Shinta Ratri, Pemimpin Ponpes Waria di Yogyakarta, Berpulang
Shinta Ratri, pemimpin Pondok Pesantren Waria Al Fatah, Yogyakarta, berpulang dalam usia 60 tahun, Rabu (1/2/2023). Selama hidupnya, Shinta dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan berbagai hak kelompok transpuan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Pemimpin Pondok Pesantren Waria Al Fatah, Shinta Ratri, berfoto di pondok pesantren itu yang berlokasi di Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (18/7/2022). Ponpes tersebut beranggotakan para waria yang ingin belajar mengenai agama Islam.
YOGYAKARTA, KOMPAS – Shinta Ratri, pemimpin Pondok Pesantren Waria Al Fatah, Yogyakarta, berpulang dalam usia 60 tahun, Rabu (1/2/2023). Beberapa hari sebelum meninggal, dia sempat mengeluh sakit asam lambung. Selama hidupnya, Shinta dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan berbagai hak kelompok waria atau transpuan.
Manajer Program Yayasan Kebaya, Rully Malay, menuturkan, Shinta meninggal dunia di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Rabu sekitar pukul 06.00. Rully yang juga dikenal sebagai aktivis transpuan di Yogyakarta menyebut, Shinta sempat mengeluh sakit asam lambung beberapa hari lalu.
“Empat hari yang lalu dia sakit. Tiba-tiba mengeluhkan asam lambung, lalu kami larikan ke rumah sakit terdekat. Ternyata dokter dari IGD (Instalasi Gawat Darurat) memperbolehkan dirawat di rumah,” kata Rully saat dihubungi, Rabu pagi.
Setelah Shinta sakit, Rully mengaku sempat menjenguk. Saat itu, kondisi Shinta sudah cukup segar dan bisa bercanda. Kepada Rully, Shinta mengaku keadaannya baik-baik saja.
Sejumlah orang mengikuti acara mujahadah atau doa bersama di Pondok Pesantren Waria Al Fatah, Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (22/7/2022) malam. Acara tersebut diikuti oleh sejumlah waria serta ibu-ibu yang tinggal di sekitar Ponpes Waria Al Fatah.
Namun, pada Senin (30/1/2023) sore, kesehatan Shinta kembali menurun. Akhirnya, keluarga membawa Shinta ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta. Di sana, ia memperoleh penanganan intensif sebelum akhirnya berpulang pada Rabu pagi.
Menurut rencana, Shinta akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Semoyan, Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY, Rabu siang pukul 14.00. Sebelumnya, jenazah disemayamkan di rumah duka yang bertempat di Desa Jagalan.
Rully menuturkan, selama hidupnya, Shinta dikenal sosok pemimpin bagi komunitas transpuan di Yogyakarta. Kegigihan Shinta menjalankan perjuangannya berhasil membawa komunitas transpuan di Yogyakarta menggapai perubahan, khususnya dalam bidang keagamaan.
“Bu Shinta adalah pemimpin yang membawa komunitas ini pada perubahan. Beliau termasuk tokoh pemikir dan transpuan yang hebat, terutama dalam melanjutkan dan membawa Pondok Pesantren Waria Al Fatah. Sejumlah penghargaan yang diterima menjadi buktinya,” kata Rully.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Shinta Ratri menjadi salah satu perwakilan komunitas transpuan untuk menghadiri Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II di Kampus Universitas Islam Negeri Walisongo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (23/11/2022).
Sedikitnya ada dua penghargaan internasional yang diterima Shinta semasa hidup. Pada tahun 2019, ia memperoleh penghargaan sebagai pembela hak asasi manusia (HAM) dari Front Line Defenders, organisasi internasional yang berpusat di Irlandia.
Lalu, pada Juli 2022, Shinta juga memperoleh penghargaan bidang keanekaragaman dan pembangunan berkelanjutan dari Lembaga Casa Asia yang berbasis di Spanyol.
Bu Shinta adalah pemimpin yang membawa komunitas ini pada perubahan. Beliau termasuk tokoh pemikir dan transpuan yang hebat
Kiai Haji Abdul Muhaimin, tokoh agama asal Yogyakarta, menuturkan, penghargaan internasional yang diterima Shinta merupakan buah dari kegigihannya memperjuangkan orang-orang tersisih. Muhaimin menilai, Shinta juga mampu menjadi penengah karena kemampuannya menjelaskan masalah kesetaraan dari sisi religiusitas.
“Beliau itu pejuang yang luar biasa. Dengan berbagai hantaman, berbagai cercaan, dia luar biasa. Saya sangat salut. Dia bisa menjelaskan bukan sekadar dengan pendekatan psikologis dan medis, tetapi juga dialog. Dia menjelaskan dengan banyak pihak, baik pro dan kontra, bahwa transgender juga makhluk Tuhan yang layak dikasihi,” kata Muhaimin.