,” ujarnya.
Karena itu, Andi berharap agar masyarakat menggunakan fasilitas ini untuk mengolah air limbah rumah tangganya. ”Sangat disayangkan jika fasilitas senilai Rp 1,6 triliun ini tidak dimanfaatkan dengan baik,” ujar Andi.
Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya berkomitmen menganggarkan Rp 20 miliar untuk pembangunan jaringan ke setiap rumah tangga. Dia berharap penyediaan anggaran dapat didukung oleh setiap pihak. ”Biasanya penyediaan anggaran terbentur dengan regulasi. Namun, saya berharap masalah ini dapat dituntaskan agar IPAL bisa segera beroperasi,” ujar Mawardi.