Peralihan fungsi lahan pertanian di Jateng diharapkan bisa segera dihentikan untuk mencegah krisis pangan. Jika krisis pangan terjadi, Jateng akan bergantung pada suplai daerah lain atau suplai dari luar negeri.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Lahan pertanian dengan latar belakang area bukit yang telah dipadati perumahan di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (17/1/2023).
SEMARANG, KOMPAS — Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian terus terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Kondisi itu perlu diwaspadai karena bisa mengganggu ketahanan pangan. Pemerintah setempat menyiapkan siasat menggenjot produktivitas di tengah kian menyusutnya lahan pertanian.
Berdasarkan catatan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, alih fungsi lahan pertanian terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Luasan lahan yang dialihfungsikan diperkirakan mencapai 600 hektar-1.000 hektar per tahun.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Supriyanto tak merinci luasan lahan yang dialihfungsikan di tiap-tiap kabupaten/kota. Kendati demikian, Supriyanto menyebut, alih fungsi lahan terjadi merata, hampir di seluruh kabupaten/kota di Jateng.
”Sebagian lahan pertanian sudah alih fungsi, maka yang bisa dilakukan adalah mendorong peningkatan produktivitas tanaman di lahan pertanian yang ada. Dengan demikian, penyusutan hasil pertanian bisa dicegah,” katanya, Rabu (1/2/2023).
Untuk membantu meningkatkan produktivitas tanah, Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng memberi pelatihan serta menyalurkan bantuan sarana dan prasarana pendukung. Pelatihan yang diberikan terkait pengolahan tanah, penggunaan pupuk organik, dan percepatan tanam. Sementara itu, sarana dan prasarana pendukung yang dibangun ialah embung.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Wisatawan mengunjungi Embung Bandungrejo di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (20/2/2022). Embung tersebut memiliki volume tampungan air sebesar 9.353 meter kubik dengan luas genangan 2.530 meter kubik.
Embung diharapkan bisa berfungsi untuk menampung air saat musim hujan dan menyalurkannya ke lahan pertanian saat musim kemarau. Agar sarana dan prasarana itu berfungsi optimal, Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng rutin melakukan inventarisasi ketersediaan air di embung-embung tersebut. Dengan data terkini, manajemen air bisa dilakukan sehingga potensi gagal panen, khususnya akibat kekeringan, bisa ditekan.
”Kalau ketersediaan air cukup, kami juga bisa melakukan percepatan pola tanam. Setelah musim tanam satu panen, bisa langsung lanjut musim tanam kedua dan seterusnya supaya produktivitas tanaman pangannya terjaga,” ucap Supriyanto.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jateng menilai, alih fungsi lahan harus segera dihentikan karena kondisi itu bisa menyebabkan krisis pangan. Jika Jateng krisis pangan, mau tak mau harus mengambil pangan dari daerah lain ataupun dari luar negeri.
”Ancaman krisis pangan Jateng ini pernah kami sampaikan dalam peringatan hari lingkungan hidup tahun 2021. Kami juga sudah menyampaikan kajian terkait kondisi kerusakan di Jateng, termasuk merekomendasikan apa yang perlu dilakukan dan apa yang harus segera dihentikan,” ujar Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Jateng Iqbal Alma.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Pekerja berada di kawasan industri untuk menyiapkan berbagai infrastruktur jaringan listrik dan penerangan jalan di Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (13/6/2022).
Menurut Iqbal, alih fungsi lahan pertanian paling banyak terjadi di wilayah dataran tinggi dan kini mulai mengarah ke wilayah dataran rendah ataupun pesisir Jateng. Lahan-lahan pertanian di wilayah dataran tinggi biasanya dialihfungsikan menjadi area pertambangan dan perumahan. Adapun di dataran rendah dan pesisir, lahan pertanian beralih fungsi menjadi kawasan industri.
”Adanya relokasi industri ke Jateng turut berandil besar dalam alih fungsi lahan. Di Kabupaten Cilacap, misalnya, akan ada empat kawasan industri baru di kawasan pesisirnya. Ke depan, fenomena seperti itu masih akan terus terjadi, apalagi Jateng punya koridor ekonomi, ini akan menjadi alasan,” kata Iqbal.
Adanya relokasi industri ke Jateng turut berandil besar dalam alih fungsi lahan.
Pada sambutannya di dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2023 di Jakarta, beberapa waktu lalu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengungkapkan bahwa lahan pertanian di Indonesia semakin menyusut karena alih fungsi lahan.
Menurut Wapres, kondisi itu bisa mengancam ketahanan pangan jika tak dibarengi dengan upaya peningkatan produksi melalui inovasi aplikatif, seperti penemuan bibit unggul, pemanfaatan teknologi pertanian, serta optimalisasi sarana dan prasarana pertanian.
PETRUS RADITYA MAHENDRA YASA
Petani dengan hamparan sawah yang menguning memasuki masa panen raya di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (23/5/2021).
”Kementerian Pertanian, saya minta membuat terobosan-terobosan untuk meningkatkan produktivitas dan penciptaan nilai tambah produk pertanian. Harapannya, walaupun lahan terbatas, produktivitas dan pendapatan petani dapat terus ditingkatkan,” ujar Wapres.
Wapres menyebut, Indonesia masih tergantung pada beras sebagai sumber makanan pokok. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras, perlu adanya penggalakan kembali program diversifikasi pangan melalui pengembangan hulu-hilir pangan lokal.