Masyarakat Nusa Tenggara Timur Diajak Memanfaatkan RPH di Tengah Ancaman ASF
Masyarakat NTT diajak melakukan pemotongan ternak babi di rumah potong hewan. Ini untuk mencegah penularan demam babi afrika ke ternak babi lain.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Warga Nusa Tenggara Timur diajak memanfaatkan rumah potong hewan yang tersedia di setiap kabupaten/kota untuk menjagal ternak babi.RPH bisa mendeteksi ternak mana yang benar-benar bebas dari demam babi afrika (african swine fever/ASF) agar layak dikonsumsi. Kabupaten yang belum terpapar ASF diharapkan mencegah lalu lintas ternak babi di antara kabupaten/kota di daerahnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur (NTT) Melky Angsar, di Kupang, Minggu (29/1/2023), mengatakan, saat ini sudah delapan kabupaten/kota terpapar ASF.
Total babi mati sesuai laporan dari 22 kabupaten/kota ada 256 ekor. Kabupaten Kupang berada di posisi pertama dengan 75 babi mati dan terkecil di Sumba Barat, yakni satu babi.
”Kami ajak masyarakat melakukan penjagalan ternak babi di rumah potong hewan atau RPH di daerahnya,” ujarnya. Apalagi setiap kabupaten/kota memiliki RPH.
Masyarakat, menurut dia, harus disiplin untuk menghindari babi dari ancaman ASF. Jangan lagi babi dipotong di sembarang tempat. Dampaknya sangat buruk bagi kesehatan ternak babi di wilayah tersebut.
Jangan merasa rugi, lalu diam-diam memotong babi itu, dijual ke pasar. Ini sangat berbahaya. Virus ASF akan menyebar ke mana-mana. (Melky Angsar)
Dengan cara itu, masyarakat tidak boleh takut mengonsumsi daging babi. Babi yang dipotong di setiap RPH sudah melalui proses pemeriksaan oleh dokter hewan dan dipastikan aman dari virus ASF. Babi yang bermasalah langsung dikuburkan. Artinya, yang benar-benar bebas ASF boleh dipotong.
Daging babi yang beredar di pasar, warung makan, restoran, dan jenis kuliner lain tetap dijamin bebas dari ASF. Babi jenis ini tidak membawa penyakit setelah dikonsumsi.
Membahayakan
Konsumsi daging babi yang mengandungvirus ASF juga tidak membahayakan kesehatan manusia, asal diolah secara benar. Namun, makanan seperti ini berdampak buruk terhadap kesehatan ternak babi yang lain. Sisa makanan yang terpapar virus ASF diberikan ke babi atau orang yang mengonsumsi babi itu terpapar virus ASF.
Sebaiknya babi yang mati mendadak langsung dikubur dengan kedalaman tertentu sehingga tidak digali binatang lain, seperti anjing, tikus, atau kucing. Karena itu, butuh pemahaman dan pengertian bersama.
”Jangan merasa rugi, lalu diam-diam memotong babi itu, dijual ke pasar. Ini sangat berbahaya. Virus ASF akan menyebar ke mana-mana,” ujar Angsar.
Populasi babi di NTT sesuai data dari Dinas Peternakan Provinsi, Januari 2023, sebanyak2.024.392 ekor. Kabupaten terbanyak populasi babi, yakni Kupang dengan total 418.075 babi, Timor Tengah Selatan 187.101 babi,Ngada 142.527 babi, dan Sikka 133.457 babi. Jumlah populasi terkecil di Kabupaten Lembata 45.832 babi, Belu 57.682 babi, dan Timor Tengah Utara sebanyak 71.776 babi.
Populasi ternak babi ini baru saja dikembangkan wargalebih dari satu tahun terakhir. Sebelumnya, ribuan babi terserang ASF pada akhir Desember 2019-medio Juni 2021. Setelah Juni 2021 warga beranggapan virus ASF sudah punah dari NTT. Mereka pun ramai-ramai memelihara kembali ternak babi.
Peternak yang kesulitan anakan babi pun meminta ke pemerintah melalui wakil rakyat yang ada. Maka, Kementan membantu 300 anakan babi untuk tujuh kabupaten. Setiap kabupaten mendapat 50 anakan babi.
Babi bantuan itu pun didatangkan dari wilayah NTT, yakni Kabupaten Kupang. Hal ini sesuai dengan surat edaran Gubernur Viktor Laiskodat mengenai larangan memasukkan atau mengeluarkan babi NTT atau sebaliknya.
Namun, ternak babi berusia 1,5 bulan itu terpapar virus ASF. Kabupaten Flores Timur paling pertama mengungkap kasus ini, setelah 20 babi bantuan diambil dari Kabupaten Kupang mati mendadak. Setelah Flores Timur, laporan serupa datang dari Sikka, Ende, Kabupaten Kupang, Sumba Timur, Ngada, dan Sumba Barat.
Kabupaten Ngada tidak kebagian ternak bantuan dari Kabupaten Kupang, tetapi juga sudah terserang ASF. Melihat hal itu berarti semua kabupaten/kota di provinsi ini bisa tertular ASF, jika pemerintah daerah dan masyarakat setempat tidak menjaga lalu lintas ternak antarkabupaten/kota, kecamatan, dan desa.
Kabupaten yang belum tertular ASF supaya mencegah lalu lintas babi masuk dan keluar di antara kabupaten/kota di daerah itu.
Peternak Kota Kupang, Daniel Aluman (48), mengatakan, kesulitan peternak saat ini menyiapkan vitamin babi dan disinfektan. Vitamin babi satu botol Rp 150.000 dimanfaatkan untuk 10 babi bagi kebutuhan pakan satu hari, yakni pagi, siang, dan malam hari. Disinfektan dijual di toko ternak dengan harga Rp 45.000-Rp 300.000 per botol, tergantung isi bahan disinfektan.
Sejumlah 200 babi miliknya masih aman. Ia juga tidak mau orang lain masuk ke dalam kandang kecuali dua karyawan dan dirinya. Pembeli babi pun tidak diperkenankan masuk, melihat langsung. Mereka cukup melihat dari video yang diambil Daniel sendiri.
”Kandang babi tetap bersih. Dicuci pagi dan sore hari. Makan tiga kali. Vitamin diberi minum sendiri. Makanantoko dicampur makanan olahan sendiri. Semuanya direbus dulu sebelum diberikan,” katanya.