Gubernur Sulut Olly Dondokambey menyatakan dibutuhkan satu lagi bendungan untuk mencegah banjir di Manado dalam jangka panjang. BNPB juga akan menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan tinggi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menyatakan dibutuhkan satu lagi bendungan untuk mencegah banjir di Manado dalam jangka panjang. Adapun Badan Nasional Penanggulangan Bencana akan menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah turunnya hujan berintensitas tinggi.
Hal ini dinyatakan Olly kala mendampingi Kepala BNPB Suharyanto dalam kunjungan kerja di Manado, Sabtu (28/1/2023), sehari setelah banjir dan tanah longsor melanda. Menurut dia, Bendungan Kuwil Kawangkoan yang baru tuntas dibangun sudah dapat mengurangi risiko banjir, tetapi belum cukup.
”Manado ini dilalui lima sungai besar, yaitu Sungai Malalayang, Sario, Sawangan, Tondano, dan Singkil. Yang kita sudah tangani (dengan Bendungan Kuwil Kawangkoan) itu Sungai Tondano dan Sario. Yang biasanya (luberan air) dari sana melimpah, kemarin sudah tidak. Masih ada tiga sungai yang belum tertangani,” ujar Olly.
Untuk itu, ia telah meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk membangun satu lagi bendungan, yaitu Bendungan Sawangan. Menurut dia, usulan ini ditanggapi positif, tetapi belum diketahui kapan proses pembangunan akan dimulai.
Pada 19 Januari 2023, Presiden berkunjung ke Minahasa Utara untuk meresmikan Bendungan Kuwil Kawangkoan. Infrastruktur yang tergolong proyek strategis nasional itu dibangun dengan dana tahun jamak APBN sebesar Rp 1,93 triliun selama 2016-2022. Dengan volume 26,89 juta meter kubik dan luas genangan 157 hektar, bendungan itu disebut dapat mengurangi risiko banjir di Manado hingga 25 persen.
Banjir dan tanah longsor yang terjadi di Manado, Jumat (27/1/2023), diakibatkan hujan berintensitas sedang hingga lebat selama lebih dari 12 jam sejak dini hingga sore hari. Menurut data termutakhir BNPB, bencana itu menewaskan lima orang, satu karena banjir, dan empat lainnya akibat tertimbun longsor. Satu orang luka berat dan dua lainnya luka ringan.
Sekitar 400 rumah di 34 kelurahan di sembilan kecamatan terendam banjir setinggi 80-300 sentimeter. Dampaknya dirasakan 3.013 keluarga yang terdiri dari 9.382. Adapun tanah longsor di 22 kelurahan di tujuh kecamatan merusak 53 rumah dan sebuah tempat ibadah.
Dalam kunjungannya, Kepala BNPB Suharyanto mengunjungi salah satu daerah terdampak banjir, yaitu Kelurahan Molas. Secara umum, katanya, bencana di Manado terjadi akibat penyempitan badan sungai seiring meningkatnya jumlah penduduk sehingga air sungai mudah meluber.
Untuk mengurangi dampak bencana, ia telah meminta Pemkot Manado dan Pemprov Sulut untuk mengambil langkah jangka menengah, seperti melanjutkan pengerukan sungai, memperbanyak saluran drainase, dan merevitalisasi area tangkapan hujan. ”Perlu penataan ruang yang lebih baik lagi,” kata Suharyanto.
Mantan Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya itu juga menyatakan akan menerapkan teknologi modifikasi cuaca, yaitu mengalihkan hujan sehingga volume air yang turun bisa teratasi. Langkah ini akan diambil sesuai prediksi cuaca ekstrem oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Suharyanto mengklaim, langkah ini efektif ketika diterapkan antara akhir 2022 dan awal 2023. ”Banjir di daerah-daerah yang langganan sedikit berkurang, misalnya DKI Jakarta dan di Semarang. Sekarang kita akan mainkan di Kota Manado supaya besok, lusa, atau kapan saja hujan deras dampaknya tidak seperti ini,” katanya.
Kini, banjir telah surut dan cuaca di Manado cenderung cerah. Warga mulai kembali ke rumah untuk membersihkannya dari lumpur yang tertinggal. Namun, masih ada 1.021 orang dari Kecamatan Tikala, Paal 2, Tuminting, Singkil, dan Wenang yang tinggal di pengungsian.
Suharyanto mengunjungi lokasi pengungsian di markas Komando Resor Militer (Korem) 131/Santiago. Sedikitnya 67 pengungsi menetap di sana sementara. Menurut dia, situasi setelah bencana di Manado sudah terkendali, seolah tidak terjadi apa-apa.
”Moral masyarakat cukup tinggi, tidak ada yang terlihat sedih. Di korem, misalnya, kebutuhan dasar hidup, seperti makan, minum, dan air bersih, semuanya terjamin,” katanya.
Fitriyani Hinelo (43), salah satu pengungsi dari Kelurahan Komo Luar, tinggal di aula Korem 131/Santiago dengan anaknya yang berusia satu bulan, suami, dan ibunya. Menurut dia, kebutuhan anaknya sudah terpenuhi, utamanya popok. Kondisi bayinya itu pun sehat. ”Dia kedinginan saat evakuasi, tetapi sekarang baik-baik saja,” katanya.
Menurut dia, banjir sudah surut dan suaminya sudah mulai membersihkan rumah. Ia berharap bisa pulang pada Minggu (29/1/2023) jika rumahnya sudah tak lagi lembab. Namun, ia masih waswas karena rumahnya berada tepat di depan talud sungai.
Zulfahri Mobiliu (19), juga warga Komo Luar, menyebut anggota TNI di Korem 131/Santiago memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Ia dan setiap keluarganya tidur di velbed dan mendapat makanan hingga camilan. ”Tapi tidak mau lama-lama di sini, paling lambat Senin mau pulang,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan pengungsi, BNPB menyumbangkan 2.000 lembar selimut, 1.000 matras, 1.000 lembar terpal, 25 tenda ukuran 3 meter x 4 meter, dan 25 tenda 4 meter x 4 meter. BNPB juga menyerahkan dana siap pakai Rp 700 juta untuk pemprov, Rp 500 juta untuk Pemkot Manado, dan Rp 500 juta untuk Kabupaten Sangihe.
Namun, menurut Suharyanto, bencana ini harus diatasi pula dengan relokasi warga dari daerah rawan bencana. Ia meninjau permukiman relokasi banjir 2014 di Kelurahan Pandu. Dari 230 rumah di sana, masih banyak rumah yang kosong. Para penerimanya enggan pindah akibat karena lokasinya jauh dari pusat kota dan tak terjangkau angkutan umum.
Menurut Suharyanto, daerah relokasi tak bisa sempurna. Ia pun meminta pemkot dan pemprov untuk menyempurnakannya, baik dari segi fasilitas maupun aksesibilitas, agar semakin banyak masyarakat mau pindah. ”Saya kira tempat ini (Pandu) sudah tepat,” katanya.
Olly menambahkan, pihaknya akan melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat yang masih ngotot tinggal di bantaran sungai sehingga kerap terkena banjir. Pada saat yang sama, revitalisasi permukiman di Pandu akan segera diupayakan. ”Kita akan ajukan proposal (ke pemerintah pusat) untuk bikin wilayah ini lebih bagus,” katanya.