Warga Pulau-pulau Kecil di Kepri Terdampak Cuaca Ekstrem
Warga Kepulauan Riau di pulau-pulau kecil terdampak cuaca ekstrem. Kegiatan ekonomi tersendat dan banjir terjadi di mana-mana.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Warga Kepulauan Riau di pulau-pulau kecil sangat terdampak cuaca ekstrem yang terjadi satu minggu terakhir. Nelayan tidak bisa melaut, kapal penumpang mandek, jaringan listrik putus, dan banjir terjadi di banyak wilayah.
Sekretaris Dewan Perwakilan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kepulauan Anambas Dedi Syahputra, Senin (30/1/2023), mengatakan, nelayan dengan kapal berukuran di bawah 10 gros ton tidak dapat melaut. Ketinggian ombak di perairan Anambas dan Natuna belakangan ini mencapai 4-6 meter.
”Dampak ekonominya bukan hanya dirasakan oleh nelayan, tetapi juga oleh pengusaha kecil lain. Usaha penjual es balok, pengepul ikan, dan transportasi pengangkut ikan ikut mandek,” kata Dedi saat dihubungi dari Batam.
Adapun di Kabupaten Natuna, hujan lebat yang disertai angin kencang membuat jaringan listrik di tiga kecamatan putus sejak Minggu (29/1/2023) malam. Kepala Unit Pelayanan Pelanggan PLN Ranai, Boni Sofianto, mengatakan, putusnya jaringan listrik itu disebabkan oleh robohnya lima tiang listrik akibat pohon tumbang.
”Upaya perbaikan telah kami lakukan sejak tadi malam, tetapi belum berhasil karena terkendala hujan lebat dan angin kencang. Namun, kami prediksi perbaikan akan selesai sore ini,” ujar Boni.
Selain itu, Kepala Dinas Perhubungan Kepri Junaidi mengatakan, gelombang tinggi juga membuat sejumlah pelayaran penumpang tertunda. Saat ini, satu kapal Pelni rute Tanjung Pinang, Kepri, menuju Sintete, Kalimantan Barat, masih tertahan di Kepulauan Tambelan karena gelombang tinggi.
”Pada 28 Januari lalu kapal penumpang rute Selat Panjang, Riau, menuju Batam juga tertahan di Kabupaten Karimun karena gelombang tinggi. Namun, untuk hari ini, gelombang tinggi hanya terjadi di perairan utara Kepri, tepatnya di wilayah Anambas dan Natuna,” ucapnya.
Junaidi mengimbau penyelenggara transportasi laut agar selalu berkoordinasi dengan syahbandar untuk menjamin keselamatan pelayaran. Ia juga meminta mereka untuk selalu memantau prakiraan cuaca dan ketinggian gelombang dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim, Suratman, mengatakan, hujan lebat dan angin kencang di Kepri yang terjadi terus-menerus dalam satu minggu terakhir ini disebabkan oleh pusaran angin (shearline) yang terbentuk di ujung barat Kalimantan. Cuaca ekstrem ini diperkirakan berlangsung hingga awal Februari.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepri Muhammad Hasbi mengatakan, hujan lebat telah mengakibatkan banjir rob di Bintan, Lingga, dan Batam. Lebih dari 500 warga terdampak, tetapi tidak sampai harus mengungsi.
”Saat ini, banjir di sebagian besar lokasi sudah surut, tetapi ancaman tetap mengintai karena hujan deras terus terjadi,” kata Hasbi pada 25 Januari lalu.