Obesitas, Titi Wati Meninggal dengan Berat Badan 200 Kilogram Lebih
Titi Wati, pasien penderita obesitas, meninggal setelah sempat tak sadarkan diri atau koma. Ia meninggal dengan berat badan mencapai 209 kilogram.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Titi Wati (42), penderita obesitas di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, meninggal setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Doris Sylvanus. Ia meninggal dengan keadaan obesitas yang belum sembuh meski telah dioperasi.
Titi Wati meninggal di RSUD Doris Sylvanus pada Senin (30/1/2023) sekitar pukul 06.15 WIB. Ia meninggal setelah sempat dirawat selama satu hari di rumah sakit tersebut.
Titi Wati merupakan penderita obesitas yang pada 2019 viral di media sosial karena memiliki berat badan lebih kurang 220 kilogram. Dalam catatan Kompas, Titi Wati saat itu dievakuasi oleh petugas kesehatan dibantu beberapa petugas dari banyak instansi ke rumah sakit setelah mendapatkan bantuan untuk operasi.
Saat itu, tim medis melaksanakan operasi bariatrik atau penyempitan lambung di Rumah Sakit Doris Sylvanus, Palangkaraya. Setidaknya terdapat 16 dokter yang menangani operasi tersebut. operasi itu menggunakan prosedur sleeve gastrectomy untuk memotong beberapa bagian lambung Titi. Hal itu dilakukan untuk membatasi asupan yang masuk ke lambung (Kompas, 17/1/2023).
Setelah dioperasi, tim dokter berhasil memotong setidaknya 60 persen lambung Titi Wati. Saat itu, ketebalan lemak Titi Wati maksimal mencapai 15 sentimeter. Hal itu membuat tim dokter harus mencari bagian paling tipis dari lemaknya untuk memasukkan alat pemotong lambung. Titik paling tipis merupakan lemak berukuran tebal mencapai hampir 10 sentimeter di bagian atas pusar.
Seusai dioperasi, Titi tetap dirawat hingga akhirnya bisa dibawa pulang. Sebelum dioperasi, Titi hanya berbaring di kasur yang digelar di lantai rumahnya. Titi sempat bisa berdiri dan beraktivitas. Namun, kondisinya kembali ke semula karena pola konsumsi yang belum berubah.
Pada Minggu (29/1) Titi Wati kembali dievakuasi ke RSUD Doris Sylvanus karena tak sadarkan diri, bahkan kaki dan tangannya sudah dalam keadaan dingin atau kaku. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat RSUD Doris Sylvanus Hairil Anwar menjelaskan, saat diterima di rumah sakit, pasien tersebut sudah dalam keadaan koma.
”Diagnosa dokter yang menangani, pasien menderita obesitas atau kelebihan berat badan dan infeksi saluran kencing,” kata Hairil.
Hairil menambahkan, pihaknya sudah berupaya semaksimal mungkin, tetapi Titi Wati tidak tertolong. ”Upaya yang dilakukan sudah maksimal, tetapi Tuhan berkehendak lain; untuk semuanya (pemakaman dan perawatan), akan dibantu dan difasilitasi rumah sakit,” katanya.
Diagnosa dokter yang menangani, pasien menderita obesitas atau kelebihan berat badan dan infeksi saluran kencing.
Setelah meninggal, jenazah Titi harus digotong menggunakan papan sama seperti saat ia masuk rumah sakit. Butuh setidaknya 11-15 orang membantu mengangkut Titi Wati, apalagi saat masuk ke dalam liang kubur.
Suratno, menantu Titi Wati, menjelaskan, setelah menjalani operasi pada 2019, ibu mertuanya sempat mengalami penurunan berat badan hingga 209 kilogram. Namun, dalam tiga tahun terakhir pola konsumsi ibunya tetap tak berubah hingga berat badannya sulit turun lebih jauh. Kebiasaannya makan jajanan hampir tidak bisa dihindari.
Suratno menambahkan, ibu mertuanya dikubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muhammadiyah, Jalan Surung, Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. ”Semua keluarga dan bahkan tetangga kehilangan karena dia orang yang sangat akrab dengan semua orang,” tuturnya.