Bangun Masjid Agung, Kawasan Borobudur Diharapkan Jadi Destinasi Wisata Religi Lengkap
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membangun Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Kabupaten Magelang. Masjid ini diharapkan dapat semakin mempererat kerukunan antarumat beragama di Borobudur.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Masjid Agung Jawa Tengah dan Islamic Centre akan dibangun di Kelurahan Sawitan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Masjid ini berjarak sekitar tiga empat kilometer dari Candi Borobudur. Keberadaan masjid dan segenap sarana prasarana pendukungnya ini diharapkan dapat melengkapi Borobudur sebagai kawasan wisata religi bagi semua agama.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, dengan keberadaan Masjid Agung ini, dari sisi religiositas, kawasan Borobudur akan terasa lengkap, yaitu semua umat beragama bisa beribadah di tempat ibadah masing-masing yang telah disediakan.
”Dengan kelengkapan tempat ibadah ini, diharapkan kawasan Borobudur pun bisa menjadi pusat kebahagiaan dan kerukunan bagi semua umat beragama, yang saling menghormati satu sama lain,” ujarnya, saat ditemui di sela-sela acara groundbreaking Masjid Agung di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Selasa (31/1/2023).
Dibangun di atas lahan seluas sekitar lima hektar, Masjid Agung dan Islamic Centre ini menghabiskan anggaran APBD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sekitar Rp 320 miliar. Khusus untuk Masjid Agung dialokasikan dana Rp 118 miliar.
Di kawasan Borobudur dan sekitarnya, sudah banyak berdiri sejumlah tempat ibadah untuk semua umat beragama dan kepercayaan. Selain Candi Borobudur yang sudah menjadi pusat peribadatan umat Buddha, di Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, misalnya, warga setempat sudah membangun bangunan Gereja Ayam, yang kerap menjadi tempat ibadat dan kegiatan rohani dari sejumlah agama, termasuk umat non-Kristiani.
Di Kecamatan Muntilan, berjarak sekitar 12 kilometer dari Candi Borobudur, juga berdiri kelenteng atau Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Hok An Kiong, yang menjadi tempat peribadatan umat Khonghucu, Buddha, dan aliran Tao.
Di kompleks Masjid Agung, Islamic Centre yang juga akan dibangun, diharapkan bisa menjadi pusat studi, kunjungan, diskusi-diskusi keagamaan.
”Kegiatan-kegiatan yang akan dilangsungkan di MAJT dan Islamic Centre, diharapkan dapat semakin mewujudkan terjadinya moderasi agama yang akan menyenangkan bagi semua umat beragama,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Jawa Tengah AR Hanung Triyono mengatakan, pembangunan Masjid Agung dan Islamic Centre ini diharapkan dapat semakin mendukung kawasan Borobudur yang ditetapkan pemerintah sebagai kawasan destinasi superprioritas.
Namun, karena masih berada di sekitar kawasan Candi Borobudur, desain pembangunan masjid pun mengalami penyesuaian, harus mengikuti ketentuan dari UNESCO. Penyesuaian yang dilakukan antara lain merendahkan tinggi menara masjid yang semula dirancang setinggi 145 meter menjadi 135 meter. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu pemandangan kawasan sekitar dari Candi Borobudur.
Masjid Agung dijadwalkan selesai dibangun pada November 2023. Setelah itu, pada tahun 2024, barulah proyek pembangunan dilanjutkan dengan membangun Islamic Centre, taman-taman, dan fasilitas untuk UMKM.
Hanung mengatakan, perencanaan pembangunan Masjid Agung dan Islamic Centre ini sebenarnya sudah dimulai pada tahun 2019. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat itu membuka lomba desain untuk MAJT. Setelah terpilih pemenangnya, pembangunan masjid direncanakan tahun 2021. Namun, karena situasi pandemi, dan banyak terjadi refocusing anggaran, kegiatan pembangunan baru bisa dilaksanakan tahun ini.
Kegiatan pembangunan ini menjadi proyek padat karya yang akan melibatkan warga miskin dan warga difabel agar terlibat di dalamnya. Warga miskin, menurut dia, bisa langsung terlibat dalam kegiatan fisik, sedangkan warga difabel bisa dilibatkan untuk mengerjakan tugas administrasi kantor.